Selasa, 30 Desember 2008

Renungan Akhir Tahun 2008
Pdt.G.Panjaitan.MSi

1. Berakhir sudah tahun 2008 dan tidak akan pernah kembali. Apa warna, lukisan atau bingkai yang menggambarkan bentangan waktu itu tergantung pada kita masing-masing yang menjalaninya. Apakah waktu itu penuh dengan warna hitam sebagai symbol penderitaan, keterancaman dan malapetaka atau apakah tahun 2008 dipahami dengan warna hijau yang penuh pengharapan , kehidupan dan pertumbuhan. Apapun warnanya bentangan waktu itu apabila kita masih hidup dan bernafas itu bermakna kita diberkati menjalaninya dan masih diberi berkat yaitu peluang dan kesempatan untuk menikmati waktu selanjutnya. Hidup dalam perjalanan waktu adalah seperti karya seni mozaik, keadaan sosial kita adalah mozaik peristiwa dan fenomena yang membentuknya. Suka dan duka berdampingan, lahir dan mati sekali datang, susah dan senang adalah warna kehidupan. Dalam proses itulah kita memaknai hidup, menikmati suka baik duka dan melihat mujizat dan kehadiran Allah.


2. Waktu bermakna ketika kita tau hidup ini mau kemana, untuk apa dan berakhir di mana? Makna hidup ada bila kita imani milik Tuhan. Dialah yang memelihara sehingga setiap tahun ada dalam pemeliharaan Tuhan. Paulus mengatakan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38). Dalam persfektif demikian apapun wajah dan warna tahun 2008 yang akan berlalu ini kita bingkai dengan Allah sudah menyatakan kasihNya.

3. Tentu dalam batas akhir 2008 kita mau membuat proyeksi ke tahun 2009. Banyak yang mencoba memberi gambaran tentang Tahun 2009. Wapres Jusuf Kala memberikan proyeksi 2009 dengan mengatakan: ”Tahun depan akan menjadi ujian bagi kami. Kami tidak bisa lagi mengatakan, ’Kita akan tumbuh dengan baik.’ Semua orang sudah tahu. Ujian sekarang adalah ujian kepemimpinan mengatasi masalah, bukan ujian bagaimana pertumbuhan ekonomi dan lainnya,” . Nada yang sama juga diungkapkan, Presiden Yudhoyono bahwa tahun 2009 bukan tahun yang normal. ”Kebijakan, langkah, dan tindakan kita haruslah menganut pada manajemen krisis agar dampak resesi tercegah dan perekonomian terselamatkan. Butuh kecepatan, ketepatan, dan sinergi di antara kita semua,” . Ungkapan pemimpin bangsa ini menggambarkan perlunya kesiap siagaan dan ketahanan dalam menghadapi masa datang yang disebut 2009.

4. Ketahanan kita menghadapi Krisis akan tergantung pada bagaimana kita mengimani pemeliharaan Tuhan kepada kehidupan Kita. Kita mau menghayati kembali bahwa Tuhan mempunyai sifat unlimited. Allah kita itu bukanlah Allah yang dibatasi ruang dan waktu. Firman Allah mengatakan: Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga?(Yer 23:23). Kesadaran akan pengenalan Allah seperti itu hendaknya mendorong kita menyakini kehadirannya kapan saja, dimana saja, Di awal Tahun sampai di akhir Tahun . Kita juga mengenal Allah yang maha mengetahui Paulus menulis dalam Rom 11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!. Artinya tidak ada tempat persembunyian , tempat kepura-puraan dan panggung bersandiwara di hadapan Tuhan. Dalam proses pergantian tahun ini setiap orang termasuk bangsa ini perlu menyadari kelemahannya dan mau berubah atau berbalik supaya tidak terulang dosa masa lalu. Sikap seperti itu akan memampukan kita untuk menyerahkan perjanan hidup selanjutnya kepada rancangan keselamatan Allah. Mari kita mau dipengaruhi oleh rancangan keselamatan yang dari pada Allah itu. Berserah kepada rencana Allah adalah sikap orang yang mau bertobatlah dan menyakini bahwa Allah maha mengetahui. Kita juga tau Allah maha kuasa sehingga bagi Dia tidak ada yang tidak mungkin. Dalam Mat 19:26 dikatakan: Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.“ Obama menjadi Presiden AS adalah wujud dari Firman ini, demikian juga di bangsa ini apapun terbuka bagi orang percaya. Masa depan, tahun 2009 adalah tahun yang menjadi peluang sekaligus tantangan. Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2009. Amin

Selasa, 23 Desember 2008

Advent 4: Immanuel

Yesaya 7:10-14

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Tanda atau symbol sangat penting dalam perjalanan manusia karena menolong dalam berkomunikasi, malah alat-alat tehnologi dibidang media dan komunikasi banyak yang memakai bahasa tanda. Misalnya gunting menandakan kata potong, sampu menandakan kata bersihkan. Tanda di maknai bersama oleh masyarakat dalam tempat dan konteks tertentu. Tanda juga dipakai masyarakat untuk menunjukkan identitas keagamaan. Misalnya kaum muslim mempunyai jilbab untuk menandakan wanita muslim dan peci untuk pria muslim. Pertanyaannya adalah apakah perlu tanda lahiriah untuk menyatakan iman percaya kita di dunia ini.
Pada masa Yesaya kerajaan Yehuda menunjukkan ketidak taatan kepada Tuhan. Ketidak taatan mereka ini kepada Tuhan jauh lebih mengancam keselamatan mereka dari pada kekuatan tentara Asyur yang mengancam mereka. Mereka mendesak raja Ahas supaya menerima tanda dari Allah sebagai bukti bahwa Allah menyertai mereka. Yehuda tidak sanggap memahami sejarah bersama dengan Allah sebagai bukti penyertaan Allah bagi kehidupan mereka. Kerinduan Yehuda akan tanda ini dijawab Allah dengan mengatakan: Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yes 7:14)
Tanda penyertaan Allah adalah Imanuel artinya Allah bersama kita. Allah menjadi manusia dan tinggal bersama sama kita. Allah yang seperti ini hanya ditemukan dalam iman Kristen dan tidak ada di agama-agama lain. Agama lain hanya mengenal Allah yang jauh, yang tidak nyata dan tidak terjangkau. Allah bersama manusia menunjukkan kedekatan, penyertaan dan penguasaan. Kedekatan bersama Allah akan membuat kita memahami apa maksud Allah dan memahami apa rencananya untuk perjalanan hidup kita dan dunia ini.



Allah Immanuel adalah Allah yang selalu dekat, menyertai dan bersama sehingga dia memberikan pengaruh kepada kehidupan kita. Kita tahu orang-orang yang terdekatlah yang dapat menguasai diri kita. Jika Ibu lebih dekat kepada anak-anaknya dari pada bapaknya maka si ibulah yang paling mempengaruhi atau berkuasa atas anak-anaknya. Demikianlah Allah immanuel, Dia mempengaruhi seluruh jalan kehidupan kita.
Allah immanuel menuntut kita untuk memberikan bukti iman kita melalui kebersamaan, keperdulian dan keberpihakan kepada mereka yang menderita, miskin, tertinggal dan kecil. Inilah panggilan Advent yaitu mau berbagi kepada mereka yang membutuhkan pertolongan kita sebab dengan demikianlah orang lain mengetahui bahwa kita adalah orang Kristen. Kualitas pergaulan, kualitas pemberian, kualitas persahabatan yang tinggi itulah yang membuktikan kita orang Kristen. Tidak ada tanda lahiriah yang kita miliki untuk menyatakan imkan percaya kita. Yesus mengatakan dalam Lukas 6:26 “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

Minggu, 21 Desember 2008

Pulang Kampung






Saya mengadakan perjalanan pulang kampung pada tanggal 18 - 22 Desember 2009, Berangkat dari Surabaya menuju Balige dalam rangka menghadiri pesta pemberkatan adik perempuan saya, tanggal 20 Desember 2008. Pestanya berjalan lancar meriah dan ada proses adat batak yang khas, diisi dengan manortor dan pertukaran pemberian dari pihak pengantin lali-laki dan perempuan. Pestanya cukup lama dan membutuhkan biaya dan kesabaran untuk melaksanakannya.




Yang menarik pada kesempatan pulang kampung ini adalah Saya mengunjungi kampung tempat leluhur saya yaitu Matio Balige dan Desa Sihobuk Kecamatan Laguboti. Sudah 5 Tahun saya tidak mengunjungi Matio dan 8 tahun tidak pernah lagi mengunjungi Sihobuk. Kedua desa ini berdekatan, jaraknya kira kira 5 km dengan fasilitas jalan aspal yang cukup baik. Namun tampaknya kehidupan perekonomian tidak jauh berbeda dengan keadaan 5 tahun lalu, demikian juga dalam perkembangan pertanian.

Dulu ketika masih SD apabila ada masa liburan saya dan keluarga berlibur di sana. Ada tanaman yang namanya "harimonting" dengan buah yang kecil, rasanya manis dan menjadi rebutan bila pergi ke ladang. Saya sering menikmati harimonting ketika menggembalakan kerbau-kerbau nenek saya. Dulu ada "sotul" yang buah dagingnya agak asam namun kulit bijinya manis seperti manggis. Aku masih ingat perkampungan yang indah, terutama di Desa Sihobuk, rumah tinggal kebanyakan rumah adat batak. Ada suasana nyaman dan bahagia tinggal berlibur disana.


Sekarang ini keadaan dua desa ini semakin tertinggal di dalam perkembangan jaman yang semakin pesat. Penduduk yang tinggal kebanyakan orang yang sudah tua dan lanjut usia. Keadaan secara umum bukan menuju ke arah yang lebih baik tetapi ke pada keadaan lebih buruk. Tanah banyak yang mengalami erosi sehinga jalan-jalan menyempit. Rumah adat batak yang dulu berdiri tegak dan indah sekarang tidak terurus dan mulai mengalami perubahan bentuk. Keadaannya tidak senyaman lebih dulu lagi. Keadaan ini akan lebih parah lagi bila tidak diperhatikan oleh anak rantau yang diberangkatkan dari desa ini dan juga pemerintah daerah.

Rabu, 10 Desember 2008

Advent 2: Sambut dengan Tak Bercacat dan Tak Bernoda

Pdt.G.Panjaitan.MSi


Nats.: 2 Petrus 3:11-14


Tak Bercacat dan Tak Bernoda

Cacat dan noda adalah sesuatu yang sering ditutupi dan jika perlu dihilangkan. Noda di wajah akan membuat kurang pede abg dalam penampilannya. Noda di baju baru akan menghilangkan nilai baju baru itu. Nama baik akan hancur jika ternoda. Peribahasa Indonesia menguatkan pernyataan-pernyataan itu dengan ungkapan “karena nila setitik rusak susu sebelanga”.

Tidak bercacat dan tidak bernoda adalah keadaan yang disenangi ketika datang hari Tuhan. Yakobus mencatatan “sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia”. (au 14). Yakobus menerangkan ada korelasi antara pengharapan dengan gaya hidup sehari-hari. Orang yang percaya akan adanya hari Tuhan di mana Yesus datang kedua kalinya sebagai hakim akan berusaha dalam hidupnya tampil tak bercacat dan tak bernoda.

Tak bercacat dan tak bernoda atau tampil dengan sempurna sering diusahakan orang ketika hendak melangsungkan pesta perkawinan. Baik pengantin laki-laki dan perempuan di make up supaya tampil sempurna dan noda yang ada sedapat mungkin di hilangkan. Keduanya ingin tampil sempurna dengan tujuan menyenangkan hati pasangan, membuat mereka bangga dan dihargai. Hubungan seperti ini yang dipakai menjadi analogi untuk mengambarkan sikap orang percaya dalam merayakan advent. Kedatangan Tuhan kedua kalinya harus lah kita sambut seperti pengantin perempuan yang mengambut pengantin laki-laki : Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (Wah 19:7).

Kedatangan hari Tuhan yang disambut dengan tidak bercatat dan tidak bernoda didasari pada sukacita dan cinta kasih seperti kedua mempelai yang saling bersukacita dan mencintai. Demikianlah cinta akan menutupi segala cacat dan noda. Cinta kasih Tuhan akan menutupi semua keterbatasan, kekurangan bahkan dosa yang ada pada manusia itu. Cinta kasih Tuhan inilah yang memberikan kita keberanian untuk tampil sebagai pengantin perempuan. Yang tidak bercacat dan tidan bernoda itulah yang terpilih.

Apa yang dapat kita perbuat.

Petrus mengajak “kamu harus berusaha...tidak bercacat dan bernoda”, adalah sebagai jawaban atas kasih Tuhan yang telah melupan banyak cacat dan noda kita. Tidak ada seorang pun yang sempurna namun cinta kasihlah yang munutupi kesalahan kita dan membuat kita menjadi sempurna. Oleh karena itu banyak hal yang dapat kita lakukan menuju keadaan tidak bercacat dan bernoda. Perlu kita ketahui bahwa keadaan tidak bercacat dan tidak bernoda adalah suatu keadaan sempurna. Hukum kesempurnaan akan berlaku kapan pun dan di mana pun. Kesempurnaan adalah bukan titik puncak dari apa yang bisa dilakukan seseorang melainkan sebuah upaya maksimal yang mampu diusahakan. Kesempurnaan diperoleh melalui proses panjang yang melelahkan. Kesempurnaan bisa dicapai dengan akal pikiran, kerja keras yang tak kenal menyerah. Tidak bercacat dan tidak bernoda adalah sebuah proses dan bukan keadaan puncak. Karena itu dibutuhkan sikap yang sungguh-sungguh untuk tetap belajar dan berkarya.

Seorang karyawan di sebuah perusahaan akan mendapat promosi bukan saja karena hasil kerjanya yang memuaskan selama satu tahun. Para atasannya juga melihat kedisplinan serta hubungan baiknya dengan sesama karyawan sehingga mampu menciptakan semangat kerja sama yang bagus. Dia kedapatan tidak bercacat dan bernoda. Sama halnya dengan orang tua yang tak segan-segan memberi hadiah kepada anaknya yang rajin, cerdas dan taat menjalankan perintahnya. Dai kedapatan tidak bercacat tidak bernoda

Advent mengingatkan kita akan apa yang dikatakan Yesus : Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."(Mat 5:48) . Allah itu sempurna, maka kita sambutlah dia Dia dengan cara yang sempurna. Sebagai hamba kita harus beribadah dan bekerja secara sempurna. Perbaikilah semua yang masih bisa diperbaiki, sempurnakan segala yang seharusnya bisa lebih sempurna. Jadilah tidak bercacat dan tidak bernoda atau sempurna, agar kita menjadi orang-orang terpilih. Amin

Sabtu, 29 November 2008

Advent: Terang dalam kegelapan

Pdt.G.Panjaitan.MSi

Advent dilambangkan dengan warna uUngu /violet (purple) yaitu warna yang dipakai oleh raja dan warna hiasan yang dikapai menyambut raja. Dalam tahun gerejani, selain advent ada lagi minggu dengan symbol warna ungu yaitu Palamarum yang merayakan Kedatangan Yesus ke kota Yerusalem disambut sebagai raja namun kedatangan itu bermakna kedatangan untuk menderita. Kedua makana itu ada dalam warna ungu.

Perayaan Advent itu pertama diarahkan kepada perayaan kelahiran Yesus di dunia ini atau perayaan Natal namun perayaan itu juga bermakna antisipasi akan kedatangan Yesus kedua kali. Oleh karena itu advent mengandung makna pengharapan (expectation) persiapan (preperation ) kerinduan, keinginan (longging).

Simbol yang sudah ditradisikan dalam perayaan advent adalah advent wreath (Bunga lingkaran Advent: Pertemuan warna hijau daun dan hiasan ungu). Maknanya adalah kita ada dalam lingkukan kasih Allah yang tidak berkesudakan (circle of mercy). Simbol lain adalah Candles (lilin) yang menyala : simbol terang Allah yang datang melalui kelahiran Yesus Kristus




Perayaan Advent tahun 2009 saya sebutkan advent di dunia lai. Lain karena banyak buruh yang dirumahkan dan dipehaka sehingga kehidupan menjadi terancam.Lain karena semakin banyak ibu yang mederita menghidupi makan anaknya setiap hari bahkan ada yang membunuh anaknya karena tidak sanggp memberi makan. Lain kekejaman semakin merajalela dan pelaku kejahatan diperlakukan seperti pahlawan. Lain karena para elit politik memperjualbelikan penderitaan rakyat dengan menggangkatnya menjadi isu kampanye.

Penderitaan yang tidak persis sama tetapi ada kesesuaiannya dialami bangsa Israel ketika mereka pulang dari pembuangan Babel ke tanah perjanjian, ke Yerusalem. Mereka terpecah karena ada yang ingin tinggal menetap di Babel sebab secara ekonomi lebih baik dari pada pulang ke Yerusalem yang hancur secara politik, ekonomi dan kemasyarakatan. Keadaan Israel saat itu kehilangan percaya diri. Kepada mereka di suarakan: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.(Yes 60:1) Bangkitlah – Teranglah dua kata yang memaknai advent.

Terang itu memiliki cahaya. Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata , bergerak lurus kesemua penjuru arah. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.

Sifat cahaya adalah dapat dipantulkan. Cahaya yang mengenai benda akan mematulkan kembali dan cahaya itu lebih baik dan teratur pada permukaan yang rata. Pantulan cahaya agak kabur pada permukaan yang tidak rata. Kita dapat mengenali sebuah benda karena benda itu memantulkan cahaya yang diterimanya. Cermin dan permukaan air yang jernih serta tenang adalah pemantul cahaya yang baik. Penjelasan itu memberikan makna bangkit dan bercahaya adalah menjadi kuat, cepat, tajam, dan tampak jelas. Sifat Ini yang membuat kita berharga dan bermakna.

Kemahaluarbiasaan terang /cahaya digambarkan oleh metode belajar kuantum. Metode ini bermula dari upaya Dr Gergori Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia. Dia mengatakan bahwa proses belajar atau bahkan proses hidup adalah aktivitas untuk meraih sebanyak mungkin cahaya. Melalui interaksinya dengan cahaya, manusia dapat mencipta sebanyak mungkin energi. Otak manusia sebagai pusat seluruh proses penyerapannya adalah materi yang apabila berinteraksi secara intensif dengan cahaya akan menghasilkan energi yang luar biasa.

Mengacu kepada pendapat itu maka ungkapan bangkit dan bersinar adalah proses memberikan kehidupan dan pencerahan. Oleh karena itu orang percaya harus sesering mungkin disinari cahaya diatasnya itu. Orang percaya hendaknya mempunyai mempunyai permukaan datar sehingga memantulkan dengan baik cahaya Tuhan itu. Banyak nilai kehidupan dari sumber cahaya itu – Yesus- kita terpanggil untuk pantulkan kepada orang yang melihatnya. Kita tidak boleh hanya menghasilkan cahaya biasan dari permukaan yang datar.

Bangkit dan bersinar akan membuat kita mempunyai daya tarik . Daya tarik ini digambarkan dalam Ay 3-5 : "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. ... mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendonng... kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu."

Bagaimana kita membangun daya tarik /pikat ini ? Pertanyaan yang perlu karena advent meminta kita menjadi terang.Beberapa hal sederhana yang bisa kita kerjakan:

a. Berikan Kebaikan Tanpa Pernah Menghitungnya

Tuhan itu maha pemurah. Firman Tuhan berkata : lebih baik memberi dari pada meminta. (Kis 20 :35) Belajarlah memberi tanpa mengharapkan imbalan, perasaan yang datang dari hati akan menumbuhkan kepuasan dan kesenangan. Advent dilambangkan Lilin menyala: memberikan tanpa berharap menerima.

b. Kerendahan Hati

Kerendahan hati datang dari percaya pada diri sendiri. Orang yang hari hati berusaha menyingkirkan keinginan untuk selalu membuktikan pada orang lain. Sementara orang berusaha untuk rendah hati, mereka harus menghentikan sikap egois, itu sebuah proses yang mutlak dan membangun. Mesias yang datang dengan keledai bukan kuda bukti kerendahan hati.

c. Penuh Minat dan Suka cita

Advent adalah kedatangan Mesias yang penuh hikmat: Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yes 9:5).

Jadilah orang yang ceria dan penuh harapan, dan buat dunia terpikat pada Anda. Kerajaan Allah itu: Salah satu cirinya adalah suka cita. Suka cita itu dapat tampak dalam gaya bicara yang perduli, Suka tertawa karena tertawa itu menyehatkan, wajah selalu ceria.

Saat Anda tersenyum, otak akan bereaksi dan memproduksi endorphin (zat alami yang memindahkan rasa sakit). Selain itu, sebuah senyuman akan membuat Anda rileks. Sebuah senyum juga akan menebarkan kegembiraan pada orang lain. Tekankan dalam pikiran Anda, selagi Anda bersama orang lain, bahwa senyuman dapat memperpendek jarak antar orang lain.

d. Tata Krama

Tingkah laku, kesopanan dan kebaikan membuat kita bercahaya bersinar sehingga disukai orang lain. Tata krama yang bagus membuat orang lain merasa nyaman.Tata krama merupakan sumber kesenangan, memberikan rasa aman dengan menunjukan penghormatan pada oran lain. Bersikap penuh tata karma bukan hanya berlaku pada sebagian orang, tapi pada setiap orang yang kita kenal, tak peduli status dan kedudukan mereka. Karena Tuhan telah menyinari kita.

Perayaan Advent tahun ini mendorong kita untuk menunjukkan keperdulian dengan semua komponen bangsa. Hendaknya kita memancarkan sinar yang dari pada Tuhan itu. Sinar itu akan membuat orang lain nyaman di dekat kita dan mensejahterakan kita semua. Amin.

Selasa, 25 November 2008

Pengharapan akan Langit dan Bumi Baru

Pdt.G.Panjaitan.MSi

• Pengharapan adalah salah satu yang dimliki oleh manusia dan tidak dimiliki mahluk lain (tumbuhan dan hewan). Pengharapan yang mendorong manusia itu menghadapi berbagai tantangan hidup bahkan kematian sekalipun. Paulus mengatakan pengharapan itu adalah nilai yang perlu tetap dimiliki manusia sehingga dia tinggal dalam esensinya (bd 1 Kor 13:13). Pengharapan itu juga yang membuat kita mampu memahami apa yang melampaui waktu dan ruang. Kita percaya bahwa dunia ini akan berakhir. Waktu yang kita jalani ini bukanlah milik kita tetapi waktu itu adalah milik Tuhan. Namun kita berpengharapan bahwa ada waktu lyang tidak berkesudahan di mana Allah berkuasa di sana. Kita percaya ada hidup kekal di kota baru yang disebut Yerusalem Baru. Tuhan Allah pusat kota itu.

• Di Yerusalem Baru itu ada dua sifat yang ditampakkan masyrakat kota yaitu keadilan dan kebenaran. Di sana tidak ada lagi jejak pekerjaan si iblis yang mengakibatkan penderitaan manusia. Di sana yang ada adalah langit yang baru dan bumi yang baru, tidak ada lagi laut sebagai simbol kekuasaan iblis (Wah 21:1). Langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu. Allah membuat susuatu yang benar-benar ciptaan baru. Ini sesuai dengan 2 Petrus 3:10.12, "Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap ... Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.

• Di kota baru itu digambarkan keadaan masyarakat yang menjadi cita-cita kita semasih hidup di dunia ini. Keadaan di surga kita dapat dihadirkan di dunia ini di manapun kita hidup sebagai warga kota dunia, walaupun tidak seutuhnya tercapai. Keadaan surga yang dapat dihadirkan adalah:

1 Keadaan alam semesta yang harmoni:

Dalam Yesaya digambarkan bahwa kehidupan di Yerusalem Baru aka nada harmoni alam semesta. Harmoni tampak dalam sama-sama berbaring, makan bersama, kemampuan berbagi dan tidak adalagi predator, karakter bawaan seperti pemangsa akan dirubah di kota baru itu . Habitat akan dirubah karena Allah menjadi pusat kehidupan. Yesaya menggambarkan: Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.(Yes 11:6-9).

2. Keadaan alam yang subur.

Di Kota Yerusalem baru itu aka nada kehidupan dan kesuburan. Manusia akan menikmati hasil jerih payahnya. Dalam Amos 9:13 digambarkan keadaan itu: “Sesungguhnya waktu akan dating, pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran“. Kota Yerusalem Baru aka nada kebanjiran berkat bukan kebanjiran lumpur atau kebanjiran air akibat alam yang rusak.

3. Keadaan kehidupan yang Bijaksana

Masyarakat Yerusalem baru akan bijaksana menjalani kehidupannya karena Allah yang menjadi penuntun kehidupan. Kebijaksanaan adalah harta surgawi yang diberikan Allah dan kita harapkan milikinya di dunia. Pemazmur mengatakan “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”(Maz 90:12). Gaya hidup sorgawi : bijaksana, tidaklah sulit untuk kita lakonkan dalam hidup sehari-hari. Beberapa ilustrasi untuk itu:
- Memelihara kebiasaan baik
Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut. Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
-Punya inisiatif
Ada Seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut. Selain memperbaiki sepeda , si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya. Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.
-Hidup sukacita
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.” Ibu menjawab: “Mengapa?”
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.” Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
-Rajin bekerja
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.” Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.” Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Kehidupan sorgawi kita hadirkan dalam kehidupan kita kini dan disini sebagai bukti kita mengharapkan surga itu untuk kita tempati selamanya. Amin

Kamis, 20 November 2008

Nabi Muhammad: Dihina Lagi

Tindakan pemilik “lapo tuak worpress.com” yang memuat kartun Nabi Muhammad dengan isi cerita porno dan menghina adalah perbuatan yang tidak dapat ditolerir dan merupakan hasil dari orang yang tidak mengerti esensi kehidupan beragama. Perbuatan itu pantas diusut berdasarkan hukum yang berlaku karena menyebarkan permusuhan dan fitnah dan perasaan terhina. Tindakan itu sedikitpun tidak mempunyai hubungan dengan ajaran kekristenan dan seandanya orangnya pelakunya Kristen kita pastikan bahwa dia bukanlah orang yang memahami dengan banar tentang iman kekristenannya.

Bisa saja memang dia seperti orang yang menghabiskan waktunya di “lapo tuak” (kedai tuak). Bicara seenaknya saja, merasa lebih pintar dan tau segalanya. Dia bicara seperti “natuahon” (alkoholis) yang tidak menyadadir kata-kata yang diucapkannya. Dia bernyanyi kuat-kuat dan senaknya tanpa perduli lingkungan dan kampungan. Dia tidak mempunyai perasaan dan sensitifitas karena sudah “tuakon”.

Penghinaan Nabi atau agama jangan dianggap menjadi misi sebuah agama. Setanlah yang selalu merencanakan penghinaan. Karena itu saya yakin tindakan pelaku tidak ada sangkutpautnya dengan orang Kristen Batak dan dengan Suku Batak, tetapi dia melakukan itu sebagai orang yang “tuakon”. Tindakannya itu berhubungan dengan si jahat, oleh karena itu layaklah dia dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya itu.

Rabu, 19 November 2008

Akhir Tahun Gerejani


Pdt.G.Panjaitan.MSi

Di gereja-gereja arus utama seperti Gereja HKBP minggu tanggal 23 Nopember 2008 dinamai Minggu Akhir Tahun Gerejani. Ibadah minggu pada saat ini mempunyai kekususan yaitu menjadi waktu di mana anggota jemaat yang telah meninggal dunia dalam satu tahun gerejani (sejak dari Advent I sampai akhir Tahun Gerejawi) dikenang melalui membacakan nama-nama yang telah meninggal dunia. Acara mengenang kembali yang sudah meninggal dunia itu bertujuan mengingatkan setiap orang percaya akan hakekat hidup manusia. Kita adalah mahluk yang mempunyai limit , mahluk yang lemah dan terbatas dan waktu yang kita miliki sangat terbatas (Maz 90:4-6). Kadang dalam acara itu ada saja anggota jemaat yang menjadi sedih karena mengenang kembali penderitaan yang ditimbulkan kematian itu. Mereka mengenang kembali harapan, cita-cita dan cinta yang tertunda karena kematian orang-orang yang dicintai.

Kematian memang bukan topik yang enak dibicarakan. Malah banyak pengkhotbah yang berjuang untuk melawan kematian dengan menawarkan mukjizat penyembuhan, seolah-olah kematian itu dapat dihindarkan. Kita paham betul kematian itu sangat kuat. Dia akan datang tanpa diundang, datang tanpa memberiahukan lebih dulu dan akan tetap datang sekalipun kita buat surat penolakan. Dia akan datang terhadap siapapun baik yang berkuasa atau orang lemah, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang ganteng atau biasa saja, semuanya akan menghadapi kematian.

Dalam persfektif kekristenan kematian adalah musuh yang kuat dan yang terakhir tetapi sudah dikalahkan. Paulus mengatakan “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.” (1 Kor 15:26). Kristus melalui kebangkitannya dari antara orang mati itulah yang mengalahkan kematian itu. Proklamasinya adalah: Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.(1 Kor 15:55-17)

Dengan demikian membicarakan dan menghadapi kematian bukanlagi sesuatu yang harus dihindarkan dan menakutkan. Kematian bukan untuk menakuti kehidupan tetapi menjadikan nilai kehidupan semakin dalam. Kehidupan kerohanian kita yang semakin dewasa tampak dengan tidak lagi takut akan kematian tetapi kita akan lebih bisa menerima kematian tanpa rasa
khawatir yang berlebihan. Kehidupan dan kematian adalah dua hal yang memberikan nilai kepada yang lain.

Banyak orang yang dengan siap menghadapi kematian sehingga dia tidak mau didoakan supaya diberikan mukjizat penyembuhan. Misalnya hamba Tuhan , almarhum pendeta Eka Darmaputera tidak pernah mau didoakan untuk mendapatkan mukjizat kesembuhan. Yang diharapkannya cuma 3: (1) tidak mengalami penderitaan sakit dan sebagainya selama menjalani proses kematian; (2) tidak menjadikan dirinya sebagai beban finansial bagi anak cucunya; dan (3) selama masih hidup dapat berbuah bagi sesama.

Mengenang kembali orang yang telah meninggal dunia juga dimaknai sebagai perenungan akan perjalanan waktu. Waktu adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan dan apabila waktu kita berakhir kita tidak dapat lagi berbuat apa-apa. Waktu tidak dapat didaur ulang dan juga tidak dapat disimpan. Waktu selama hidup sangat bermakna oleh karena itu hendaknya dipakai kepada hal-hal yangh bermakna. Kematian itu mendorong kita untuk menghargai kehidupan. Dengan demikikan mengenang kembali orang yang sudah meninggal dunia bukan untuk mengenang duka, tetapi mengingatkan kita tentang hari kematian kita. Bila masih hidup mari kita mengerjakan Dia yang telah memilih kita. Momentomori. Amin.

Kamis, 13 November 2008

Persembahan Perpuluhan

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

2 Tawarikh 31: 2-8

Memberikan persembahan adalah salah satu ungkapan takut akan Tuhan oleh karena hal itu sangat erat berhubungan dengan sikap kehidupan kita sehari-hari. Bila saya memberikan persembahan sama maknanya dengan saya membiarkan milik saya menjadi bagian pihak lain. Persembahan itu adalah bentuk solidaritas dan ganti diri kita untuk pelayanan dan kemuliaan Tuhan. Persembahan kepada Tuhan adalah menyerahkan diri atau kehidupan saya secara total kepada Tuhan. Seluruh hidup itu baik dalam rumah ibadah, di tempat kerja atau dimana saja adalah persembahan (bd Rom 12:1)

Salah satu bentuk pemberian persembahan adalah perpuluhan. Aturan tentang persembahan perpuluhan ini ada dalam kitab Perjanjian Lama. Kita tau masih banyak jenis persembahan lagi yang diajarkan dalam Perjanjian Lama seperti persembahan korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan. Semua persembahan itu sifatnya adalah jawaban orang percaya karena Tuhan telah memberikan kita berkat dan memelihara hidup kita. Tidak ada jenis persembahan itu yang mendapat tempat paling utama dihadapan Tuhan. Paling utama adalah hidup kita sepenuhnya dipersembahkan pada Tuhan dengan ketulusan.

Sekarang ini, persembahan perpuluhan mendapat perhatian khusus sehingga menjadi bahan diskusi dikalangan umat Kristen. Persepuluhan ini menjadi menonjol dan seolah-olah diwajibkan itu terbukti dari pembahasan tentang perpuluhan: Apakah dari pendapatan bersih atau kotor, Apakah sepersepuluh dari semua jenis pendapatan dll. Akibatnya ada yang mensinyalir penekanan perpuluhan ini erat hubungannya dengan pada pendapatan gereja. Hal itu disebut sebagai "business of gospel". Akibatnya, bisa saja muncul keadaan seperti masa Tuhan Yesus di mana banyak orang yang merasa lebih kudus, ibadahnya sudah sejati karena sudah memenuhi persembahan perpuluhan.

Untuk itu ada beberapa hal yang berhubungan dengan persembahan perpuluhan yang kita temukan dalam Alkitab sendiri.

- Yesus tidak pernah menyinggung persembahan perpuluhan secara khusus malah Dia mengajari kita untuk mempersembahkan seluruh kehidupan tidak hanya sepersepuluh dari yang kita dapatkan. Yesus berkata kepada seorang pemuda kaya yang sudah memberikan perpuluhan:

Mat 19:21-23 : Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Perpuluhan bukanlah persembahan yang signifikan dalam menyatakan iman tetapi pemberian “semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkanya" itulah yang diperhitungkan Yesus.

Markus 12:41-44 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."

Paulus juga tidak pernah mengajarkan pemberian perpuluhan dengan cara legalistik tetapi dia lebih cenderung mengajarkan dan menyatakan bahwa orang-orang percaya sepatutnya menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk mendukung gereja (1 Korintus 16:1-2). Artinya bisa di bahwa sepuluh persen atau di atas sepersepuluh. Selain itu dia menekankan sikap ketulusanlah yang perlu ada saat memberi. Paulus mengatakan: Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).

Perpuluhan tidak mempunyai arti apa-apa dan semua persembahan adalah haram di hadapan TUHAN, apabila dilakukan tanpa disertai dengan rasa keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Perpuluhan (atau persembahan) dari hasil kejahatan haram masuk di hadapan Tuhan dan munafik orang yang memberikannya. Mateus 23:23: Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Perpuluhan tidak mempunyai arti apa-apa, di hadapan TUHAN, jika tidak dilakukan sikap rendah hati. Yesus mengajar:

Lukas 18:9-14: Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Memberikan persembahan perpuluhan tidaklah salah tetapi harus kita maknai sebagai persembahan legalistik seperti hitungan matematika. Perpuluhan bukanlah sebagai iuran yang memaksa setiap anggota, atau sebagai hal seperti membayar pajak/ tax 10% . Kasih kepada Tuhan dan sesama, kerelaan dan rasa suka cita lebih dari sekedar angka 10% , itulah maksud Allah. Amin.

Jumat, 07 November 2008

Takut Akan Tuhan

Ulangan 10:12-22
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

1. Takut akan Tuhan adalah sikap mendasar yang harus dimilki setiap orang percaya. Takut akan Tuhan bersumber dari pengakuan orang yang mempunyai keingintahuan yang sangat tinggi (inquirity). Takut akan Tuhan adalah keadaan dinamis bukan statis, keadaan di mana seseorang selalu merencakan pekerjaan yang menyenangkan hati Tuhan. Pemahamann seperti itu mendorong peng-amsal mengatakan “takut akan Tuhan itulah permulaan pengetahuan, hikmat” (Amsal 1: 7, 9:10). Takut akan Tuhan itu berarti mencintai Tuhan, mematuhi perintahNya, menyembah Dia dan mengeksplorasi keinginan-keinginanNya. Dengan kata lain, semakin para ilmuwan mendalami bidang ilmunya, semakin ia menemukan nuansa spiritual di dalamnya. Dan karenanya, semakin tinggi keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Pemahaman seperti inilah yang dimaknai dalam pernyataan takut akan Tuhan.

2. Tentu tidak serta merta tewujud orang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi takut akan Tuhan. Kita juga mendapati bahwa banyak para ahli misalnya para ahli Fisika yang meniadakan eksistensi Tuhan dalam penelitiannya. "Betapa alam raya berjalan penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang pengatur," demikian ungkapan Carl Sagan Fisikawan yang mendapatkan hadiah Nobel. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Steven Weinberg, Fisikawan peraih hadiah Nobel dalam bidang fisika pada 1979: "Semakin kosmologi" menyingkap alam raya ini, semakin tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini," . Menurut laporan satu majalah terkemuka di Amerika serikat: sebuah penelitian di AS tahun 2007, hanya 40 persen ilmuwan di negeri Paman Sam itu yang percaya adanya Tuhan. Sisanya adalah para ilmuwan yang ateis (Newsweek, 27/7).

3. Menyangkal Tuhan tentu tidak hanya milik kaum ahli, tetapi bisa saja terdapat dalam setiap strata sosial umat masyarakat. Dalam sejarah hubungan Israel dengan Tuhannya terlihat bahwa ada kecenderungan membrontak kepada Tuhan bahkan pergi kepada allah lain. Perubahan jaman, perkembangan ilmu pengetahuan, penguasaan akan sumber daya alam yang dimiliki manusia ruparupanya dapat mendorong manusia itu melakukan penyangkalan. Menyadari kecenderungan orang beragama dapat berubah menjadi ateis, mendorong orang percaya betapa pentingnya mengingatkan dan mengulang kembali akan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Esensi dari Kitab Ulangan adalah mengingatkan kembali dasar iman Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Kepada mereka diulang, diceramahi kembali tentang pokok ajaman iman kepercayaan mereka bahwa mereka haruslah Takut akan Tuhan. Pengulangan ini bukan berarti diulang begitu saja, Seruan diulang kembali (deutronomi) bermaksud perlu ada koreksi dan reinterpretasi dogma kontekstual agar tetap dipahami secara baru. Kepada Israel diingatkan : "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.”

4. Tindakan takut akan Allah itu dipraktekkan dengan mencapai kedewasaan iman dan perubahan karakter (sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengku). Kemudian Mereka diminta untuk menyingkirkan iman yang sinkritis dan melakukan keperdulian sosial kepada kelompok anak yatim, janda orang asing. Keperdulian sosial berkorelasi dengan ibadah kepada Tuhan. Keperdulian itu dapat diperlihatkan dengan sikap

· Menciptakan kepribadian yang bersahabat dan tulus artinya memberikan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan;

· Mengerti dan menghargai kebiasaan dan tradisi orang lain yang berbeda;

· Meningkatkan penampilan dan etika pergaulan yang mencakup cara kita berpakaian, berjalan, berbicara, melihat, duduk, makan dan minum, bekerja, berjabat tangan, menata rambut, dll yang semuanya adalah penampilan luar kita.

· Memperlakukan orang lain seperti yang kita ingin orang lain perlakukan terhadap kita.

Takut akan Tuhan adalah kondisi yang dinamis di mana orang percaya berusaha melakukan kehendak Tuhan yaitu mencintai sesame. Amin

Sabtu, 01 November 2008

Pertumbuhan Gereja

Kisah Para Rasul 2: 37-41

Banyak orang yang betanya apa yang saya perbuat supaya saya berhasil dalm kerja, hidup rumah tangga, dalam berusaha dll? Sebenarnya jawabannya adalah sederhana: Berbuatlah lebih. Berbuatlah lebih supaya istri atau suami kita terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik. Berbuatlah lebih supaya pelanggan kita datang lagi untuk membeli, berbuat lebih supa bos kita tidak merasa rugi menggaji kita, berbuatlah lebih supaya orang balik bertanya: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Pelayanan yang selalu berbuat lebih akan mengakibatkan pertumbuhan dan pertumbuhan inilah menjadi ciri khas dari kehidupan orang beriman. Iman yang bertumbuh adalah iman yang hidup. Pertumbuhan gereja juga sangat didorong oleh perbuatan lebih dari seluruh anggota jemaat. Yesus dengan nyata-nyata menganjurkan ini: Matius 5:41 " Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil". Pertumbuhan Gereja juga terjadi apabila setiap unsur penatua dan jemat berbuat lebih dalam pelayanan di gereja itu.


Apa yang harus kita perbuat supaya pertumbuhan terjadi ? Pengalaman Gereja mula-mula menjadi cerminan:

a. Perlu Pemahaman yang Benar tentang Firman Allah.

Petrus memberitakan kebenaran tentang Yesus Kristus bahwa dialah Juru Selamat Mesias yang telah dibunuh oleh Yahudi, Yesus adalah keselamatan bagi semua bangsa dan Yahudi tidak mengenalnya malah membunuhNya. Mendengar penjelasan Petrus itu ada orang Yahudi yang percaya. Mereka balik bertanya: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?". Ungkapan ini menunjukkan rasa penyesalan dan keinginan untuk memperbaharui hidup. Realitas ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perubahan terjadi apabila ada pemahaman yang benar, penghayatan yang benar tentang firman Allah. Pemahaman yang benar itu kita harapkan mempengaruhi behavior setiap orang yang memahaminya. Paulus mengatakan: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Tim 3:16-17)

b. Gereja Harus memberikan pertolongan yang lebih.

Ketika mereka sudah memahami Firman Tuhan, mereka bertanya “apa yang harus kami perbuat” maka firman yang didengar itu berubah menjadi aksi atau tindakah. Gereja perlu menolong membantu orang yang ingin berbuat. Gereja perlu menolong jemaat untuk memahami bahwa:

b.1 Jemaat membutuhkan Baptisan

-Baptisan itu untuk semua bangsa, didalamnya ada orang dewasa dan anak-anak : “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu”. Dalam baptisan itu kita dipersatukan dalam pengalaman bersama Kristus. Kita satu dalam kematian, dan kebangkitannya. Jemaat membutuhkan pemahaman ini supaya tidak anggap enteng terhadap baptisan yang diterimanya. Baptisan itu memberikan dia pintu masuk dan peluang menerima anugrah besar dari Tuhan .

b.2. Jemaat membutuhkan Roh Kudus.

Gereja perlu berbuat lebih agar setiap anggota jemaat menyadari bahwa mereka yang percaya dan dibaptis telah diberi anugerah yang luar biasa yaitu Roh Kudus. Roh yang menuntun, menghimpun, mengajari dan membaharui kita hari demi hari. Perubahan dan pertumbuhan terjadi bila Roh Kudus menggerakkan kita. Hal itu nyata dalam persekutuan dengan orang percaya dan dalam interaksi dengan Allah melalui firmanNya. Amin.

Hindari Praktek Keagamaan Yang Dangkal

Yeremia 7:1-7
Kita sangat setuju bahwa Agama adalah satu berkat yang sangat besar untuk perjalanan hidup manusia. Kita setuju hal ini bukan karena kita sedang beribadah di Gereja atau memeluk agama. Realitas dalam sejarah peradaban manusia agama telah memberikan makna kehidupan manusia. Agama telah mengajari manusia tentang asal mula hidup manusia, untuk apa manusia hidup, apa makna kematian, ke mana hidup ini setelah mati. Agama juga mengajari manusia memahami dunia ini bagaimana menguasai, mengusahai, bersahabat dengan alam sekitar, dan bagaimana menciptakan kedamaian, cinta kasih. Agama juga bahkan mengajari manusia tentang seni, musik dan budaya. Agama juga berjasa untuk membangun dunia yang lebih maju. Mari kita ingat Gerakan reformasi Martin Luther, 31 oktober 1517, yang mendorong gerakan protestantisme. Kita tau ajaran protestantisme dianggap memberikan inspirasi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sehingga tercipta dunia yang modern.

Namun kita juga harus menyadari bahwa dalam fakta sejarah agama juga sudah menjadi sumber penderitaan bagi umat manusia. Agama menjadi sumber perpecahan, pemisahan, peperangan bahkan sumber dari genosid. Bahkan agama juga dipakai pemeluknya sebagai alasan melakukan terorisme dan penindasan terhadap HAM dan kebebasan orang lain. Hal ini kita pahami akibat adanya pemahaman yang dangkal tentang bergama.


Dalam Alkab diterangkan bahwa Yeremia menyaksikan praktek keagamaan yang dangkal di tengah-tengah bangsa Yahudi. Yeremia mengkritik perasaan nyaman beribadah bangsa Israel. Rupa-rupanya ada imam dan nabi yang mengkhotbahkan : Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN. Mereka mengajarkan bahwa artefak-artefak yang ada di Bait Allah: bangunan bait Allah, tanah perjanjian, peralatan-peralatan peribadatan yang sudah dipakai turun-temurun, dianggap menjadi bukti kehadiran Allah. Artefak itu dipercaya berkuasa mengikat Allah. Kemudian, mereka percaya ritus-ritus peribadatan sejak masuk dari pintu gerbang Bait Allah sampai ke ruang kudus sebagai ibadah yang sempurna.
Tuhan memprotesnya melalui Yeremia dengan mengatakan: “Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah..... perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini” (ay 2-3). Kata “perbaikilah” diterjemahkan Bible KJV dengan amend : artinya mengamandemen, merubah. Yeremia melihat ritual keagamaan telah menjebak umat Yahudi pada hukum formal tanpa menyentuh/mendalami dan memahami hakekat dari ajaran agama tersebut. Peribadatan menjadi simbol pengakuan pada Yahwe saja. Mereka beribadah tanpa kehadiran Tuhan di sana. Kehadiran Allah hanya diajarkan pada tataran permukaannya. Bangsa itu tidak diajarkan lagi keadilan, kebenaran dan anti penghisapan. Tidak diajarkan bagaimana mencintai, menjaga dan merawat hubungan dengan alam, manusia dan dengan Tuhan. Yeremia melihat ibadah bangsa itu telah kehilangan hakekatnya sebagai alat pembebas manusia dari ketertindasannya. Dengan segala kondisi tersebut ritual keagamaan pada praktek keseharian menjadi alat legitimasi rezim dalam menindas rakyatnya. Menjadi legitimasi pembodohan massal dalam kehidupannya. Yeremia menyuarakan amandemen tingkah langkah dan perbuatan.

Keadaan ini ingin diperbaiki Yeremia dengan memberitahukan praktek ibadah yang sejati. Ibadah yang benar harus mempunyai korelasi dengan perilaku adil dalam interaksi sosial. Yeremia menyuarakan: “jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu... melaksanakan keadilan.... tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain,.... maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya”(ay 5-7 bd. Yak 1:27).

Yeremia menekankan bahwa Israel tidak boleh memiliki dualisme kehidupan, yaitu ketika di bait Allah kelihatan rohaninya luar biasa, namun ketika ia berada di luar kegiatan - kegiatan kerohanian hidupnya tidak berbeda dengan kehidupan orang yang tidak mengenal Allah. Sikap dualisme itu akan membuat mereka kehilangan kesempatan bersama Allah. Yeremia menyuarakan pertobatan orang beragama, amandemen pemahaman orang beragama, sebab orang beragama belum tentu mereka merindukan Tuhan. Umat beragama perlu memperbaharui hidup dengan mengarahkan pandangan terhadap realitas sosial yang ada di sekitar bait Allah. Di situ ada pengemis, anak yatim, para janda, kaum miskin dll. Suatu ketika, rasul Petrus dan Yohanes pernah menghentikan langkahnya di Gerbang Indah dan menunda masuk ke dalam Bait Allah. Padahal waktu sembahyang sudah menjelang. Sembahyang atau ibadah itu sangat penting. Namun rupanya ada yang sama pentingnya dengan ibadah dan sembahyang itu: menyapa seorang anak manusia yang terpuruk di realitas hidup (Kis 3:1-10). Yeremia menegur Israel di Gerbang Bait Allah ketika mau beribadah karena mereka tidak perduli malah menindas orang asing, anak yatim, para janda. Hati dan iman mereka dangkal dan tindakannya cabul di mata Tuhan.

Dalam perjalanan sebagai Gereja di tengah-tengah bangsa Indonesia, kita diingatkan akan bahaya praktek keagamaan yang dangkal: Kehidupan Gereja kita tidak boleh terjebak dalam praktek ritual semata. Kita tidak boleh menyatakan sudah cocok tingkah laku dan perbuatan kita, dengan ukuran banyak jemaat datang beribadah pada hari minggunya, demikian juga pada ibadah khusus dll. Kedangkalan akan menjadikan simbol-simbol keagamaan sebagai satu-satunya ukuran kemajuan. Kedangkalan akan mengukur kemajuan hanya dengan semaraknya acara-acara keagamaan. Di sinilah pentingnya kembali gerakan “melek agama” (religious literacy), sikap cerdas memaknai, mengembangkan, sekaligus menjalankan nilai-nilai iman dalam kehidupan nyata. Kita berharap Gereja jangan bertubuh besar tetapi dengan tangan yang pendek dan kaki yang pendek. Kita terpanggil memperbaiki tingkah laku dan perbuatan agar menjadi gereja yang mempunyai tangan yang terulur kepada anak yatim, para janda, para orang miskin, tangan harus mampu menjangkau, menyuapi yang ada di sekitarnya. Gereja juga mempunyai kaki yang rajin melangkah, menjangkau daerah-daerah yang belum terlayani. Amin

Senin, 27 Oktober 2008

Jodoh


Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

1.Pendahuluan

Dalam mencari jodoh seseorang dipengaruhi oleh apa yang ada di luar dirinya: seperti ikatan kekerabatan : karena orang tua; ikatan kedaerahan, karena sama-sama orang Batak, ikatan kelompok: karena teman sekerja, ikatan keagamaan : karena sama-sama Kristen dll. Kemudian dia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam dirinya seperti faktor psikologis: pengalaman, motivasi, interaksi simbolik: merasa dirinya senang, suka dll.

Kedua faktor yang mempengaruhi ini dapat menimbulkan permasalahan apa bila ada yang bersebrangan, yang pada akhirnya sulit untuk mengambil keputusan. Ketika orang-orang disekitar kita (orang tua, kakak, adik, namboru, tulang, nantulang dll) mengatakan belum pas dengan pilihan kita sehingga mereka menyodorkan yang lain diperhadapkan dengan pilihan kita yang menurut kita sudah cocok dan okey, maka muncul pertanyaan: manakah yang kita maui ? Memang tidak ada salahnya bila kita dapat yang terbaik. Pasti banyak orang yang suka punya suami atau istri, atau menantu yang punya kepribadian. ( bukan mobil pribadi, rumah pribadi, usaha pribadi). Atau mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang dianggap keluarga baik-baik dan berhasil. Tetapi keputusan tetap ada pada orang yang hendak kawin sebab dialah yang menjalani kehidupannya sendiri.

Hal yang penting kita pertimbangkan dalam memilih jodoh adalah apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yang kita anggap menjadi pertimbangan prioritas.

2. Apa kata Firman Tuhan ?

2.1. Jodoh adalah Pemberian Tuhan.

Di dalam Alkitab ditemukan pemahaman bahwa jodoh itu adalah pemberian Tuhan.,sekalipun kita yang pacaran sampai hujan-hujanan. Kita tau lembaga ”perkawinan” terletak pada ranah (realm) ”orde penciptaan” (Order of Creation), bahwa ”perkawinan” itu diciptakan dan dikehendaki Allah dari sejak awalnya. Ketika Allah merancang untuk menciptakan dunia ini bersama isinya dia juga tuurt merancang perkawinan. Perkawinan itu ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah dan sudah ada sejak ”dari sono-nya”. Hakikatnya baik, suci karena itu manusia diberi jodoh. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.(Kej 2:18). Ketika kita sudah menjadi pasutri (pasangan suami istri), baik itu berdasarkan pilihan kita atau yang dijodohkan bagi kita, itu bermakna bahwa dialah jodoh yang diberikan Kita harus menerimanya dan bertata: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." (Kej 2:23).

2.2. Jodoh adalah Pasangan yang Sepadan

Sebelum kita putuskan dalam hidup ini siapa yang menjadi jodoh kita, ada baiknya kita pahami asas perkawinan orang Kristen. Ada trilogi (asas pokok) perkawinan Kristen yaitu (a) asas monogami seorang laki-laki dengan seorang perempuan; (b) asas kesetiaan yang diisi dengan kehidupan seksual yang suci ( fidelitas); dan (c) asas seumur hidup yang menolak perceraian (indisolubilitas). (Kej 2:24, Mat 19:5, Mrk 10:7-8 Ef 5:31 Mrk 10: 7-9). Untuk itu dalam memilih jodoh perlu kita pertimbangkanb hal-hal yang pokok:

a. Imannya.

Tidaklah bijaksana apabila jodoh kita seseorang yang tidak mengasihi Allah. “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS) demikian Firman Tuhan. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korint 6: 14-15). Kedua ayat ini mendorong kita untuk memilih jodoh yang seiman dengan kita. Keluarga Kristen orang percaya adalah tempat belajar yang pertama dan utama untuk mengenal Tuhan. Josua membuat suatu komitmen tentyang itu ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15c). Dalam prinsip ini telah dicakup teori makro dan teori mikro sosial.

b. Kematangan Pribadinya.

Memilih jodoh juga memperhatikan aspek kematangan pribadinya. Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat dia bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain? Attitude (sikap, perilaku) faktor yang menjudukung dalam kebahagiaan rumahtangga. Kita ingin jodoh kita itu mempunyai self-confident ada kematangan pribadi, kemampuan perasaan untuk berbagi dan memahami sehingga hidup perkawinan yang sering digambarkan punya dua sisi yaitu ribut dan rukun dapat teratasi dengan baik. Firman Allah berkata ”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Josua 1:9)

c. Temperamennya.

Memilih jodoh juga harus kita perhatikan temperamennya. Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil?. Ada dalam Alkitab yang mengingatkan kita, "Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan” ( 1 Korintus 5:11, ). Kehidupan keluarga kita kelak menjadi gambaran persekutuan rohani yang ada iman, pengaharapan dan kasih. Betapa susahnya kita apabila hidup bersama dengan orang yang suka berantam, marah-marah dan ”main tangan”. Rumah bagaikan ring tinju.

d. Tanggung-jawabnya.

Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.? Untuk ini tentu kita perlu memilih yang sehat secara fisik dan sehat secara seksual. Kita tahu banyak kehidupan perkawinan yang hancur gara-gara yang ”satu itu”. Secara umum ada 3 orientasi seksual manusia: Heteroseks: seseorang pada lawan jenis dalam melakukan aktivitas seksual. Kedua homoseks : Seseorang yang tertarik pada sejenis dalam melakukan aktivitas seksual dan ketiga Biseks: Seseorang yang tertarik pada lawan jenis dan sejenis dalam melakukan aktivitas seksual. Pililah jodoh yang heteroseksual sebab perkawinan dipahami antara laki-laki dengan perempuan.

3. Kesimpulan

Jodoh adalah pemberian Tuhan. Tuhan telah menganugerahi kita kecakapan untuk tertarik dengan lawan jenis sehingga kita dapat memilih jodoh kita menurut kemauan kita sendiri. Namun kita tidak boleh lupa bahwa Tuhan juga menempatkan di sekitar kita orang-orang yang perduli dan mencintai kita. Pendapat dan saran mereka juga perlu dipertimbangkan dalam memilih jodoh. Bisa saja pendapat mereka lebih condong kepada yang terdapat dalam Firman Tuhan. Tidak ada salahnya mendengar dan memperimbangkan pendapat orang yang mencintai kita. Tuhan menginginkan kita semuanya mempunyai jodoh yang sepadan dengan kita demi kelangsungan hidup manusia di dunia ini dan kelangsungan gerejaNya.

Jodoh

1.Pendahuluan

Dalam mencari jotindakan orang dipengaruhi oleh sesuatu yang ada di luar dirinya: seperti ikatan kekerabatan : karena orang tua; ikatan kedaerahan, karena sama-sama orang Batak, ikatan kelompok: karena teman sekerja, ikatan keagamaan : karena sama-sama Kristen, Ikatan pendidikan: karena sama-sama S2, ikatan ekonomi: karena sama-sama orang kaya /miskin dll. Hubungan teori makro ini dengan dengan memilih jodoh ialah seseorang memilih jodoh ditentukan berdasarkan dengan apa yang ada di luar dirinya.

Teori kedua yaitu teori – teori sosiolog mikro yang intinya adalah bahwa perilaku dan tindakan seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam dirinya. Dia bertindak karena factor-faktor psikologis: berangkat dari faktor pengalaman, faktor motivasi yang ada dalam dirinya, faktor adanya interaksi simbolik: merasa dirinya cocok dengan sesuatu hal, merasa dirinya senang, suka dll. Hubungan teori ini dengan memilih jodoh adalah seseorang memilih jodoh ditentukan berdasarkan apa yang ada dalam benak dan pikiran orang itu.

Tentu kedua jenis teori besar ini mempengaruhi kehidupan kita ketika bertindak dan memilih jodoh. Dorongan keduanya sangat besar dalam kehidupan setiap orang sehingga dapat menimbulkan permasalahan yang pada akhirnya sulit untuk mengambil keputusan. Ketika ada orang-orang yang mencitai kita (orang tua, kakak, adik, namboru, tulang, nantulang dll) mengatakan bahwa jodoh yang telah kita pilih itu belum pas dengan bobotnya (kurus atau gemuk) dan bibitnya (unggul atau lokal) sehingga mereka menyodorkan yang lain. Sementara untuk kita, menurut pikiran, perasaan dan benak kita pilihan kita itu sudah cocok dan okey, maka muncul pertanyaan: manakah yang kita maui ? Memang tidak ada salahnya bila kita dapat yang terbaik. Pasti banyak orang yang suka punya suami atau istri, atau menantu yang punya kepribadian ( plesetannya: mobil pribadi, rumah pribadi, usaha pribadi). Atau mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang dipersepsi orang sebagai orang “nagabe, na sangap, namora” (Keluarga besar, keluarga terhormat dan keluarga kaya). Semuanya itu wajar saja. Keputusan tetap diserahkan pada masing-masing orang sebab dialah yang menjalani kehidupannya sendiri. Dalam memilih jodoh kita harus mempertimbangkan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yang kita anggap menjadi pertimbangan prioritas untuk menentukan jodoh kita.

2. Apa kata Firman Tuhan ?

2.1. Jodoh adalah Pemberian Tuhan.

Di dalam Alkitab ditemukan pemahaman bahwa jodoh itu adalah pemberian Tuhan. Kita tau lembaga ”perkawinan” terletak pada ranah (realm) ”orde penciptaan” (Order of Creation), bahwa ”perkawinan” itu diciptakan dan dikehendaki Allah dari sejak awalnya. Ketika Allah merancang untuk menciptakan dunia ini bersama isinya dia juga tuurt merancang perkawinan. Perkawinan itu ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah dan sudah ada sejak ”dari sono-nya”. Hakikatnya baik, suci karena itu manusia diberi jodoh. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.(Kej 2:18). Ketika kita sudah menjadi pasutri (pasangan suami istri), baik itu berdasarkan pilihan kita atau yang dijodohkan bagi kita, itu bermakna bahwa dialah jodoh yang diberikan Kita harus menerimanya dan bertata: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. (Kej 2:23)

2.2. Jodoh adalah Pasangan yang Sepadan

Sebelum kita putuskan dalam hidup ini siapa yang menjadi jodoh kita, ada baiknya kita pahami asas perkawinan orang Kristen. Pilihan kita tentukan bersasarkan asas itu. Ada trilogi (asas pokok) perkawinan Kristen yaitu (a) asas monogami seorang laki-laki dengan seorang perempuan; (b) asas kesetiaan yang diisi dengan kehidupan seksual yang suci ( fidelitas); dan (c) asas seumur hidup yang menolak perceraian (indisolubilitas). (Kej 2:24, Mat 19:5, Mrk 10:7-8 Ef 5:31 Mrk 10: 7-9). Untuk itu dalam memilih jodoh perlu kita pertimbangkanb hal-hal yang pokok:

a. Imannya.

Tidaklah bijaksana apabila jodoh kita seseorang yang tidak mengasihi Allah. “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS) demikian Firman Tuhan. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korint 6: 14-15). Kedua ayat ini mendorong kita untuk memilih jodoh yang seiman dengan kita. Keluarga Kristen orang percaya adalah tempat belajar yang pertama dan utama untuk mengenal Tuhan. Josua membuat suatu komitmen tentyang itu ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15c). Dalam prinsip ini telah dicakup teori makro dan teori mikro sosial.

b. Kematangan Pribadinya.

Memilih jodoh juga memperhatikan aspek kematangan pribadinya. Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat dia bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain? Attitude (sikap, perilaku) faktor yang menjudukung dalam kebahagiaan rumahtangga. Kita ingin jodoh kita itu mempunyai self-confident ada kematangan pribadi, kemampuan perasaan untuk berbagi dan memahami sehingga hidup perkawinan yang sering digambarkan punya dua sisi yaitu ribut dan rukun dapat teratasi dengan baik. Firman Allah berkata ”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Josua 1:9)

c. Temperamennya.

Memilih jodoh juga harus kita perhatikan temperamennya. Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil?. Ada dalam Alkitab yang mengingatkan kita, "Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan” ( 1 Korintus 5:11, ). Kehidupan keluarga kita kelak menjadi gambaran persekutuan rohani yang ada iman, pengaharapan dan kasih. Betapa susahnya kita apabila hidup bersama dengan orang yang suka berantam, marah-marah dan ”main tangan”. Rumah bagaikan ring tinju.

d. Tanggung-jawabnya.

Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.? Untuk ini tentu kita perlu memilih yang sehat secara fisik dan sehat secara seksual. Kita tahu banyak kehidupan perkawinan yang hancur gara-gara yang ”satu itu”. Secara umum ada 3 orientasi seksual manusia: Heteroseks: seseorang pada lawan jenis dalam melakukan aktivitas seksual. Kedua homoseks : Seseorang yang tertarik pada sejenis dalam melakukan aktivitas seksual dan ketiga Biseks: Seseorang yang tertarik pada lawan jenis dan sejenis dalam melakukan aktivitas seksual. Pililah jodoh yang heteroseksual sebab perkawinan dipahami antara laki-laki dengan perempuan.

3. Kesimpulan

Jodoh adalah pemberian Tuhan. Tuhan telah menganugerahi kita kecakapan untuk tertarik dengan lawan jenis sehingga kita dapat memilih jodoh kita menurut kemauan kita sendiri. Namun kita tidak boleh lupa bahwa Tuhan juga menempatkan di sekitar kita orang-orang yang perduli dan mencintai kita. Pendapat dan saran mereka juga perlu dipertimbangkan dalam memilih jodoh. Tuhan menginginkan kita semuanya mempunyai jodoh yang sepadan dengan kita demi kelangsungan hidup manusia di dunia ini dan kelangsungan gerejaNya.

Sabtu, 25 Oktober 2008

Jangan Membalaskan Kejahatan


Renungan Minggu, 26 Oktober 2008
Nats: Amsal 20:22-27
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Sekarang ini banyak cara orang melakukan kejahatan. Salah satu yang sangat trend adalah dengan hipnotis. Pelaku menghipnotis si korban sehingga dengan mudah diperdaya dan raiplah semua harta yang dimiliki. Banyak yang sudah korban, akibatnya masyarakat merasa menarus dendam terhadap pelaku kejahatan .Apabila ada pelaku yang ketangkap langsung dihakimi dijalan sampai babak belur, malah sampai mati.
Tidak hanya itu saja, baru-baru ini ada seorang alim ulama yang dibunuh rame-rame setelah sembayang karena dianggap mempunyai ajaran yang berbeda dengan yang diyakini secara umum. Hukum jalanan langsung memberikan fonis mati.
Tentu tindakan main hakim sendiri atas pelaku kejahatan harus kita pantangkan. Sebagai masyarakat yang sudah berbudaya, yang dibangun diatas supermasi hukum, kita harus memiliki sikap hidup yang bermartabat. Sikap hidup bermartabat itulah yang dibangun berdasarkan nasehat-nasehat yang ada dalam firman Tuhan. Intinya pesan tersebut adalah bahwa orang percaya hendaknya menyelesaikan masalah secara manusiawi dan takut akan Tuhan. Hal itu menjadi menjadi bukti iman percaya kita kepada Tuhan.
Dalam Amsal 20:22-27, diterangkan bahwa ada tindakan yang harus kita hindarkan sebagai bukti manusia beriman dan bermartabat:

1. Tidak melakukan pembalasan atas kejahatan yang kita alami:
Perkataan dalam ayat 22: “Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan,” bukan bermaksud supaya kita membiarkan diri kita atau keluarga kita diperlakukan semena-mena atau menjadi korban kejahatan. Firman ini lebih bermakna Apabila kita yang menjadi korban kejahatan janganlah kita melakukan tindakan pembalasan tetapi biarlah Tuhan yang membalaskan. Tentu pembalasan Tuhan itu dilakukan oleh pengganti kehadiran Allah di dunia. Mereka itu adalah paran Raja, pemerintah hakim yang adalahhamba Allah yang dipilih untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Amsal mempertegasnya di Ayat 26: Raja yang bijaksana tahu siapa orang yang jahat; ia akan menghukum mereka tanpa ampun. Sebaliknya bila ada Raja, pemerintah yang tidak tahu siapa yang jahat, masalah bekerja sama dengan penjahat, mereka akan kehilangan wibawa, pengadilannya akan tidak benar, putusannya dapat dipesan sesuai selera. Raja yang tidak menumpas kejahatan akan memunculkan pengadadilan jalanan (street justice). Masyarakat akan melakukan pembalasan dengan menghakimi di jalan raya. Akibatnya ada yang bertindak semena-mena dan hidup serasa tinggal di hutan, karena hukum rimba yang diterapkan. Penghakiman jalanann akan membuat orang yang menghakimi merasa orang yang benar, tanpa dosa.

- Kita sering mendengat berita misalnya : Seorang pira yang turun dari bis kota babak belur dihajar massa karena diteriaki maling oleh seorang penumpang dalam bus .
Mari kita bayangkan apabila setiap orang langsung melakukan pembalasan atas kejahatan yang dia alami. Dunia akan penuh dendam, orang akan sangat curiga mencurigai, setiap hari akan ada korban balas dendam dll.

Mari kita selalu bermohon Tuhan lindungilah kami dari orang yang berbuat jahat, padao ma hami sian siula hajahaton. Kita harus berdoa supaya pemerintah para penegak hukumnya tidak tunduk pada kejahatan, terorisme atas nama apapun. Mereka harus menghukum pelaku kejahatan supaya rakyat tidak mengambil alih tugas mereka.

2. Kita harus memantangkan tindakan menipu:

Amsal mengingatkan bahwa : Neraca Serong itu tidak baik. Berulangkali Tuhan mengingatkan Bangsa Israel dan manusia tentang neraca serong ini:
Imamat 19:36 Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir.
Amsal 11:1 Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.
Amsal 16:11 Timbangan dan neraca yang betul adalah kepunyaan TUHAN, segala batu timbangan di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya.
Yehezkiel 45:10 Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu.
Mikha 6:11 Masakan Aku membiarkan tidak dihukum orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi batu timbangan tipu?

Setiap orang yang menggunakan neraca serong bertujuan mencari keuntungan sendiri, mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Dia menghianati kepercayaan orang kepadanya. Tindakan seperti ini sangat menyakitkan bagi orang yang ditipu.
- Misalnya betapa kesalnya perasaan orang yang membeli emas 100 gram, tiba-tiba setelah ditimbang di tempat lain emas itu hanya 99 gram. Dia merasa kesal dan pasti mengutuki orang yang memakai neraca serong baginya.
Sekarang ini seolah-olah banyak orang berpikir tanpa penipuan orang tidak akan untung. Malah ada pekerjaan yang dianggap wajar melakukan penipuan misalnya : Penjualan mobil bekas, pengacara, politisi: Dipekerjaan ini seolah-olah disahkan pekerjaan tipu menipu. Firman Tuhan ini untuk semua manusia dalam pekerjaan apapun. Tuhan akan membenci, tidak menyukai orang yang melakukan penipuan dalam pekerjaanya.

2. Buatlah Tuhan yang prioritas bagimu: Jangan anggap enteng terhadap hal-hal rohani.

Amsal mengajarkan bahwa kehidupan kita ada dalam rancangan Tuhan: Langkah orang ditentukan oleh TUHAN (ay 24). Sukacita dan duka cita dibiarkan kita alami supaya kita mengetahui bahwa banyak hal yang terjadi diluar kendali kita. Sebab orang tidak pernah merencanakan duka cita. Kesadaran seperti ini hendaknya membuat kita berhati-hati: apabila membuat janji /sumpah/nazar dihadapan Tuhan. Sebenarnya Tuhan mengetahui manusia itu pelupa, atau mau ingkar janji karena itulah diingatkat: Pikir baik-baik sebelum menjanjikan kurban kepada TUHAN. Boleh jadi engkau akan menyesal kemudian (ay 25 BIS)

Nazar itu adalah janji kepada Tuhan dalam doa, dengan maksud agar Tuhan memenuhi permintaannya dengan segera. Karena itu nazar tidak boleh ditunda karena nazar adalah hutang. Memang tidak ada orang yang berani menuntut nazar kita, tidak ada yang menagih janji kita pada Tuhan, tetapi yang perlu kita sadari apa yang sudah kita ucapkan itu sifatnya sudah mengikat kita.

Dulu ada Gereja yang dibangun untuk membayar nazar: Sebelum berangka berobat ke Belanda , dalam doanya dia berkata, Tuhan apabila aku sembuh , aku akan membangun Gereja yang di kampung kami. Ternyata dia sembuh, dan dengan seketika gereja itu langsung dibangun.

Bukan seperi najar tukang jual kerbau dari Samosir Ke Balige. Kerbau yang akan dijual tidak dimasukkan ke kapal, tetapi kerbau berenang sambil ditarik Kapal. Toke kerbau ini berjanji bernazar: Tuhan apabila 10 kerbau ini selamat , satu ekor untuk Tuhan Gereja. Namun setelah pelabuhan kelihatan dan kapal akan berlabuh, dia berpikirpikir terlalu banyak satu ekor untuk gereja.... Dia langsung turun kapal dan dan mengambil pasir di pantai ditaruh di kepalanya: Pirma tondim malua ho sian parmaraan, tapi dia lupa nazarnya, ekornya sajapun tidak dilunasi.
Tidak membalaskan kejahatan, menjauhkan tindakan penipuan dan menempatkan Tuhan yang prioritas dalam perjalanan hidup adlah penampakan orang yang beriman kepada Tuhan. Amin