Minggu, 17 Agustus 2008

Hidup Merdeka

Nats: Yeremia 34:8-10
oleh: Pdt.Gunawan Panjaitan.STh,.MSi

Pantaslah pada 17 Agustus 2008 kita merenungkan kembali arti dan makna merdeka dalam hidup kita sebagai orang Kristen yang tinggal di Bumi Nusantara yang sudah merdeka 63 Tahun. Kemerdekaan kita maknai dengan bebas dari segala bentuk penjajahan: bebas dari tahanan, bebas dari kekuasaan yang menindas, bebas dari intimidasi, bebas dari tekanan, bebas dari nilai dan budaya yang mengungkung diri kita. Makna kemerdekaan yang sangat luas ini menimbulkan pertanyaan : Apakah kita sudah sepenuhnya merdeka ? Memang setelah pulang Belanda Penjajah ternyata mucullagi -belanda kampung: Penjajah setempat – Kita Sebagai Anak Bangsa saling menjajah- seperti mempersempit kehidupan orang yang tidak seiman dengan kita.

Dalam persfektif kekritenan kemerdekaan adalah anugerah Allah; Yesus Kristus memerdekakan kita. Kemerdekaan adalah tanda yang menunjuk bahwa Allah telah bertindak dalam sejarah. Ia bukan Allah yang diam dan apatis terhadap derita manusia akibat pejajahan.
Kita percaya setiap manusia yang terlahir ke dunia semuanya adalah mahluk yang merdeka, kita hanya terikat kepada satu hal yaitu Kasih Allah di dalam Yesus Kristus. Kita hanya mau terikat kepada Allah sejak dibabtiskan ke dalam nama Allah Bapa Yesus Kristus dan Roh kudus. Dalam iman kita menempatkan diri menjadi hambaNya. Paulus mengatakan dalam Roma 6:22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, Namun manusia selalu ingin membuat dirinya orang jajahan karena membiarkan hidupnya dikendalikan oleh akalnya budinya sendiri, oleh hawa nafsunya, ilmu, harta dan kuasa-kuasa kegelapan. dll. Kemerdekaan yang abadi adalah manakala kita melepaskan semua ikatan dari apapun kecuali hanya dengan Allah.

Kemudian, merdeka adalah sebuah proses bukan sebuah tujuan: Merdeka menjadi Awal dimana kita dapat membangun kehidupan yang lebih bermartabat, lebih mulia dan berbuahkan kemajuan dan pengembangan diri. Untuk itulah Allah membebaskan Israel dari perbudakan di Mesir dan yang lebih agung lagi Yesus membebaskan kita dari kuasa dosa dan maut.
Proses memerdekakan itu dikerjalan Allah secara kreatif dan dinamis sehingga merubah keadaan sejarah manusia. Allah yang bergerak meruntuhkan kuasa-kuasa demonik- kegelapan yang bersarang dan memerintah dalam kedirian sang penjajah. Keyakinan itu yang membuat pendiri bangsa ini mengatakan bahwa sekalipun kemerdekaan membutuhkan semangat juang yang tinggi, sikap heroik, kebersamaan yang solid namun tanpa anugerah dan berkat dari Allah kemerdekaan itu tidak dapat kita raih

Persekutuan orang percaya adalah persekutuan yang memerdekakan. Dalam Alkitab ditemukan aturan yang mengharuskan sesama umat Allah harus memberikan kemerdekaan.
Orang Yahudi hanya bisa menjadi budak bagi sesamanya hanyalah 6 Tahun. Dalam Keluaran 21:2 dikatakan: Apabila engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka, dengan tidak membayar tebusan apa-apa. Inilah kembali disuarakan oleh nabi Yeremia dengan mengatakan: Supaya setiap orang melepaskan budaknya bangsa Ibrani, baik laki-laki maupun perempuan, sebagai orang merdeka, sehingga tidak ada seorang pun lagi yang memperbudak seorang Yehuda, saudaranya (34:9).
Firman ini memberikan tugas bagi orang kristen:

1. Kita terpanggil secara aktif dan kreatif mengambil bagian dalam usaha mencegah segala hal yang merongrong dan rendahkan harkat dan martabat manusia: Manusia harus dihargai sebagai kemuliaan Tuhan. Pembantu dirumah kita juga harus terjaga harkat martabatnya. Sekalipun mereka orang upahan.

2. Kita terpanggil ntuk memberikan ruang bagi orang lain. Kemerdekaan baru benar-benar merupakan kemerdekaan sejati, jika memberi memberi tempat yang layak bagi rakyat. Dimanamun di negeri ini kita aman, tidak ada pendatang, perantau dari sabang sampai merauke adalah ruang bagi semuanya tidak terkecuali. Setiap orang barang siapun hendaknya diberi ruang untuk memilih A atau memilih B atau C . Dalam ruang Indonesia kita harapkan di dalamnya diwujudkan secara konsisten pembangunan yang berorientasi pada kepentingan rakyat banyak. Apabila rakyat hanya menjadi tumbal, rakyat selalu tersingkir dan tersungkur, makin terempas dan tidak lagi memiliki haknya yang sejati, maka sesungguhnya kita belum benar-benar merdeka.

3. Kita terpanggil sebagai orang merdeka untuk mengutamakan tegaknya peraturan, hukum dan keadilan. Hidup merdeka adalah bebas untuk tidak melakukan dosa. Agar kihidupan kita tersusun rapi dan menjadi indah kita harus melakukan aturan atas kesadaran sendiri bukan karena terpaksa atau takut kena hukuman. Peraturan, hukum penting namun kita harus pahami itu dalam kesadaran kita. Paulus menyadari makna itu sehingga dia berkata dalam 1Korintus 6:12 : Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun. Peraturan, hukum adalah petunjuk, guide dan dituntut kerelaan untuk melakukannya.

Kemerdekaan yang sejati ada dalam Dia yang telah membebaskan kita dai segala hal yang memperbudak kita. Amin

Kamis, 14 Agustus 2008

Pria dan Perempuan Dewasa

Oleh: Pdt.Gunawan Panjaitan.STh,MSi
Nats : Titus 2:1-10

Kelakuan atau tingkahlaku (behavior) manusia sangat dipengaruhi banyak faktor dalam kehidupan ini. Media massa yang bekerja sama dengan para pelaku industri media melalui iklan dan tontonan lainnya menjadi satu aspek yang banyak mempengaruhi kelakuan manusia. Konsumen media mempunyai rasa percaya yang tinggi terhadap media massa, sehingga sering menjadi terkecoh seolah-olah apa yang dilihat di media itu semuanya kebenaran yang patut ditiru. Untuk itu perlu meningkatkan media literasi supaya mampu memahami apa nilai yang ditebar oleh media dan memilah nilai-nilai yang pantas bagi kita. Manusia dalam bertingkah laku juga banyak dipengaruhi oleh kultur budaya yang didapat dalam lingkungannya. Banyak berpendapat apa yang kita perankan hari ini adalah hasil dari konstruksi budaya yang telah kita jumpai. Ketika kita lahir ke dunia ini kita telah disodorkan aturan, kebiasaan, adaat istiadat yang harus kita jalankan. Bagaimana kita berbicara, melakukan pekerjaan, memahami waktu adalah hasil bentukan kultur itu sendiri. Kita mengenal istilah “jam karet” yang maknanya semuanya kita pahami sudah biasa dengan terlambat adalah hasil dari budaya kita memahami waktu.

Selain kedua aspek tadi manusia juga bertingkahlaku dipengaruhi oleh apa yang dia percayai. Iman – kepercayaan adalah kekuatan yang memaksa orang bagaimana seharusnya bertingkah laku. Seseorang akan merasa bersalah bila bertindak tidak sesuai dengan yang diimaninya. Realitasnya memang bahwa banyak orang yang bertingkah laku berbeda dengan apa yang diimani. Arti penting tingkah laku sejalan dengan apa yang di imani di tekankan Paulus kepada si Titus sebagai bahan ajaran yang penting dalam membangun persekutuan orang-orang kudus. Paulus menyarankan “beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat” (ay 1). Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya doktirn dalam iman Kristen yang benar dan sesuai dengan firman Tuhan, sebab banyak waktu itu di Kreta tempat di mana Titus tinggal, kehidupan masyarakat mengalami demoralisasi. Sehari-hari masyarakat akrab dengan perjinahan, pencurian, penindasan, pesta pora dll. Paulus ingin warga jemaat Kristen dibangun moralnya sesuai dengan Firman Tuhan (dokrin yang sehat).

Paulus memberikan pengajaran bagaiman seharusnya orang Kristen dalam semua kelompok umur, berperilaku yang benar:

Bagaimana Menjadi seorang Bapak Yang Baik ditengah dunia yang jahat?.

Titus 2:2 Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Perkataan ini hendak menyatakan bahwa orang yang sudah pengalaman, yang telah menjalani banyak lika-liku kehidupan, asam garam dunia, hendaklah menjadi contoh bagi laki-laki yang lebih muda. Setiap orang tua tidak pantas lagi berlaku seperti orang muda yang tidak punya pengalaman. Laki-laki tua yang sederhana dalam penampilan, asesoris yang pas dengan umurnya dll akan menempatkan diri sepantasnya, karena itu tidak perlu lagi menjadi dandy. Orang tua menjadi sumber nasehat dan orang muda sumber tenaga.

Bagaimana menjadi seorang wanita yang baik ditengah dunia yang jahat?
Perempuan dewasa diberi Firman Tuhan posisi yang sangat strategis dalam membangun kehidupam yang bermakna di hadapan Tuhan. Kelakuan yang dituntut antaralain:

- Cintailah Suamimu: Prioritas istri adalah mencintai suaminya dalam relasi yang baik . Paulus memberikan dasar pemahamannya dalam Efesus 5:22-24 : Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. Hubungan ini tidak lah timpang. Makna kata "tunduk" kepada Istri adalah memberi diri, seperti Kristius yang memberi diri untuk keselamatan jemaat. Hubungan suami istri yang harmonis akan menghindarkan perselingkuhan dan menjadi pelajaran bagi anak-anak tentang membangun keluarga bahagia.
- Cintailah Anak-anakmu: Mencintai anak-anak bukan berarti memberikan apa saja yang diminta, tepi memberikan dia kenyamanan dan kemampuan menghadipi kehidupan di dunia ini karena ada ibunya. Pembinaan disiplin salah satu yang didukung Alkitab : Amsal 23:13 Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.
- Bangunlah karakter orang muda dengan contoh dan didikan: Tanamkan nilai-nilai murni kepada pasangan muda dengan komitmen yang kuat menjaga kesucian perkawinan. Orang muda perlu didik “menguasai diri”. Menurut Amsal “Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.” (30:18-19) Susah dimengerti jalan orang muda karena banyak yang muncul dalam alam pikirannya. Mereka perlu diajara menguasai diri. Perilaku mulia lain adalah rajin mengerjakan pekerjaan di rumah, baik hati, jujur dan sungguhsungguh dalam pengajaran. Hal yang penting bagi perempuan dewasa adalah sehat, cantik selalu karena peranannya yang mulia itu.

Kesimpulan : Peranan laki-laki dewasa dan wanita dewasa sangat strategis dalam membangun persekutuan di gereja, generasi muda yang sukses. Peranan itu akan memuliakan Tuhan dan menjadi pernyataan iman kita ditengah tengah dunia yang penuh tantangan ini. Amen

Rabu, 13 Agustus 2008

Pasangan Yang Mengucap Syukur

Oleh. Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus
(1 Tesalonik 5:18)

Salah satu ciri khas / identitas orang beriman adalah sikap selalu mengucap syukur. Yaitu suatu sikap yang didorong kepercayaan akan pemeliharaan Tuhan dalam kehidupannya. Tuhan yang memelihara itu adalah Allah yang sempurna memelihara kehidupan kita lebih dari apa yang kita pikirkan.

Selain itu mengucap syukur selalu adalah bentuk kedewasaan berpikir karena memahami bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini . Ketika dihadapi kegagalan atau tantangan kehidupan, orang yang selalu mengucap syukur akan memahami hal itu sebagai sesuatu yang wajar sebab demikianlah seharusnya hidup, ada masa untuk semua kondisi.

Selain itu sikap mengucap syukur itu seperti bangunan yang bergaya minimalis. Dia tidak mau melebih-lebihkan sesuatu perkara yang tidak perlu karena itu dinilai menghamburkan tenaga kepada yang tidak berguna. Gaya minimalis bersikap pas dan terkontrol, bagi dirinya lebih baik bersyukur bukan karena kalah tetapi itulah yang terbaik dari pada bersungut-sungut atau menggerutu.

Dengan demikian dapat dikatakan mengucap syukur dalam segala hal mungkin menjadi suatu nilai ideal yang hendak dicapai setiap orang percaya. Tak jarang seorang Kristen tetap mengeluh di tengah masalah yang melilitnya. Sebaliknya, tak jarang pula ia melupakan Tuhannya bila ia tidak sedang menghadapi masalah. Mereka tahu kalau mereka harus bersyukur dalam segala hal. Kenyataannya, mereka tidak melakukannya.

Sikap “mengucap syukur dalam segala hal” tentu akan menjadi modal yang sangat berharga dalam membangun hidup rumah tangga. Seperti kita tau, rumah tangga itu selalu dibangun dengan pemikiran “sempurna”. Pasangan kita adalah pribadi yang cocok. Dialah segalanya, apa pun yang ada padanya, semuanya serba indah dan menyenangkan. Sehingga orang menyebutnya seperti “madu”. Hal itu wajar karena kacamata yang kita pakai memulai hidup keluarga itu adalah kaca cinta kasih. Cinta kasih itu akan menutupi banyak kekurangan. Tentu kita ingin anda berdua hidup seperti itu sampai hari tua. Itulah harapan kita. Namun kita juga sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Masing-masing pribadi itu mempunyai kelemahan dan keterbatasan. Permasalahan kita adalah bagaimana menghadapi ketika ketidaksempurnaan kita itu muncul. Ketika kita tau dia punya kesalahan, ketika kita tau yang kita cintai itu mempunyai sisi lain yang membuat kesal, dia berbeda dari yang biasa kita kenal? Jawabannya untuk pertanyaan itu adalah: Mengucap syukurlah dalam segala hal.

Ungkapan itu dikatakan Paulus kepada jemaat Tessalonika untuk mendorong jemaat itu membangun persekutan yang berkualitas melalui sikap hidup setiap pribadi orang percaya. Paulus ingin setiap orang percaya memahami makna ucapan syukur supaya dapat dipraktekkan. Karena itu perlu anda berdua pahami kenapa kita mengucap syukur:


Ucapan syukur merupakan respon manusia terhadap keselamatan yang dianugerahkan di dalam Yesus Kristus (1Kor. 15:57; Ibr. 12:28).

Tidak ada konsep keselamatan seagung keselamatan yang dinyatakan di dalam Alkitab. Melalui pengorbanan Kristus di kayu salib, setiap orang yang menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat mendapat pengampunan dan beroleh kehidupan yang kekal. Inilah yang mendasari ucapan syukur setiap orang percaya. Dengan demikian, setiap orang Kristen sejati harus bersyukur kepada Tuhan karena penebusan di dalam Yesus Kristus.
Prakteknya dalam hidup kita adalah mau saling memaafkan. Jangan pernah mengitung kesalahan pasangan atau, menuliskannya di memori hidup kiat, itu akan seperti menekan pegas, begitu kita lalai pegas itu akan balik membanting kita. Mengucap syukur kepada Tuhan nampak dari kemampuan memafkan kelemahan dan keterbatasan pangangan kita. Saya yakin kalian berdua mampu untuk itu. Kau boru, munkin itu sudah kauwarisi dari orang tuamu.

Ucapan syukur merupakan respon manusia terhadap segala anugerah Tuhan (Yes. 25:1; 2Kor. 9:15; Ef. 5:20).
Kita harus menyadari bahwa hak hidup dan apa yang kita terima dalam perjalanan hidup kita adalah titipan, ada karena kehendak Allah semata. Manusia diciptakan dan dapat hidup serta menikmati bumi dan segala isinya ini atas seijin Tuhan.

Bersyukurlah kalian berdua diberangkatkan keluarga yang sangat mencintai kalian memasuki hidup rumah tangga. Karena itu kalian harus membangun rumah tangga yang senang berbagi. Pertama diantara kalian berdua terlebih dahulu. Semua yang ada padaku adalah anugerah Tuhan, itu bukan hanya hak pribadi saya, tapi sesuatu yang harus dibagi untuk suami /istri yang dicintai. Kemudian kepada keluarga, mertua, saudara semua sehingga kalian menjadi saluran berkat. Suka berbagi adalah ucapan sykur. Pemberian bukan untuk mencari pujian tetapi ucapan syukur.

Poin kedua ini juga menunjukkan aspek lain dari anugerah tersebut. Pengucapan syukur orang percaya adalah pengucapan syukur yang tidak hanya didasarkan atas segala kebaikan maupun kebahagiaan yang boleh dirasakannya. Tetapi, pengucapan syukur orang percaya adalah juga pengucapan syukur yang didasarkan pada segala permasalahan hidup yang harus dihadapi. Roma 8:28 dengan jelas menyebutkan bahwa "Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan".

Keluarga kalian hendaklah dibangun dalam kerangka anugerah? Permasalahan hendaknya dipahami sesuatu yang perlu ada demi mengasah iman dan percaya kita kepada-Nya. Karena itu, pengucapan syukur orang percaya adalah pengucapan syukur terhadap anugerah hidup, baik dalam kebahagiaan maupun dalam pergumulan.

Ucapan syukur merupakan respon manusia terhadap pertumbuhan iman orang-orang percaya (Rom. 1:8; Ef. 1:16; Fil. 1:3-5; 1Tes. 2:11-13).

Dalam beberapa suratnya, Paulus menyatakan syukur kepada Allah karena pertumbuhan iman saudara-saudara di berbagai jemaat. Dalam Roma 1:8, ia malah berkata bahwa berita mengenai iman orang-orang percaya di Roma telah tersebar luas. Hal ini berarti bahwa kesaksian jemaat di Roma telah menjadi kesaksian yang hidup.

Sebagai pasangan yang selalu mengucap syukur, kalian harus senang melihat orang berhasil oleh karena itu kata-kata yang kita lontarkan kepada pasangan kita adalah kata-kata yang mendorong dia untuk lebih bertumbuh lagi dalam pekerjaan yang baik. Jauhkanlah kata-kata dan perbuatan yang melemahkan, melecehkan dan mengagap remeh. Sikap itu bertentangan dengan sikap mengucap syukur. Paulus mengatakan hal itu dalam Kolose 4:6 Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.

Mengucap syukur selalu, tampak dari selalu mengucap terima kasih, memberikan yang terbaik bagi sesama dan Tuhan dan berbahagia melihat kebahagiaan orang lain . Amin

Senin, 11 Agustus 2008

TEGURAN PADA KESERAKAHAN

Oleh. Pdt.G.Panjaitan.STh.MSi
Kita semua tentunya sudah familiar dengan istilah “ uang bukanlah segalanya”, namun kita juga tahu bahwa hidup perlu uang. Ada perbedaaan setiap orang dalam memperoleh Uang. Ada orang yang begitu mudahnya mendapatkan uang, sementara ada orang lain yang harus banting tulang untuk mendapatkan uang. Hidup yang kita jalani selalu berjuang untuk memperoleh lebih banyak uang dan ada berpendapat: usaha apapun kita kerjakan asal jadi uang.

Orang Cina mempunyai filsafat tetang uang. Uang diibaratkan mahluk berkaki empat dan kita manusia berkaki dua. Kalau manusia mengejar uang susah didapat karena kalah cepat dengan uang yang berkaki empat. Karena itu mereka merubah pola berpikirnya yaitu bagaimana kalau dibalik uang yang mengejar manusai. Strategi yang dibangun adalah manusia diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan, keahlian dan berbagai potensi sehingga dia dikejar uang.

Orang Babel bangsa yang pernah menjajah Israel di abad ke 7 SM, mereka mencari uang dengan memanfaatkan, mengeksplorasi manusia. Mereka mencari uang dengan menindas orang lain. Nabi Habakuk menuliskannya dengan ungkapan : - Menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya? (mencuri), menjarah banyak suku bangsa, mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya.

Perlakuan Bangsa yang serakah ini seolah-olah tidak ada yang dapat menegur dan menghentikan, bahkan Habakuk merasakan Tuhan membiarkan saja tindakan itu sehingga dia bertanyatanya: Berapa lama lagi Tuhan ? Tuhan memberikan jawaban dan menugaskan Habakuk untuk menyatakan suara Tuhan yang menegur keserakahan bangsa Babel:

1. Terkutuklah/celakalah Pencuri
•Manusia wajar saja mempunyai cita-cita menjadi sukses, Kaya raya banyak uang dll, tetapi kalau kekayaan dicari dengan mencuri, menggaruk bagi dirinya apa yang bukan mliknya, kepadaNya Tuhan berfirman : Terkutuk! Hal ini yang diingatkan Paulus dengan berkata "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." (1 Tim 6:10). Manusia yang ingin kaya raya itu harus berusaha mencari jawaban pertanyaan, bagamana kita kalau mau kaya tetapi tidak terkutuk ? Usul saya janganlah pilih menjadi pegawai negeri. Pilihan itu tidak untuk kaya raya tetapi untuk hidup berkecukupan. Kalau kaya raya bisa ditangkap KPK karena dicurigai korupsi dan hal itu akan melecehkan kehidupan kemanusiaan pelaku dan korban. Jadilah entrepreneur/Pengusaha – Mari kita arahkan kaum muda sejak dini anak-anak dibangun sikap ingin berusaha dengan kemandirian, keberanian menanggung resiko, kekuatan hati yang mempunyai visi. Dengan berusaha sendiri akan lebih sempit jalan bagi kita menjarah apa yang tidak milik kita.


2. Allah juga mengkritik orang yang yang mencari keuntungan dengan cara iri hati : Merancang cela bagi orang lain, dia tidak senang atas berkat yang diterima orang lain, ingin menyainginya dengan cara-cara yang kotor. Sejalan dengan itu adalah . Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. Hasut / Hasud / Provokasi adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar amarah / marah orang tersebut meluap dengan tujuan agar dapat memecah belah persatuan dan tali persaudaraan agar timbul permusuhan dan kebencian antar sesama. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat. Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas. Berianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari. Kepada orang-orang yang melakukan demikian demi mencari uang Tuhan berfirman Terkutuklah mereka.

3. Allah juga mengutuk orang yang membangun kejayaan dan keperkasaan diatas darah manusia dan ketidakadilan. Habaku 2:12 Celakalah orang yang mendirikan kota di atas darah dan meletakkan dasar benteng di atas ketidakadilan. Hidup kita yang merdeka di wilah Indonesia ini akan lebih celaka bila ketidak adilan semakin dipelihara. Mari kita bangun bersama sikap menghormaatan kepada hukum karena kita adalah negara hukum bukan negara kekuasaan. Amen

Teguran Kepada Keserakahan

Oleh. Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi


Kita semua tentunya sudah familiar dengan istilah “ uang bukanlah segalanya”, namun kita juga tahu bahwa hidup perlu uang. Kita juga mengalami bahwa ada perbedaaan setiap orang dalam memperoleh Uang. Ada yang begitu mudahnya mendapatkan uang, sementara ada orang lain yang harus banting tulang untuk mendapatkan uang. Apapun keadaannya dalam mempertahankan hidup banyak berpendapat usaha apapun kita kerjakan asa jadi uang.


Dalam Filsafat Cina uang itu diibaratkan mahluk berkaki empat dan kita manusia berkaki dua. Kalau manusia mengejar uang, maka uang itu akan lari lebih kencang karena berkaki empat sehingga susah didapat manusia yang berkaki dua. Karena itu harus dirubah paradigmanya. Biarlah uang yang mengejar kita dan kita pasti dapat diraih. Strategi yang dibangun adalah manusia diisi dengan berbagai keahlian yang dapat di jual.


Ketika Israel dijajah di bangsa Babel di abad ke 7 SM, bangsa babel mempunyai cara yang menyimpang untuk mencari uang. Mereka memperlakukan bangsa Israel semena-mena dan dilihat sebagai sumber uang, sumber pendapatan. Mereka diperas, dirampas, dan dilecehkan nilai kehidupan kemanusiaannya. Babel mencari kekayaan di atas penderitaan orang orang Irael . Waktu itu Nabi Habakuk merasa Tuhan tidak memperdulikan keadaan ini sehingga dia bertanyatanya: berapa lama lagi Tuhan ? Nabi berpikir, apakah Tuhan sanggup menangani kasus seperti ? Dalam perenungan itulah dia diberi jawaban
•Mereka mencari uang dengan memanfaatkan, menindas orang lain.
•Babel itu mencari uang dengan:
- Menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya? – Manangko
- menjarah banyak suku bangsa,
- mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya
oleh Tuhan dan diberikan tugas untuk menyatakan kemarahanNya kepada orang yang mencari uang dengan cara-cara kotor.


Kamis, 07 Agustus 2008

Doa Untuk Sinode HKBP

Dalam naungan kasih Tuhan Gereja HKBP akan melaksanakan Sinode Godang yaitu pada tanggal 1-7 September 2008 di Seminarium Sipoholon Tarutung Sumatera Utara.
Sinode ini sangat strategis karena mengagendakan pemilihan para pelayan yang akan memimpin HKBP periode 2008 - 2012. Sinodisten akan memilih Ephorus, Sekretaris jenderal, Kepala Bidang Koinonia, Marturia, Diakonia dan 26 Praeses.

Proses ini mari kita pahami sebagai cara yang dipakai Tuhan Yesus Kristus untuk memilih para hambaNya untuk memimpin dan menggembalakan gereja HKBP. Untuk itulah sebagai orang percaya yang sudah menjadi bagian gereja yang universal kita berharap para pendeta dan penatua HKBP berangkat ke sinode dengan kenyakinan Tuhan yang memberangkatkan untuk menjadi penyambung suaraNya.

Kita berharap juga Sinode ini berjalan dengan baik dan diharapkan sukses dan tidak menimbulkan permasalahan baru di negri ini.

Salam

Rabu, 06 Agustus 2008

Beriman Dalam Liturgi Ibadah

Oleh: Pdt.Gunawan Panjaitan.STh,MSi*


Pendahuluan
Sejak Awal Tahun 1980-an terjadi kritik besarbesaran terhadap Liturgi gereja -gereja mainstream. Inti kritik itu adalah bahwa liturgi gereja-gereja ini terlalu monoton dan membosankan. Kritik ini bersamaan dengan mulainya warga jemaat meninggalkan kebaktian-kebaktian di gerejanya dan masuk kedalam kebaktian yang disebut kebaktian kharismatik. Yang dimasud kebaktian kharismatik adalah kebaktian yang nyanyiannya pendek-pendek, bersipat pop, dinyanyikan berulangulang, dipandu oleh song leader, dihangatkan oleh peranan MC yang selalu menafsirkan nyanyian itu, dan tentu disemarakkan oleh iringan musik yang ceria dengan volume sound system yang besar. Dalam kebaktian kharismatik unsur-unsur liturgi tidak lagi diperhatikan, tetapi seluruh ibadah diarahkan untuk mempersiapkan diri mendengarkan khotbah. Permasalahan kita adalah kenapa ibadah kita disebut mereka monoton dan membosankan?

Budaya Massa dan konsumen

Seiring dengan masuknya globalisasi ekonomi sejak decade tahun 1980 terciptalah suatu budaya massa dan budaya konsumen yang menjadi ciri dari masyarakat yang baru dan umumnya terjadi di perkotaan. Kota menawarkan begitu banyak kemudahan, tidak hanya pada sektor barang dan jasa, tetapi juga berbagai kenikmatan dunia. Kemudianm muncul gaya hidup yang hedonis yang mementingkan kenikmatan secara berlebihan. Manusia menginginkan segala sesuatu yang cepat saji dan instan sehingga tercipta budaya massa dan budaya konsumen.

Perobahan ini juga mengakibatkan kemunduran pada musik. Musik yang dikenal dan yang dikonsumsi masyarakat tidak lagi bersifat seni. Proses industri sudah membuka seni menjadi desain industri. Terciptalah lagu-lagu instant yang gampang dikomsumsi dan diproduksi secara massal. Hal inilah yang mulai mempengaruhi kehidupan musik gereja Batak. Nyanyian-nyanyian rohani diciptakan berdasarkan proses industrialisasi yang sifatnya mudah dimengerti oleh masyarakat pada umumnya. Kaidah-kaidah musik yang ada dalam musik barat tidak dipakai lagi. Tidak perlu ada kaidah-kaidah musik seperti: messo forte, piano, stakkato dll. Kemudian muncul sikap yang mereduksi nilai musik bercorak barat itu dan hal itu membuat nyanyian yang kita miliki di gereja dianggap tidak cocok lagi. Inilah salah satu factor yang melatarbelakangi keluarnya warga jemaat dari gereja-gereja Batak. Gaya musik yang bersifat “mass culture”, menggairahkan, dekat dengan suasana hedonistic menjadi pilihan yang paling tepat. Searah dengan ini jugalah agama mulai dilihat menjadi komoditas. Banyak orang berpikir datang beribadah di gereja untuk mendapatkan perasaan nyaman emosional yang hampir sama dengan pengisian waktu luang.

Gerakan Kharismatik.
Perpindahan anggota jemaat juga akibat gerakan kharismatik yang muncul sebagai hasil dari proses industrialisasi itu. Dasawarsa 1980-an dimana gerakan ini mulai mencari bentuk dan terjadi disorientasi. Dari dalamnya lahir banyak aliran-aliran yang menekankan ajaran tertentu dan bahkan sering bersifat sensasional.

Salah satu ajaran yang tumbuh adalah pujian & penyembahan yang disusul dengan ajaran kemakmuran (Jonggi Cho) sebagai buah Word of Faith (Kenneth Hagin), kemudian bangunnya ajaran Signs & Wonder (John Wimber). Di tahun 1988 timbul sensasi Akhir Zaman yang ramalannya di ulang-ulang di tahun 1992, 1994, 1998 dan 2000. Dasawarsa 1990 masih menonjolkan ajaran kemakmuran dan pertumbuhan gereja, dan kemudian diselingi sensasi Toronto Blessing (1994-1996), kemudian menjelang milenium ketiga, lahir gerakan Doa Transformasi Kota . Gerakan ini kemudian melanda ke seluruh dunia dan mendatangkan kontroversi. Beberapa tokoh mereka meng-klaim diri sebagai rasul-rasul khusus pada akhir zaman ini untuk penyatuan umat Kristen di luar tembok denominasi. Mereka juga membuat konsep pengajaran mengenai peperangan spiritual (spiritual warfare), pemetaan spiritual (spiritual mapping), dan roh-roh teritorial (teritorial spirits). Mereka sangat menekankan peran pendoa syafaat (intercessor) yang memilik kuasa dalam mengubah kota-kota bila dilakukan bersama. Semuanya kita rasakan tidak Alkitabiah.

Seperti biasa mereka juga menampilkan kesaksian-kesaksian ‘success story’ yang penuh dramatisasi, dibesar-besarkan dan sarat dengan klaim-klaim. Banyak perubahan di dunia mereka klaim sebagai hasil ‘kuasa doa & pendoa syafaat’. Memang menakjubkan bagi orang biasa, tetapi bagi orang yang bisa berfikir seharusnya melihatnya dengan kritis. Bayangkan kalau kita mendengar klaim-klaim seperti ‘Open Doors berdoa selama 7 tahun sehingga runtuhlah tembok Berlin; Doa diseluruh dunia menghindarkan pertumpahan darah dalam pemilu multi partai di Afsel;

Kita tahu bahwa Tembok Berlin rontok karena intensnya usaha pemerintah dan rakyat Jerman selama bertahun-tahun dalam usaha penyatuan negara di tengah proses global dimana komunisme sudah gugur dan rontoknya negara Rusia dan persemakmurannya. Mereka menganggapnya sekedar sebagai hasil doa sekelompok pendoa syafaat. Hal ini jelas manipulasi sejarah. Afrika Selatan memang mengalami pemilu yang tidak berdarah, tetapi meletakkan hal ini sebagai hasil pendoa syafaat di seluruh dunia berarti meremehkan arti perjuangan Nelson Mandela dan partainya dan usaha uskup Desmond Tutu yang puluhan tahun dengan jalan damai berjuang melawan apartheid. Dan banyak lagi contoh yang sama mengenai klaim-klaim mujizat doa.

Gerakan-gerakan ini berpengaruh sangat luar biasa dan anggota jemaat kita banyak yang tertarik dan kemudian menjadi alasan pindah gereja. Mereka menyebut gereja mereka “kantong kulit yang baru” yang dapat menampung anggur yang baru dan gereja-gereja mainstream disebut “kantong kulit yang lama” yang akan robek apabila diisi anggur yang baru. Dikatakan Gereja kita tidak menyentuh, khotbahnya tidak menggetarkan hati, ajarannya kuno dsb

4. Haruskah Pindah Gereja ?

Gerakan-gerakan khatismatik adalah jemaat yang tidak mengenal liturgi. Kehidupan kerohaniannya tidak berkaitan dengan liturgi sedangkan gereja aliran utama (main stream churches) adalah jemaat liturgis yang hidup berimannya dirayakan dalam liturgi dengan demikian ekspressi imannya dibentuk oleh liturgi. Didalam liturgi kita bertemu dengan dengan Allah.. Pelayan Ibadah kita percayai sebagai pihak yang mewakili Allah, sehingga bukan keinginannya yang diperintahkan kepada jemaat tetapi keinginan Allah. Ketika pelayan ibadah mengajak bernyanyi atau mengajak suasana yang lebih meriah hal itu kita maknai ajakan dari Allah. Dalam liturgi perotabatan didasari atas pertolongan Roh Kudus dan tak perlu dipengaruhi oleh alat musik dan peralatan teknis supaya bertobat.

Dengan demikian ibadah kharismatik hanyalah merupakan suatu fariasi dari pada peribadatan dan sifatnya kontemporer . Nyanyiannya juga kontemporer dan mungkin persekutuannya juga. Kalau memang kita hanya butuh fariasi dalam beribadah tidak perlu kita meninggalkan gereja kita. Kita dapat buat sendiri fariasi itu. Bagi kita gereja adalah kudus adanya. Pergi ke gereja bukan hanya untuk memuaskan keinginan kita, tetapi bentuk keterikatan kita dengan Tuhan dengan sesama orang percaya. Tiap orang percaya adalah gereja (1 Korint 6:19) dan persekutuan orang percaya adalah gereja . Dalam rangka persekutuan itu kita butuhkan tempat khusus yang kita sebut dengan Gereja (gedungnya) . Semuanya itu tinggal dalam Gereja Yang Mulia yaitu Yesus Kristus Sendiri yang mengatakan Tubuhnya adalah Gereja (Yoh 2:19-21).


*Pendeta NHKBP Surabaya

Kekuatan Media Masa Peluang Bagi Pekabaran Injil dalam Jaringan Masyarakat

KEKUATAN MEDIA MASA PELUANG BAGI PEKABARAN INJIL
DALAM JARINGAN MASYARAKAT
Oleh: Pdt.G.Panjaitan.STh, MSi

Pendahuluan
Tugas Pekabaran Injil adalah panggilan misi gereja sepanjang zaman. Injil adalah berita keselamatan bagi semua manusia oleh Yesus Kristus. Berita injil amat penting karena menunjukkan kasih Allah kepada dunia (Yoh 3:16). Oleh sebab itu maka injil harus diberitakan kepada semua orang (Mat 28:18-20; Mark 16:15; Kis 1:8). Gereja atau setiap orang percaya berkewajiban untuk memberitakan injil, sehingga tujuan dari pekabaran injil adalah mewujudkan jemaat yang missioner. Tugas pekabaran injil sangat erat terkait dengan perkembangan media massa, disesuaikan dengan perkembangan dan perobahan sistim komunikasi di dalam masyarakat yang berkembang.

Dewasa ini media massa telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat, Media yang dimaksud adalah suratkabar, majalah, media siaran: radio dan televisi, film, buku-buku serta internet. Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari masyarakat pada umumnya, sehingga saat ini sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah, TV, tanpa internet dll. Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa tidak bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal ini disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga menjadi saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa yang ada di dunia, termasuk Pekabaran Injil menjadi sumber informasi bagi media massa.

Seperti sekolah, media juga turut memberi peran dan jalan bagi perubahan sosial-politik-ekonomi masyarakat. Media menjadi "guru" terbaik karena mengajarkan berbagai pengetahuan. Kekuatan media massa sebagai salah satu penggerak modernisasi mendorong terciptanya kematangan rasionalitas. Dalam bernegara, media adalah kekuatan riil politik yang mempengaruhi bagaimana pemerintahan harus dijalankan. baik itu media massa cetak maupun elektronik. Media massa menjadi jendela dunia yang memperpanjang penglihatan dan pendengaran kita dalam bingkai yang disajikan oleh media. Produk media yang menyajikan informasi politik., agama, pendidikan dan hiburan ini menjadi kekutan yang diperhitungkan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu dapat dipahami kerena media masa bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk membangun opini dimasyarakat (public opinion) atau mengkonstruksi realitas yang terjadi.

Dalam perkembangannya media masa telah menjadi sebuah kekuatan yang besar di masyarakat, bahkan media massa menjadi kekuatan keempat dalam sebuah Negara setelah legislative, eksekutif, dan yudikatif. Media massa atau pers mempunyai sebuah kekuatan dalam mengkonstruksi sebuah realitas. Kekuatan yang dipunyai media massa ini adalah menjadi peluang untuk mempercepat dan memperluas tugas pekabaran Injil itu. Dengan melihat realitas seperti itu wajarlah jika media massa dan kekuatannya dimanfaatkan HKBP dalam semua lini untuk tugas pekabaran injil.


Pekabaran Injil dan Perkembangan Media Komunikasi

Peradapan manusia sangat tergantung dengan perkembangan media komunikasi yang di pakai. Manusia berusaha menemukan media komunikasi yang bertujuan untuk mengatasi banyak permasalahan dalam hidunya. Orang percaya sepanjang zaman memakai media komunikasi itu menjadi alat untuk pekabaran Injil. Bersamaan dengan kapitalisasi dan modernisasi yang berkembang, peran media semakin kompleks dan vulgar. Media tidak lagi ‘hanya’ sebagai wadah penyampai informasi untuk berbagai kebiasaan. Kekuatan media ini telah terbukti mengambil bagian yang strategis dalam pekabaran injil.

2.1 Komunikasi Oral

Sejak awal injil telah diberitkan dengan sistim komunikasi yang berbeda sesuai dengan perkembangan media itu sendiri. Sistim komunikasi oral (non verbal) cara berkomunikasi paling tua yang telah dimanfaatkan orang percaya untuk memberitakan, mengajarkan pokok-pokok iman kepercayaan kepada orang lain. Sistim komunikasi oral telah diyakini sebagai salah satu sistim pemberitaan Injil yang paling efektif dan mencapai sasaran. Komunikasi oral dilaksanakan dengan adanya seseorang sebagai pencerita (story teller) yang menceritakan / memberitakan firman Tuhan terhadap orang lain dengan tatap muka. Cara ini efektif dan lembaga keluarga dan masyarakat yang kommunal menjadi tempat pelaksanaannya. Alkitab mencatat kekuatan komunikasi oral dalam `mewariskan iman: haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun (Ul 6: 7). Kekuatan komunikasi oral ini harus dipertahankan gereja HBP dengan memberdayakan jemaatnya.

2.2 Komunikasi dengan Tulisan

Gereja juga harus mengakui dan merasa berhutang kepada orang-orang yang telah menemukan kertas atau alat tulis. Injil telah diberitakan dengan sistim komunikasi tulisan. Melalui sitim komunikasi ini injil telah diwariskan secara turun temurun. Alkitab telah dicatatat dalam berbagai bentuk penulisan seperti pada glyphs yaitu tulisan di batu yang mengkomunikasikan Firman Tuhan. Alkitab mencatat tulisan di batu itu ada yang ditulis Allah sendiri. Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu. (Keluaran 32:16) Masalahnya dokumen-dokumen ini tidak bersifat mudah dialihkan. Perkembangan selanjutnya Injil juga telah diberitakan melalui kertas yang ditemukan di Mesir kira-kira 2,500 tahun Sebelum Masehi. Orang Mesir menemui cara membuat kertas daripada daun lontar (papyrus) dan kulit hewan yang tahan lama. Jika dibandingkan dengan batu, daun lontar dan kulit hewan bukan saja ringan tetapi memudahkan penulisan menggunakan berupa tinta.

Penemuan daun lontar (papyrus) juga mendorong jurutulis (scribes) mempermudahkan tulisan glyphs kepada bentuk-bentuk yang lebih disenangi dan halus. ‘Media’ ini telah digunakan secara meluas dan Alkitab banyak yang ditulis di kertas papyrus. Kertas ini yang telah merekam pengalam iman antara Bangsa Israel dengan Tuhan yang dapat dibaca turun-temurun. Sistim komunikasi ini telah membentuk tatanan baru dalam masyarakat. Penemuan papyrus (kertas) ini telah memunculkan kelompok baru dalam masyarakat yaitu kelompok kaum terpelajar yang dapat menulis dan membaca atau kelompok yang menguasai media dan serta merta dengan itu terbentuk juga kelompok kaum awam yang tidak atu menulis dan membaca. Kemampuan membaca dan menulis ini kemudian mengokohkan kekuasan kepada orang yang mempunyai literasi terhadap orang-orang yang buta huruf. Komunikasi tulisan inilah yang memperkokoh kekuasaan dan adanya perintah yang bertulis dan merakam berbagai jenis nasehat dan pegajaran dengan komunikasi tertulis ini.

2.3 Revolusi Percetakan

Munculnya gerakan reformasi dan terbentuknya gereja protestan tidak dapat dilepaskan dari perembangan media komunikasi saat itu. Reformasi yang dilaksanakan oleh Martin Luter dapat berhasil ketika warga jemaat sudah diberi wawasan tentang Alkitab. Pekabaran injil semakin gencar dan perubahan mendasar terjadi pada gereja tidak lepas dari munculnya sistim komunikasi masa dengan ditemukannya mesin cetak. Sebelum abad ke15, buku-buku di Eropah disalin dengan manuscript, yaitu naskhah buku-buku yang disalin dengan menggunakan tangan. Alkitab yang ada waktu itu disalin dengan cara ini dalam bahasa Latin. Proses ini bukan saja mengambil waktu yang lama untuk mengerjakannya tetapi seringkali menimbulkan kesilapan atau kesalahan. Jumlah Alkitab yang dihasilkan pula sangat terbatas dan hanya dimiliki kaum roaniawan (klerus) dan dibeli oleh mereka yang kaya raya. Alkitab menjadi barang yang sangat mahal dan eksklusif dan dimiliki segelintir orang saja.

Revolusi percetakan membawa perubahan yang luar biasa dan mendasar. Apa yang dikerjakan dengan lama melalui manuscrip dapat dicetak dengan tepat dan cepat. Pada awal abad ke16, mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg dengan huruf bergerak menghasilkan beribu-ribu naskhah buku dalam waktu yang cepat. Buku yang pertama sekali dicetak adalah Kitab Injil. Penerbitan Injil secara massal diterbitkan dalam semua bahasa Eropah, yakni dalam bahasa ibu mereka bukan bahasa Latin yaitu bahasa Injil sebelumnya. Adanya buku Injil dengan berbagai bahasa ibu ini menimbulkan minat untuk belajar membaca Alkitab di kalangan rakyat jelata. Hal ini menjadi bukti kekuatan media menjadi peluang bagi pekabaran Injil dilaksanakan secara massal. Kemudian muncullah penafsiran dan pemaknaan yang tersendiri sesuai dengan yang dipahami massa. Pemaknaan ini telah menimbulkan multi tafsir terhadap Injil. Terjadilah demokratisasi pemaknaan dan mulai terkikis dan meluntur dominasi penafsiran kaum klerus atau penguasa politik gereja atau kaum intelektual saat itu. Tersebarnya kitab Injil kepada rakyat jelata dalam bahasa ibu masing-masing akhirnya membawa kepada gerakan reformasi di gereja dan lahirlah Protestanisme. Kekuatan media massa waktu itu sangat berperan menentang otoritas Gereja Roman Katolik dan Rom.

Kenyataan sejarah ini mendorong gereja-gereja protestan harus memberdayakan jemaatnya melakukan pekabaran injil dengan dengan berbagai tulisan yang dimuat dalam media karena strategi demikianlah yang memberikan kita ciri khas sebagai gereja reformis.


2.4. Revolusi Komunikasi

Revolusi komunikasi mulai terjadi pada pertengahan abad ke19, yaitu dengan ditemukannya telegram sebagai cikal bakal munculnya teknologi media komunikasi massa. Beberapa dekade kemudian, tahun 1920-an ditemukan radio dan tahun 1940an diciptakan Televisi. Kemudian disusul dengan penemuan komputer yang membuat revolusi dalam peradapan kemanusiaan. Kemajuan teknologi komunikasi kini memungkinkan seseorang mengungkapkan dan mengekspresikan emosinya secara cepat bahkan instant, mudah dan praktis, tidak perlu menunggu waktu lama. Kebutuhan natural manusia untuk mengekspresikan rasa sedih, gembira, takjub, kagum, cinta, kangen, pada seseorang, empati, maupun rasa puas bisa "terbebaskan" hanya dengan beberapa klik mouse computer, beberapa pencetan tombol di ponsel.

Masyarakat kini hidup ditopang oleh sarana teknologi informasi dan komunikasi, dengan kemajuan dahsyat micro processor, memory bank, komputer, dan internetnya. Masyarkat telah berubah menjadi masyarkat komputerisasi . Dalam masyarakat komputerisasi seperti ini terbentuklah jaringan masyarakat. Dunia yang ditempati menjadi dua yaitu dunia nyata sebagaimana hidup sehari-hari dan dunia maya yang juga dijalani dalam memenuhi kebutuhannya. Sekarang ini dunia maya sudah menjadi tempat pekabaran injil dan banyak para pekabar injil yang memuat pemberitaan di dunia maya tersebut. Hal ini membuat realitas menjadi sangat relatif sifatnya..

Di negara-negara yang terlebih dahulu meninkmati perkembangan tehnologi media komunikasi, para umat beragama di sana telah memakai TV terutama untuk mengkomunikasikan agama. Misalnya, Gereja di Amerika Serikat ada yang disebut “Gereja Elektronik” yaitu Gereja yang melayani lewat media TV Mereka memuat seluruh acara berisikan komunikasi agama.. Gereja-gereja denominasi "arus utama" - seperti United Methodist Church dan Episcopal Church dan juga Gereja Katolik Roma – juga memakai media TV untuk penyiaran agama. Mereka menyediakan acara-acara mulai dari tayangan tiga puluh detik selingan sampai ke acara-acara setengah jam selama lima puluh dua minggu setiap tahun. Organisasi-organisasi nasional Protestan, Katolik dan Yahudi memproduksi program-program yang ditayangkan secara teratur pada tiga jaringan TV komersial. Ratusan program agamawi lokal, diproduksi oleh gereja-gereja lokal, ditayangkan tanpa ongkos oleh stasiun-stasiun lokal dan Dewan-dewan Gereja-gereja di beberapa kota membayar staf yang memberi tempat bagi diskusi agamawi dan program-program berita di stasiun-stasiun TV dan radio lokal

Tentu dengan mengungkapkan fakta itu bukan berarti dapat kita bandingkan dengan konteks gereja di Indonesia yang mayoritas non Kristen. Yang perlu kita sadari adalah anggota jemaat kita telah mengkonsumsi khotbah dan layanan kerohanian melalui media komunikasi yang murah, gampang di dapat dan tidak terbatas dan tidak terkontrol. Pada konteks ini, yang perlu kita sadari bahwa jaringan masyarakat media komunikasi sudah menjadi hal yang dapat diterima pekabaran injil dan pelayanan kerohanian.


3. Kekuatan Media Peluang bagi PI

Perubahan akibat media massa itu berdampak juga pada setiap organisai baik di bidang keagamaan atau yang bergerak dibidang apa saja. Pada saat ini tidak ada organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan media massa. Ada beberapa aspek dari media massa yang membuat dirinya penting:

Media melakukan konstruksi sosial
Kekuatan media massa dalam mengkonstrusi realitas memang sangat besar, media bisa dengan mudah menciptakan kebenaran menurut persepsi dari media tersebut. Masyarakat akan dengan mudah menginterpretasikan sebuah kebenaran menurut kebenaran yang dianut oleh media tersebut, dan itu bisa berakibat baik atau sebaliknya. Jika sebuah media mamberitakan sebuah kenyataan tanpa ada opini dari yang memproduksi berita itu, tetapi bahasa tidak akan bebas nilai, tidak mungkin pemproduksi berita tidak menyisipkan opininya dalam berita yang dia buat. Tetapi masuknya opini dari pemproduksi berita tidak selamanya buruk, tetapi dengan catatan bahwa opini yang masuk kedalam berita tersebut diambil dari berbagai sudut pandang, hal ini akan menambah nilai berita yang akan ditampilkan. konstruksi realitas dalam sebuah media memang tidak bisa dihindari karena kekuatan media bisa mempengaruhi opini dimasyarakat tetapi media massa lah yang bertanggung jawab dalam prilaku dimasyarakat, oleh karena itu media massa sepatutnya mengkontruksi sebuah realitas dalam arti yang positf maksudnya adalah bagaimana membangun kulture kritis di masyarakat, agar masyarakat dapat lebih peka terhadap sebuah realitas yang terjadi dimasyarakat.

Kemampuan untuk mengkonstruksi masyarakat ke aras yang lebih baik yang sesuai dengan firman Tuhan dapat dilakukan Gereja dengan pemanfaatan media massa ini. HKBP dalam hal ini belum secara optimal melakukannya namun sudah dimulai dengan berbagai media seperti radio, majalah dan berbagai buletin. Secara nasional kita masih bersyukur bahwa masih ada pelaku media yang membawa missi kekristenan dengan mengedepankan nilai keadilan, kebenaran, perdamaian dan anti kekerasan. Dalam penelitian yang pernah kami laksanakan terhadap dua media yang memberitakan perang antara Hezbollah dengan Israel tahun 2006, dengan memakai pisau analisis framing ditemukan bahwa Kompas yang mempunyai latar belakang Katolik sampai hari ni masih menunjukkan keberpihakan kepada nilai nilai Kekristeanan dalam menyajikan pemberitaan tersebut. Berbeda dengan Jawa Pos yang memberikatakannya dengan bingkai bisnis dalam pemberitaan itu.


b. Teori pembelajaran Sosial

Menurut hasil penelitian Albert Bandura, teori pembelajaran sosial menempatkan bahwa pengaruh dari keberadaan media massa sangatlah kuat untuk mempengaruhi para konsumennya, dijelaskan bahwa effek yang dimunculkan misalnya di televisi cenderung menjadi santapan segar bagi para pemirsanya. Masyarakat cenderung akan mengikuti pengaruh yang dimunculkan media, seperti pola hidup bahkan sampai kepada jalannya sebuah pemikiran dan sikap. Teori pembelajaran sosial ini memposisiskan bahwa media berada diposisi sentral di dalam stuktur kehidupan bermasyarakat, baik itu pengaruh, kepentingan maupun nilai-nilai kebenaran dapat di pertontonkan dan di pengaruhkan lewat eksistensi media tersebut.

Bila kita sepakat dengan teori pembelajaran sosial ini, berarti pemakaian media massa untuk pemberitaan Injil dan pembentukan karakter bangsa adalah hal yang urgen untuk dilaksanakan gereja Gereja perlu mengimbangi media-media lain yang komersial.Berbagai penelitian mengatakan bahwa dampak buruk media massa adalah kekuatan media dalam mengubah dan membentuk gaya hidup seseorang. Sejumlah peneliti mengungkapkan, menonton telivisi dengan tayangan yang berisikan kekerasan, konsumerisme dll. secara berlebihan di kalangan anak-anak bisa menyebabkan cara hidup yang pasif dan malas bergerak pada anak-anak. Hal ini mengakibatkan munculnya gejala semacam kegemukan, kebiasaan makan yang salah, naiknya kolesterol, penyakit pencernaan, dan gangguan psikologis.

Bagi kita jemaat HKBP rasanya sulit menjangkau media TV sebagai sarana untuk pekabaran injil. Kita selalu terbentur dengan masalah klasik dana dan sumberdaya manusia yang terbatas. Paling sedikit yang dapat kita lakukan adalah bahwa gereja sebagai kekuatan yang berada diluar media dapat mempengaruhi pemilik media dan pelaku media agar lebih berpihak kepada nilai-nilai universal seperti yang diajarkan oleh Yesus.

c. Daya jangkaunya (coverage).
Kekuatan media juga terletak pada daya jangkau (coverage) yang amat luas dalam menyebarluaskan informasi, yang mampu melewati batas wilayah (geografis), kelompok umur, jenis kelamin, status sosial-ekonomi (demografis), dan perbedaan paham dan orientasi. Dengan demikian, masalah keagamaan seperti kritikan kepada dogma Kristen yang dimediasikan menjadi perhatian bersama di berbagai tempat dan kalangan. Banyak kalangan yang non kristen merasa kritikan yang dilontarkan media kepada ajaran Injil itu adalah bukti yang memaparkan fakta-fakta baru tentang Jesus yang membongkar dasar-dasar kepercayaan Kristen yang bertahan selama 2000 tahun, terutama ajaran tentang kebangkitan (resurruction) Yesus Kristus yang melandasi agama Kristen. Hal yang sebaliknya media dapat dimanfaatan untuk pemberitaan akan kebenaran injil itu dengan jangkauan luas.

Kemampuan media untuk melipatgandakan pesan (multiplier of message) yang luar biasa.
Satu hasil pemikiran, atau karaya fiktif dapat dilipatgandakan pemberitaannya, sesuai jumlah eksemplar koran, tabloid, dan majalah yang dicetak; serta pengulangan penyiarannya (di radio atau televisi dan film) sesuai kebutuhan. Pelipatgandaan ini menyebabkan dampak yang sangat besar di tengah khalaya dengan kekuatan komunisai media masa, injil juga di lencengkan. Misalnya media dengan cepat bahwa novel berjudul "The Da Vinci Code" selama 100 pekan menduduki peringkat atas novel terlaris dan telah dicetak lebih dari 17 juta exemplar. Artinya kebohongan dan penghinaan terhadap ajaran kekristenan itu dengan cepat dapat menyebar kemana-mana. Kekuatan ini juga yang harus dipakai gereja untuk mengajarkan tentang kebenaran Injil itu.

Setiap media massa dapat mewacanakan sebuah peristiwa sesuai pandangannya masing-masing.
Kebijakan redaksional setiap media menentukan bentuk tampilan dan isi beritanya. . Media massa bekerja sebagai komunikator profesional yang menyajikan pesan setelah diproses dan distandarisasi. Pesan yang mereka hasilkan mempunyai nilai tukar, serta acuan simbolik yang mengandung nilai-nilai kegunaan. Media massa sangat sulit untuk bertindak dan berimbang dalam mengakomodasi seluruh kepentingan masyarakat. Disinyalir bahwa media massa bukanlah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangannya, bias dan pemihakannya. Media dipahami sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Isi pemberitaan diibaratkan seperti sebuah drama, ia bukan menggambarkan realitas tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Kemudian, khalayak sebagai audien media melakukan konstruksi atas realitas yang ada dilingkungannya dan mereka juga memanfaatkan media untuk menyatakan simbol-simbol konstruksi mereka. Dengan kedudukan seperti ini media massa dapat semakin mengukuhkan keadaannya tetapi pada saat yang sama ia juga memarjinalkan kelompok yang tidak dominan dalam masyarakat Karena kemampuan inilah, media banyak diincar oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkannya.

Dalam fungsi media demikian kita dapat memahami kenapa beberapa film dan novel yang kontriversial terutama menyangkut berita Injil sangat laku dan mendapat perhatian yang besar di tengah bangsa yang mayoritas Islam di Indonesia ini. Isi media yang mencela nilai kekristenan itu dibangun untuk mengukuhkan kepentingan kepentingan mereka. Media seperti dua sisi berbeda dalam satu lempengan logam.

f. Fungsi penetapan agenda (agenda setting)
Media mempunyai sungsi penetapan agenda yang menyebabkan apa yang dibahas diedia menjadi pembahasan masyarakat. Media massa memiliki kesempatan yang luas untuk memberitakan atau tidak memberitakan sebuah peristiwa. Sesuai dengan kebijakan masing-masing media, setiap peristiwa dapat disiarkan atau tidak disiarkan. Yang jelas, belum tentu berita tertentu yang menjadi agenda media adalah juga agenda publik. Dalam fungsi media sebagai penetapan agenda kita dapat memahami apa niat, keinginan dan ideologi pelaku media, dalam hal ini tentang kritikan terhadap isi Injil dalam media. Selain fungsi untuk mencapai keuntungan finansial atau sasaran-berpendapatan (revenue goal) para pelaku media juga mempunyai tujuan tidak-berpendapatan (non-revenue goal). Sasaran tidak-berpendapatan mengandung pengertian tujuan yang tanpa aspek keuangan langsung; pencapaian prestise, penerapan pengaruh atau kekuasaan dalam masyarakat dan pencapaian tujuan moral tertentu.

Sasaran tidak-berpendapatan pun acap kali diciptakan berlandaskan konsep kepentingan publik menyenangkan khalayak demi peningkatan sirkulasi atau dapat berfungsi sebagai "sasaran koalisi" yang umumnya disepakati para jurnalis/pelaku media dengan pihak luar yang mendanai. Menurut Altschull bahwa “Isi media adalah selalu merefleksikan kepentingan para yang mendanai media tersebut”. Inilah suatu kenyataan yang dihadapi umat Kristen ketika undang-undang tentang informasi, pemilik percetakan, penerbitan, organisasi media dimiliki yang non Kristen ditengah bangsa ini.

g. Pemberitaan peristiwa berkaitan dengan institusi agama oleh suatu media biasanya berkaitan dengan media lainnya, sehingga membentuk rantai informasi (media as links in other chains). Hal ini akan menambah kekuatan tersendiri pada penyebaran informasi dan dampaknya terrhadap publik. Maka makin kuatlah peranan media dalam membentuk opini publik.



4. Kesimpulan

Memahami fungsi media yang sangat kuat dan luarbiasa hendaknya membuka kesadaran kita sebagai Gereja bahwa betapa pentingnya manfaat media massa dalam tugas Pekabatan Injil. Namun harus kita sadari kebaikan yang besar dan kejahatan yang besar berasal dari cara orang menggunakan media massa. Media bukanlah kekuatan buta dari kodrat yang di luar kontrol manusia. Karena meskipun tindakan-tindakan berkomunikasi kerap menimbulkan akibat-akibat yang tidak dimaksudkan, namun manusialah yang memilih apakah akan menggunakan media untuk maksud-maksud baik atau maksud-maksud jahat, dengan cara yang baik atau cara yang jahat.

Etika memakai media bukan hanya ditujukan kepada para pemirsa, pendengar, pembaca - tapi lebih lebih oleh mereka yang mengawasi alat-alat media komunikasi dan menentukan strukturnya, kebijakannya dan isinya. Termasuk dalam kelompok ini ialah para pejabat dan para eksekutif badan hukum, para anggota badan pengurus, para pemilik, para penerbit dan manajer siaran, para editor, para direktur pemberitaan, para produser, para penulis, para koresponden, dan lain-lain. Untuk mereka ini persoalan etika menjadi sangat penting: Apakah media digunakan untuk hal yang baik atau hal yang jahat? Apakah media digunakan untuk melecehkan ajaran agama atau mengokohkannya. Gereja harus mengambil peranan untuk membuat media mengokohkan keimanan orang pecaya.

Gereja pada hakekatnya memahami media massa bersifat positip dan memberikan dukungan dalam perkembangannya. Gereja mempunyai alasan mengapa Gereja berminat terhadap media massa ini. Dalam terang firman Tuhan sejarah media komunikasi,dapat dilihat sebagai suatu perjalanan panjang dari Babel, yg merupakan tempat dan simbol dari runtuhnya komunikasi (lih. Kej. 11: 4-8), hingga ke Pentekosta dan kurnia bahasa-bahasa (lih. Kis. 2: 5- 11) – Komunikasi dipulihkan oleh kekuatan Roh yang diutus oleh Yesus Kristus. Gereja diutus ke dunia untuk mewartakan Kabar Baik (lih.Mat. 28:19-20; Mark. 16:15), Gereja mempunyai perutusan untuk mewartakan Injil hingga akhir jaman.Pada jaman sekarang ini Gereja menyadari bahwa tugas ini menuntut penggunaan media

Gereja bukan hanya menghakimi dan mengutuk, melainkan Gereja melihat artefak / alat-alat ini bukan hanya hasil kejeniusan umat manusia tapi juga merupakan anugerah besar dari Allah dan merupakan tandatanda jaman. Gereja mendukung pelaku media bekerja secara profesional dengan memberikan prinsip-prinsip yang positip untuk membantu mereka dalam karya mereka.