Selasa, 30 Desember 2008

Renungan Akhir Tahun 2008
Pdt.G.Panjaitan.MSi

1. Berakhir sudah tahun 2008 dan tidak akan pernah kembali. Apa warna, lukisan atau bingkai yang menggambarkan bentangan waktu itu tergantung pada kita masing-masing yang menjalaninya. Apakah waktu itu penuh dengan warna hitam sebagai symbol penderitaan, keterancaman dan malapetaka atau apakah tahun 2008 dipahami dengan warna hijau yang penuh pengharapan , kehidupan dan pertumbuhan. Apapun warnanya bentangan waktu itu apabila kita masih hidup dan bernafas itu bermakna kita diberkati menjalaninya dan masih diberi berkat yaitu peluang dan kesempatan untuk menikmati waktu selanjutnya. Hidup dalam perjalanan waktu adalah seperti karya seni mozaik, keadaan sosial kita adalah mozaik peristiwa dan fenomena yang membentuknya. Suka dan duka berdampingan, lahir dan mati sekali datang, susah dan senang adalah warna kehidupan. Dalam proses itulah kita memaknai hidup, menikmati suka baik duka dan melihat mujizat dan kehadiran Allah.


2. Waktu bermakna ketika kita tau hidup ini mau kemana, untuk apa dan berakhir di mana? Makna hidup ada bila kita imani milik Tuhan. Dialah yang memelihara sehingga setiap tahun ada dalam pemeliharaan Tuhan. Paulus mengatakan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38). Dalam persfektif demikian apapun wajah dan warna tahun 2008 yang akan berlalu ini kita bingkai dengan Allah sudah menyatakan kasihNya.

3. Tentu dalam batas akhir 2008 kita mau membuat proyeksi ke tahun 2009. Banyak yang mencoba memberi gambaran tentang Tahun 2009. Wapres Jusuf Kala memberikan proyeksi 2009 dengan mengatakan: ”Tahun depan akan menjadi ujian bagi kami. Kami tidak bisa lagi mengatakan, ’Kita akan tumbuh dengan baik.’ Semua orang sudah tahu. Ujian sekarang adalah ujian kepemimpinan mengatasi masalah, bukan ujian bagaimana pertumbuhan ekonomi dan lainnya,” . Nada yang sama juga diungkapkan, Presiden Yudhoyono bahwa tahun 2009 bukan tahun yang normal. ”Kebijakan, langkah, dan tindakan kita haruslah menganut pada manajemen krisis agar dampak resesi tercegah dan perekonomian terselamatkan. Butuh kecepatan, ketepatan, dan sinergi di antara kita semua,” . Ungkapan pemimpin bangsa ini menggambarkan perlunya kesiap siagaan dan ketahanan dalam menghadapi masa datang yang disebut 2009.

4. Ketahanan kita menghadapi Krisis akan tergantung pada bagaimana kita mengimani pemeliharaan Tuhan kepada kehidupan Kita. Kita mau menghayati kembali bahwa Tuhan mempunyai sifat unlimited. Allah kita itu bukanlah Allah yang dibatasi ruang dan waktu. Firman Allah mengatakan: Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga?(Yer 23:23). Kesadaran akan pengenalan Allah seperti itu hendaknya mendorong kita menyakini kehadirannya kapan saja, dimana saja, Di awal Tahun sampai di akhir Tahun . Kita juga mengenal Allah yang maha mengetahui Paulus menulis dalam Rom 11:33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!. Artinya tidak ada tempat persembunyian , tempat kepura-puraan dan panggung bersandiwara di hadapan Tuhan. Dalam proses pergantian tahun ini setiap orang termasuk bangsa ini perlu menyadari kelemahannya dan mau berubah atau berbalik supaya tidak terulang dosa masa lalu. Sikap seperti itu akan memampukan kita untuk menyerahkan perjanan hidup selanjutnya kepada rancangan keselamatan Allah. Mari kita mau dipengaruhi oleh rancangan keselamatan yang dari pada Allah itu. Berserah kepada rencana Allah adalah sikap orang yang mau bertobatlah dan menyakini bahwa Allah maha mengetahui. Kita juga tau Allah maha kuasa sehingga bagi Dia tidak ada yang tidak mungkin. Dalam Mat 19:26 dikatakan: Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.“ Obama menjadi Presiden AS adalah wujud dari Firman ini, demikian juga di bangsa ini apapun terbuka bagi orang percaya. Masa depan, tahun 2009 adalah tahun yang menjadi peluang sekaligus tantangan. Selamat Tahun Baru, 1 Januari 2009. Amin

Selasa, 23 Desember 2008

Advent 4: Immanuel

Yesaya 7:10-14

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Tanda atau symbol sangat penting dalam perjalanan manusia karena menolong dalam berkomunikasi, malah alat-alat tehnologi dibidang media dan komunikasi banyak yang memakai bahasa tanda. Misalnya gunting menandakan kata potong, sampu menandakan kata bersihkan. Tanda di maknai bersama oleh masyarakat dalam tempat dan konteks tertentu. Tanda juga dipakai masyarakat untuk menunjukkan identitas keagamaan. Misalnya kaum muslim mempunyai jilbab untuk menandakan wanita muslim dan peci untuk pria muslim. Pertanyaannya adalah apakah perlu tanda lahiriah untuk menyatakan iman percaya kita di dunia ini.
Pada masa Yesaya kerajaan Yehuda menunjukkan ketidak taatan kepada Tuhan. Ketidak taatan mereka ini kepada Tuhan jauh lebih mengancam keselamatan mereka dari pada kekuatan tentara Asyur yang mengancam mereka. Mereka mendesak raja Ahas supaya menerima tanda dari Allah sebagai bukti bahwa Allah menyertai mereka. Yehuda tidak sanggap memahami sejarah bersama dengan Allah sebagai bukti penyertaan Allah bagi kehidupan mereka. Kerinduan Yehuda akan tanda ini dijawab Allah dengan mengatakan: Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel (Yes 7:14)
Tanda penyertaan Allah adalah Imanuel artinya Allah bersama kita. Allah menjadi manusia dan tinggal bersama sama kita. Allah yang seperti ini hanya ditemukan dalam iman Kristen dan tidak ada di agama-agama lain. Agama lain hanya mengenal Allah yang jauh, yang tidak nyata dan tidak terjangkau. Allah bersama manusia menunjukkan kedekatan, penyertaan dan penguasaan. Kedekatan bersama Allah akan membuat kita memahami apa maksud Allah dan memahami apa rencananya untuk perjalanan hidup kita dan dunia ini.



Allah Immanuel adalah Allah yang selalu dekat, menyertai dan bersama sehingga dia memberikan pengaruh kepada kehidupan kita. Kita tahu orang-orang yang terdekatlah yang dapat menguasai diri kita. Jika Ibu lebih dekat kepada anak-anaknya dari pada bapaknya maka si ibulah yang paling mempengaruhi atau berkuasa atas anak-anaknya. Demikianlah Allah immanuel, Dia mempengaruhi seluruh jalan kehidupan kita.
Allah immanuel menuntut kita untuk memberikan bukti iman kita melalui kebersamaan, keperdulian dan keberpihakan kepada mereka yang menderita, miskin, tertinggal dan kecil. Inilah panggilan Advent yaitu mau berbagi kepada mereka yang membutuhkan pertolongan kita sebab dengan demikianlah orang lain mengetahui bahwa kita adalah orang Kristen. Kualitas pergaulan, kualitas pemberian, kualitas persahabatan yang tinggi itulah yang membuktikan kita orang Kristen. Tidak ada tanda lahiriah yang kita miliki untuk menyatakan imkan percaya kita. Yesus mengatakan dalam Lukas 6:26 “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."

Minggu, 21 Desember 2008

Pulang Kampung






Saya mengadakan perjalanan pulang kampung pada tanggal 18 - 22 Desember 2009, Berangkat dari Surabaya menuju Balige dalam rangka menghadiri pesta pemberkatan adik perempuan saya, tanggal 20 Desember 2008. Pestanya berjalan lancar meriah dan ada proses adat batak yang khas, diisi dengan manortor dan pertukaran pemberian dari pihak pengantin lali-laki dan perempuan. Pestanya cukup lama dan membutuhkan biaya dan kesabaran untuk melaksanakannya.




Yang menarik pada kesempatan pulang kampung ini adalah Saya mengunjungi kampung tempat leluhur saya yaitu Matio Balige dan Desa Sihobuk Kecamatan Laguboti. Sudah 5 Tahun saya tidak mengunjungi Matio dan 8 tahun tidak pernah lagi mengunjungi Sihobuk. Kedua desa ini berdekatan, jaraknya kira kira 5 km dengan fasilitas jalan aspal yang cukup baik. Namun tampaknya kehidupan perekonomian tidak jauh berbeda dengan keadaan 5 tahun lalu, demikian juga dalam perkembangan pertanian.

Dulu ketika masih SD apabila ada masa liburan saya dan keluarga berlibur di sana. Ada tanaman yang namanya "harimonting" dengan buah yang kecil, rasanya manis dan menjadi rebutan bila pergi ke ladang. Saya sering menikmati harimonting ketika menggembalakan kerbau-kerbau nenek saya. Dulu ada "sotul" yang buah dagingnya agak asam namun kulit bijinya manis seperti manggis. Aku masih ingat perkampungan yang indah, terutama di Desa Sihobuk, rumah tinggal kebanyakan rumah adat batak. Ada suasana nyaman dan bahagia tinggal berlibur disana.


Sekarang ini keadaan dua desa ini semakin tertinggal di dalam perkembangan jaman yang semakin pesat. Penduduk yang tinggal kebanyakan orang yang sudah tua dan lanjut usia. Keadaan secara umum bukan menuju ke arah yang lebih baik tetapi ke pada keadaan lebih buruk. Tanah banyak yang mengalami erosi sehinga jalan-jalan menyempit. Rumah adat batak yang dulu berdiri tegak dan indah sekarang tidak terurus dan mulai mengalami perubahan bentuk. Keadaannya tidak senyaman lebih dulu lagi. Keadaan ini akan lebih parah lagi bila tidak diperhatikan oleh anak rantau yang diberangkatkan dari desa ini dan juga pemerintah daerah.

Rabu, 10 Desember 2008

Advent 2: Sambut dengan Tak Bercacat dan Tak Bernoda

Pdt.G.Panjaitan.MSi


Nats.: 2 Petrus 3:11-14


Tak Bercacat dan Tak Bernoda

Cacat dan noda adalah sesuatu yang sering ditutupi dan jika perlu dihilangkan. Noda di wajah akan membuat kurang pede abg dalam penampilannya. Noda di baju baru akan menghilangkan nilai baju baru itu. Nama baik akan hancur jika ternoda. Peribahasa Indonesia menguatkan pernyataan-pernyataan itu dengan ungkapan “karena nila setitik rusak susu sebelanga”.

Tidak bercacat dan tidak bernoda adalah keadaan yang disenangi ketika datang hari Tuhan. Yakobus mencatatan “sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia”. (au 14). Yakobus menerangkan ada korelasi antara pengharapan dengan gaya hidup sehari-hari. Orang yang percaya akan adanya hari Tuhan di mana Yesus datang kedua kalinya sebagai hakim akan berusaha dalam hidupnya tampil tak bercacat dan tak bernoda.

Tak bercacat dan tak bernoda atau tampil dengan sempurna sering diusahakan orang ketika hendak melangsungkan pesta perkawinan. Baik pengantin laki-laki dan perempuan di make up supaya tampil sempurna dan noda yang ada sedapat mungkin di hilangkan. Keduanya ingin tampil sempurna dengan tujuan menyenangkan hati pasangan, membuat mereka bangga dan dihargai. Hubungan seperti ini yang dipakai menjadi analogi untuk mengambarkan sikap orang percaya dalam merayakan advent. Kedatangan Tuhan kedua kalinya harus lah kita sambut seperti pengantin perempuan yang mengambut pengantin laki-laki : Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (Wah 19:7).

Kedatangan hari Tuhan yang disambut dengan tidak bercatat dan tidak bernoda didasari pada sukacita dan cinta kasih seperti kedua mempelai yang saling bersukacita dan mencintai. Demikianlah cinta akan menutupi segala cacat dan noda. Cinta kasih Tuhan akan menutupi semua keterbatasan, kekurangan bahkan dosa yang ada pada manusia itu. Cinta kasih Tuhan inilah yang memberikan kita keberanian untuk tampil sebagai pengantin perempuan. Yang tidak bercacat dan tidan bernoda itulah yang terpilih.

Apa yang dapat kita perbuat.

Petrus mengajak “kamu harus berusaha...tidak bercacat dan bernoda”, adalah sebagai jawaban atas kasih Tuhan yang telah melupan banyak cacat dan noda kita. Tidak ada seorang pun yang sempurna namun cinta kasihlah yang munutupi kesalahan kita dan membuat kita menjadi sempurna. Oleh karena itu banyak hal yang dapat kita lakukan menuju keadaan tidak bercacat dan bernoda. Perlu kita ketahui bahwa keadaan tidak bercacat dan tidak bernoda adalah suatu keadaan sempurna. Hukum kesempurnaan akan berlaku kapan pun dan di mana pun. Kesempurnaan adalah bukan titik puncak dari apa yang bisa dilakukan seseorang melainkan sebuah upaya maksimal yang mampu diusahakan. Kesempurnaan diperoleh melalui proses panjang yang melelahkan. Kesempurnaan bisa dicapai dengan akal pikiran, kerja keras yang tak kenal menyerah. Tidak bercacat dan tidak bernoda adalah sebuah proses dan bukan keadaan puncak. Karena itu dibutuhkan sikap yang sungguh-sungguh untuk tetap belajar dan berkarya.

Seorang karyawan di sebuah perusahaan akan mendapat promosi bukan saja karena hasil kerjanya yang memuaskan selama satu tahun. Para atasannya juga melihat kedisplinan serta hubungan baiknya dengan sesama karyawan sehingga mampu menciptakan semangat kerja sama yang bagus. Dia kedapatan tidak bercacat dan bernoda. Sama halnya dengan orang tua yang tak segan-segan memberi hadiah kepada anaknya yang rajin, cerdas dan taat menjalankan perintahnya. Dai kedapatan tidak bercacat tidak bernoda

Advent mengingatkan kita akan apa yang dikatakan Yesus : Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."(Mat 5:48) . Allah itu sempurna, maka kita sambutlah dia Dia dengan cara yang sempurna. Sebagai hamba kita harus beribadah dan bekerja secara sempurna. Perbaikilah semua yang masih bisa diperbaiki, sempurnakan segala yang seharusnya bisa lebih sempurna. Jadilah tidak bercacat dan tidak bernoda atau sempurna, agar kita menjadi orang-orang terpilih. Amin