Senin, 27 Oktober 2008

Jodoh


Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

1.Pendahuluan

Dalam mencari jodoh seseorang dipengaruhi oleh apa yang ada di luar dirinya: seperti ikatan kekerabatan : karena orang tua; ikatan kedaerahan, karena sama-sama orang Batak, ikatan kelompok: karena teman sekerja, ikatan keagamaan : karena sama-sama Kristen dll. Kemudian dia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam dirinya seperti faktor psikologis: pengalaman, motivasi, interaksi simbolik: merasa dirinya senang, suka dll.

Kedua faktor yang mempengaruhi ini dapat menimbulkan permasalahan apa bila ada yang bersebrangan, yang pada akhirnya sulit untuk mengambil keputusan. Ketika orang-orang disekitar kita (orang tua, kakak, adik, namboru, tulang, nantulang dll) mengatakan belum pas dengan pilihan kita sehingga mereka menyodorkan yang lain diperhadapkan dengan pilihan kita yang menurut kita sudah cocok dan okey, maka muncul pertanyaan: manakah yang kita maui ? Memang tidak ada salahnya bila kita dapat yang terbaik. Pasti banyak orang yang suka punya suami atau istri, atau menantu yang punya kepribadian. ( bukan mobil pribadi, rumah pribadi, usaha pribadi). Atau mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang dianggap keluarga baik-baik dan berhasil. Tetapi keputusan tetap ada pada orang yang hendak kawin sebab dialah yang menjalani kehidupannya sendiri.

Hal yang penting kita pertimbangkan dalam memilih jodoh adalah apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yang kita anggap menjadi pertimbangan prioritas.

2. Apa kata Firman Tuhan ?

2.1. Jodoh adalah Pemberian Tuhan.

Di dalam Alkitab ditemukan pemahaman bahwa jodoh itu adalah pemberian Tuhan.,sekalipun kita yang pacaran sampai hujan-hujanan. Kita tau lembaga ”perkawinan” terletak pada ranah (realm) ”orde penciptaan” (Order of Creation), bahwa ”perkawinan” itu diciptakan dan dikehendaki Allah dari sejak awalnya. Ketika Allah merancang untuk menciptakan dunia ini bersama isinya dia juga tuurt merancang perkawinan. Perkawinan itu ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah dan sudah ada sejak ”dari sono-nya”. Hakikatnya baik, suci karena itu manusia diberi jodoh. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.(Kej 2:18). Ketika kita sudah menjadi pasutri (pasangan suami istri), baik itu berdasarkan pilihan kita atau yang dijodohkan bagi kita, itu bermakna bahwa dialah jodoh yang diberikan Kita harus menerimanya dan bertata: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." (Kej 2:23).

2.2. Jodoh adalah Pasangan yang Sepadan

Sebelum kita putuskan dalam hidup ini siapa yang menjadi jodoh kita, ada baiknya kita pahami asas perkawinan orang Kristen. Ada trilogi (asas pokok) perkawinan Kristen yaitu (a) asas monogami seorang laki-laki dengan seorang perempuan; (b) asas kesetiaan yang diisi dengan kehidupan seksual yang suci ( fidelitas); dan (c) asas seumur hidup yang menolak perceraian (indisolubilitas). (Kej 2:24, Mat 19:5, Mrk 10:7-8 Ef 5:31 Mrk 10: 7-9). Untuk itu dalam memilih jodoh perlu kita pertimbangkanb hal-hal yang pokok:

a. Imannya.

Tidaklah bijaksana apabila jodoh kita seseorang yang tidak mengasihi Allah. “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS) demikian Firman Tuhan. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korint 6: 14-15). Kedua ayat ini mendorong kita untuk memilih jodoh yang seiman dengan kita. Keluarga Kristen orang percaya adalah tempat belajar yang pertama dan utama untuk mengenal Tuhan. Josua membuat suatu komitmen tentyang itu ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15c). Dalam prinsip ini telah dicakup teori makro dan teori mikro sosial.

b. Kematangan Pribadinya.

Memilih jodoh juga memperhatikan aspek kematangan pribadinya. Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat dia bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain? Attitude (sikap, perilaku) faktor yang menjudukung dalam kebahagiaan rumahtangga. Kita ingin jodoh kita itu mempunyai self-confident ada kematangan pribadi, kemampuan perasaan untuk berbagi dan memahami sehingga hidup perkawinan yang sering digambarkan punya dua sisi yaitu ribut dan rukun dapat teratasi dengan baik. Firman Allah berkata ”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Josua 1:9)

c. Temperamennya.

Memilih jodoh juga harus kita perhatikan temperamennya. Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil?. Ada dalam Alkitab yang mengingatkan kita, "Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan” ( 1 Korintus 5:11, ). Kehidupan keluarga kita kelak menjadi gambaran persekutuan rohani yang ada iman, pengaharapan dan kasih. Betapa susahnya kita apabila hidup bersama dengan orang yang suka berantam, marah-marah dan ”main tangan”. Rumah bagaikan ring tinju.

d. Tanggung-jawabnya.

Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.? Untuk ini tentu kita perlu memilih yang sehat secara fisik dan sehat secara seksual. Kita tahu banyak kehidupan perkawinan yang hancur gara-gara yang ”satu itu”. Secara umum ada 3 orientasi seksual manusia: Heteroseks: seseorang pada lawan jenis dalam melakukan aktivitas seksual. Kedua homoseks : Seseorang yang tertarik pada sejenis dalam melakukan aktivitas seksual dan ketiga Biseks: Seseorang yang tertarik pada lawan jenis dan sejenis dalam melakukan aktivitas seksual. Pililah jodoh yang heteroseksual sebab perkawinan dipahami antara laki-laki dengan perempuan.

3. Kesimpulan

Jodoh adalah pemberian Tuhan. Tuhan telah menganugerahi kita kecakapan untuk tertarik dengan lawan jenis sehingga kita dapat memilih jodoh kita menurut kemauan kita sendiri. Namun kita tidak boleh lupa bahwa Tuhan juga menempatkan di sekitar kita orang-orang yang perduli dan mencintai kita. Pendapat dan saran mereka juga perlu dipertimbangkan dalam memilih jodoh. Bisa saja pendapat mereka lebih condong kepada yang terdapat dalam Firman Tuhan. Tidak ada salahnya mendengar dan memperimbangkan pendapat orang yang mencintai kita. Tuhan menginginkan kita semuanya mempunyai jodoh yang sepadan dengan kita demi kelangsungan hidup manusia di dunia ini dan kelangsungan gerejaNya.

Jodoh

1.Pendahuluan

Dalam mencari jotindakan orang dipengaruhi oleh sesuatu yang ada di luar dirinya: seperti ikatan kekerabatan : karena orang tua; ikatan kedaerahan, karena sama-sama orang Batak, ikatan kelompok: karena teman sekerja, ikatan keagamaan : karena sama-sama Kristen, Ikatan pendidikan: karena sama-sama S2, ikatan ekonomi: karena sama-sama orang kaya /miskin dll. Hubungan teori makro ini dengan dengan memilih jodoh ialah seseorang memilih jodoh ditentukan berdasarkan dengan apa yang ada di luar dirinya.

Teori kedua yaitu teori – teori sosiolog mikro yang intinya adalah bahwa perilaku dan tindakan seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam dirinya. Dia bertindak karena factor-faktor psikologis: berangkat dari faktor pengalaman, faktor motivasi yang ada dalam dirinya, faktor adanya interaksi simbolik: merasa dirinya cocok dengan sesuatu hal, merasa dirinya senang, suka dll. Hubungan teori ini dengan memilih jodoh adalah seseorang memilih jodoh ditentukan berdasarkan apa yang ada dalam benak dan pikiran orang itu.

Tentu kedua jenis teori besar ini mempengaruhi kehidupan kita ketika bertindak dan memilih jodoh. Dorongan keduanya sangat besar dalam kehidupan setiap orang sehingga dapat menimbulkan permasalahan yang pada akhirnya sulit untuk mengambil keputusan. Ketika ada orang-orang yang mencitai kita (orang tua, kakak, adik, namboru, tulang, nantulang dll) mengatakan bahwa jodoh yang telah kita pilih itu belum pas dengan bobotnya (kurus atau gemuk) dan bibitnya (unggul atau lokal) sehingga mereka menyodorkan yang lain. Sementara untuk kita, menurut pikiran, perasaan dan benak kita pilihan kita itu sudah cocok dan okey, maka muncul pertanyaan: manakah yang kita maui ? Memang tidak ada salahnya bila kita dapat yang terbaik. Pasti banyak orang yang suka punya suami atau istri, atau menantu yang punya kepribadian ( plesetannya: mobil pribadi, rumah pribadi, usaha pribadi). Atau mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang dipersepsi orang sebagai orang “nagabe, na sangap, namora” (Keluarga besar, keluarga terhormat dan keluarga kaya). Semuanya itu wajar saja. Keputusan tetap diserahkan pada masing-masing orang sebab dialah yang menjalani kehidupannya sendiri. Dalam memilih jodoh kita harus mempertimbangkan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yang kita anggap menjadi pertimbangan prioritas untuk menentukan jodoh kita.

2. Apa kata Firman Tuhan ?

2.1. Jodoh adalah Pemberian Tuhan.

Di dalam Alkitab ditemukan pemahaman bahwa jodoh itu adalah pemberian Tuhan. Kita tau lembaga ”perkawinan” terletak pada ranah (realm) ”orde penciptaan” (Order of Creation), bahwa ”perkawinan” itu diciptakan dan dikehendaki Allah dari sejak awalnya. Ketika Allah merancang untuk menciptakan dunia ini bersama isinya dia juga tuurt merancang perkawinan. Perkawinan itu ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah dan sudah ada sejak ”dari sono-nya”. Hakikatnya baik, suci karena itu manusia diberi jodoh. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.(Kej 2:18). Ketika kita sudah menjadi pasutri (pasangan suami istri), baik itu berdasarkan pilihan kita atau yang dijodohkan bagi kita, itu bermakna bahwa dialah jodoh yang diberikan Kita harus menerimanya dan bertata: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. (Kej 2:23)

2.2. Jodoh adalah Pasangan yang Sepadan

Sebelum kita putuskan dalam hidup ini siapa yang menjadi jodoh kita, ada baiknya kita pahami asas perkawinan orang Kristen. Pilihan kita tentukan bersasarkan asas itu. Ada trilogi (asas pokok) perkawinan Kristen yaitu (a) asas monogami seorang laki-laki dengan seorang perempuan; (b) asas kesetiaan yang diisi dengan kehidupan seksual yang suci ( fidelitas); dan (c) asas seumur hidup yang menolak perceraian (indisolubilitas). (Kej 2:24, Mat 19:5, Mrk 10:7-8 Ef 5:31 Mrk 10: 7-9). Untuk itu dalam memilih jodoh perlu kita pertimbangkanb hal-hal yang pokok:

a. Imannya.

Tidaklah bijaksana apabila jodoh kita seseorang yang tidak mengasihi Allah. “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS) demikian Firman Tuhan. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korint 6: 14-15). Kedua ayat ini mendorong kita untuk memilih jodoh yang seiman dengan kita. Keluarga Kristen orang percaya adalah tempat belajar yang pertama dan utama untuk mengenal Tuhan. Josua membuat suatu komitmen tentyang itu ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15c). Dalam prinsip ini telah dicakup teori makro dan teori mikro sosial.

b. Kematangan Pribadinya.

Memilih jodoh juga memperhatikan aspek kematangan pribadinya. Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat dia bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain? Attitude (sikap, perilaku) faktor yang menjudukung dalam kebahagiaan rumahtangga. Kita ingin jodoh kita itu mempunyai self-confident ada kematangan pribadi, kemampuan perasaan untuk berbagi dan memahami sehingga hidup perkawinan yang sering digambarkan punya dua sisi yaitu ribut dan rukun dapat teratasi dengan baik. Firman Allah berkata ”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Josua 1:9)

c. Temperamennya.

Memilih jodoh juga harus kita perhatikan temperamennya. Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil?. Ada dalam Alkitab yang mengingatkan kita, "Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan” ( 1 Korintus 5:11, ). Kehidupan keluarga kita kelak menjadi gambaran persekutuan rohani yang ada iman, pengaharapan dan kasih. Betapa susahnya kita apabila hidup bersama dengan orang yang suka berantam, marah-marah dan ”main tangan”. Rumah bagaikan ring tinju.

d. Tanggung-jawabnya.

Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.? Untuk ini tentu kita perlu memilih yang sehat secara fisik dan sehat secara seksual. Kita tahu banyak kehidupan perkawinan yang hancur gara-gara yang ”satu itu”. Secara umum ada 3 orientasi seksual manusia: Heteroseks: seseorang pada lawan jenis dalam melakukan aktivitas seksual. Kedua homoseks : Seseorang yang tertarik pada sejenis dalam melakukan aktivitas seksual dan ketiga Biseks: Seseorang yang tertarik pada lawan jenis dan sejenis dalam melakukan aktivitas seksual. Pililah jodoh yang heteroseksual sebab perkawinan dipahami antara laki-laki dengan perempuan.

3. Kesimpulan

Jodoh adalah pemberian Tuhan. Tuhan telah menganugerahi kita kecakapan untuk tertarik dengan lawan jenis sehingga kita dapat memilih jodoh kita menurut kemauan kita sendiri. Namun kita tidak boleh lupa bahwa Tuhan juga menempatkan di sekitar kita orang-orang yang perduli dan mencintai kita. Pendapat dan saran mereka juga perlu dipertimbangkan dalam memilih jodoh. Tuhan menginginkan kita semuanya mempunyai jodoh yang sepadan dengan kita demi kelangsungan hidup manusia di dunia ini dan kelangsungan gerejaNya.

Sabtu, 25 Oktober 2008

Jangan Membalaskan Kejahatan


Renungan Minggu, 26 Oktober 2008
Nats: Amsal 20:22-27
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Sekarang ini banyak cara orang melakukan kejahatan. Salah satu yang sangat trend adalah dengan hipnotis. Pelaku menghipnotis si korban sehingga dengan mudah diperdaya dan raiplah semua harta yang dimiliki. Banyak yang sudah korban, akibatnya masyarakat merasa menarus dendam terhadap pelaku kejahatan .Apabila ada pelaku yang ketangkap langsung dihakimi dijalan sampai babak belur, malah sampai mati.
Tidak hanya itu saja, baru-baru ini ada seorang alim ulama yang dibunuh rame-rame setelah sembayang karena dianggap mempunyai ajaran yang berbeda dengan yang diyakini secara umum. Hukum jalanan langsung memberikan fonis mati.
Tentu tindakan main hakim sendiri atas pelaku kejahatan harus kita pantangkan. Sebagai masyarakat yang sudah berbudaya, yang dibangun diatas supermasi hukum, kita harus memiliki sikap hidup yang bermartabat. Sikap hidup bermartabat itulah yang dibangun berdasarkan nasehat-nasehat yang ada dalam firman Tuhan. Intinya pesan tersebut adalah bahwa orang percaya hendaknya menyelesaikan masalah secara manusiawi dan takut akan Tuhan. Hal itu menjadi menjadi bukti iman percaya kita kepada Tuhan.
Dalam Amsal 20:22-27, diterangkan bahwa ada tindakan yang harus kita hindarkan sebagai bukti manusia beriman dan bermartabat:

1. Tidak melakukan pembalasan atas kejahatan yang kita alami:
Perkataan dalam ayat 22: “Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan,” bukan bermaksud supaya kita membiarkan diri kita atau keluarga kita diperlakukan semena-mena atau menjadi korban kejahatan. Firman ini lebih bermakna Apabila kita yang menjadi korban kejahatan janganlah kita melakukan tindakan pembalasan tetapi biarlah Tuhan yang membalaskan. Tentu pembalasan Tuhan itu dilakukan oleh pengganti kehadiran Allah di dunia. Mereka itu adalah paran Raja, pemerintah hakim yang adalahhamba Allah yang dipilih untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Amsal mempertegasnya di Ayat 26: Raja yang bijaksana tahu siapa orang yang jahat; ia akan menghukum mereka tanpa ampun. Sebaliknya bila ada Raja, pemerintah yang tidak tahu siapa yang jahat, masalah bekerja sama dengan penjahat, mereka akan kehilangan wibawa, pengadilannya akan tidak benar, putusannya dapat dipesan sesuai selera. Raja yang tidak menumpas kejahatan akan memunculkan pengadadilan jalanan (street justice). Masyarakat akan melakukan pembalasan dengan menghakimi di jalan raya. Akibatnya ada yang bertindak semena-mena dan hidup serasa tinggal di hutan, karena hukum rimba yang diterapkan. Penghakiman jalanann akan membuat orang yang menghakimi merasa orang yang benar, tanpa dosa.

- Kita sering mendengat berita misalnya : Seorang pira yang turun dari bis kota babak belur dihajar massa karena diteriaki maling oleh seorang penumpang dalam bus .
Mari kita bayangkan apabila setiap orang langsung melakukan pembalasan atas kejahatan yang dia alami. Dunia akan penuh dendam, orang akan sangat curiga mencurigai, setiap hari akan ada korban balas dendam dll.

Mari kita selalu bermohon Tuhan lindungilah kami dari orang yang berbuat jahat, padao ma hami sian siula hajahaton. Kita harus berdoa supaya pemerintah para penegak hukumnya tidak tunduk pada kejahatan, terorisme atas nama apapun. Mereka harus menghukum pelaku kejahatan supaya rakyat tidak mengambil alih tugas mereka.

2. Kita harus memantangkan tindakan menipu:

Amsal mengingatkan bahwa : Neraca Serong itu tidak baik. Berulangkali Tuhan mengingatkan Bangsa Israel dan manusia tentang neraca serong ini:
Imamat 19:36 Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir.
Amsal 11:1 Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.
Amsal 16:11 Timbangan dan neraca yang betul adalah kepunyaan TUHAN, segala batu timbangan di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya.
Yehezkiel 45:10 Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu.
Mikha 6:11 Masakan Aku membiarkan tidak dihukum orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi batu timbangan tipu?

Setiap orang yang menggunakan neraca serong bertujuan mencari keuntungan sendiri, mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Dia menghianati kepercayaan orang kepadanya. Tindakan seperti ini sangat menyakitkan bagi orang yang ditipu.
- Misalnya betapa kesalnya perasaan orang yang membeli emas 100 gram, tiba-tiba setelah ditimbang di tempat lain emas itu hanya 99 gram. Dia merasa kesal dan pasti mengutuki orang yang memakai neraca serong baginya.
Sekarang ini seolah-olah banyak orang berpikir tanpa penipuan orang tidak akan untung. Malah ada pekerjaan yang dianggap wajar melakukan penipuan misalnya : Penjualan mobil bekas, pengacara, politisi: Dipekerjaan ini seolah-olah disahkan pekerjaan tipu menipu. Firman Tuhan ini untuk semua manusia dalam pekerjaan apapun. Tuhan akan membenci, tidak menyukai orang yang melakukan penipuan dalam pekerjaanya.

2. Buatlah Tuhan yang prioritas bagimu: Jangan anggap enteng terhadap hal-hal rohani.

Amsal mengajarkan bahwa kehidupan kita ada dalam rancangan Tuhan: Langkah orang ditentukan oleh TUHAN (ay 24). Sukacita dan duka cita dibiarkan kita alami supaya kita mengetahui bahwa banyak hal yang terjadi diluar kendali kita. Sebab orang tidak pernah merencanakan duka cita. Kesadaran seperti ini hendaknya membuat kita berhati-hati: apabila membuat janji /sumpah/nazar dihadapan Tuhan. Sebenarnya Tuhan mengetahui manusia itu pelupa, atau mau ingkar janji karena itulah diingatkat: Pikir baik-baik sebelum menjanjikan kurban kepada TUHAN. Boleh jadi engkau akan menyesal kemudian (ay 25 BIS)

Nazar itu adalah janji kepada Tuhan dalam doa, dengan maksud agar Tuhan memenuhi permintaannya dengan segera. Karena itu nazar tidak boleh ditunda karena nazar adalah hutang. Memang tidak ada orang yang berani menuntut nazar kita, tidak ada yang menagih janji kita pada Tuhan, tetapi yang perlu kita sadari apa yang sudah kita ucapkan itu sifatnya sudah mengikat kita.

Dulu ada Gereja yang dibangun untuk membayar nazar: Sebelum berangka berobat ke Belanda , dalam doanya dia berkata, Tuhan apabila aku sembuh , aku akan membangun Gereja yang di kampung kami. Ternyata dia sembuh, dan dengan seketika gereja itu langsung dibangun.

Bukan seperi najar tukang jual kerbau dari Samosir Ke Balige. Kerbau yang akan dijual tidak dimasukkan ke kapal, tetapi kerbau berenang sambil ditarik Kapal. Toke kerbau ini berjanji bernazar: Tuhan apabila 10 kerbau ini selamat , satu ekor untuk Tuhan Gereja. Namun setelah pelabuhan kelihatan dan kapal akan berlabuh, dia berpikirpikir terlalu banyak satu ekor untuk gereja.... Dia langsung turun kapal dan dan mengambil pasir di pantai ditaruh di kepalanya: Pirma tondim malua ho sian parmaraan, tapi dia lupa nazarnya, ekornya sajapun tidak dilunasi.
Tidak membalaskan kejahatan, menjauhkan tindakan penipuan dan menempatkan Tuhan yang prioritas dalam perjalanan hidup adlah penampakan orang yang beriman kepada Tuhan. Amin

Kamis, 23 Oktober 2008

Allah Memanfaatkan Pencuri Profesional

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Seorang ibu muda yang sedang asik bekerja di kantor tiba-tiba menerima telepon dari rumahnya . Dia sangat terkejut karena diberitahu putrinya sakit demam tinggi. Pembantunya dari rumah di telepon berkata, “ibu.. saya hanya kompres Novi, dan belum dikasih obat”. Kemudian si Ibu itu putuskan untuk pulang ke rumah. Dia meminta pembantunya menunggu anaknya terus, dia akan segera sampai di rumah dan membawa obat. Dengan cepat-cepat ibu muda itu keluar dari kantor dan menyetir mobilnya pergi ke apotik membeli obat keperluan anaknya. Setelah dia selesai beli obat, dengan tergesa-gesa dia mau masuk ke mobilnya . Tiba-tiba dia terkejut setelah sadar, kunci mobil tertinggal nempel di stir dan pintu mobil terkunci semua. Dia mulai panik sambil, menelepon ke rumah menanyakan perkembangan putrinya dia berusaha membuka pintu mobil. Dia peroleh jawaban keadaan anaknyanya semakin memburuk

Kemudia dengan rasa tertekan dia terus berusaha membuka pintu mobil itu. Ia mencarikan kawat dan bebagai alat untuk membuka pintu mobil, semuanya gagal. Kemudiaan di minta tolong kepada satpam , juru parkir di apotik untuk membuka pintu mobilnya, semua hasilnya gagal. Dia coba-coba terus membuka dan hasiknya tidak bisa terbuka. Dia telepon ke rumah menanyakan keadaan anaknya, diberitahu anaknya masih tetap demam tinggi. Sambil bigung dia berdoa : Tuhan surulah orang yang bisa membantu saya . Dia usahakan terus membuka pintu sambil berdoa tetapi pintu tidak bias terbuka.

Tiba-tiba muncul laki-laki kumal, pakaian agak buruk dengan sebuah ransel di pundak. Si ibu muda itu datang menghampirinya dan meminta tolong untuk dibukakan pintu mobilnya dengan kawar dan alat yang tersedia. Tanpa banyak basa-basi, laki-laki itu mengambil kawat dan memasukkan dari sisi kaca mobil kemudian menarik kawat itu, dan seketika dengan mudah pintu mobil itu terbuka.

Melihat hal itu, si ibu muda itu sangat berterimkasih dan dia berkata berulang-ulang : Terimakasih banyak pak, terimakasih banyak, Bapak seorang yang sangat baik hati...! Terimakasih banyak bapak". Tetapi tiba-tiba laki-laki itu menjawab: Oh ibu... jangan berkata begitu, jangan katakana saya yang baik hati.... Saya bukan laki-laki yang baik. Saya barusan keluar penjara setelah ditahan 6 bulan karena kasus pencurian i mobil.”

Si ibu itu terdiam dan tertegun, sambil meneteskan air mata dai berkata : Tuhan ....! Engkau menyuruh pencuri propessional untuk menolong hambamu ini.

Terkadang kita tidak mengetahui orang yang seperti apa yang akan Tuhan pakai untuk menolong kita. Allah bisa saja menyuruh dan memakai orang yang menurut kita tidak layak, tidak pantas sebagai sumber pertolongan dan kebaikan. Namun alah memakai narapidana pencuri mobil profesional itu untuk menolong hambanya. Allah bertindak diluar akal budi dan alur pikiran mansuia. Kesadaran inilah yang dihayati Daud sehingga dia berkata: Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.(Maz 86:1-3) Daud yang adalah kaya raya, punya banyak istri dan anak, punya kuasa dan kemuliaan, mengaku miskin dan sensara. Kesadarannya muncul ketika dia pahami semua yang dia miliki tidak dapat diandalkan. Allah bertindak diluar segala bentuk intelektual dan kekuatan manusia. Alah jauh dari yang pernah kita pikirkan. Amin

Allah Memai Pencuri Profesional

Tibatiba ibu muda yang sedang asik bekerja di katornya itu menerima telepon dari pembantunya di rumah. Dia diberitahu "anak ibu demam tinggi, dia menangis terus dan saya sudah kompress ". Dengan tidak berpikir panjang Ada seorang ibu bekerja di kantor tiba-tiba menerima telepon dari rumahnya bahwa putrinya lagi demam tinggi.
Kemudian dia cepat-cepat keluar dan membawa mobilnya pergi ke apotek membeli obat keperluan anaknya.
Akhirnya dia mulai panik. Dia telepon ke rumah menanyakan keadaan putrinya, dia peroleh jawaban keadaannya semakin memburuk
Kemudia dia minta tolong kepada penjual apotek untuk dipinjamkan sebuah hanger kawat gunna membuka pintu mobilnya.
Dia coba-coba tidak bisa terbuka.
Dia berdoa tolonglah Tuhan surulah orang yang bisa membantu saya.
Dia usahakan terus tidak bisa dan sambil berdoa, tolong Tuhan.
Tiba tiba ada seolah lelaki setengah baya yang penampilannya kumal, kotor datang menghampiri dia.
Dia melihat ini pasti suruhan Tuhan. Dan dia minta tolong kepada lagilagi itu supaya membuka pintu mobilnya dengan gantungan kawat itu.
Tanpa susah-suah laki-laki itu segera dapat membuka pintu mobil itu.
Tetapi tiba-tiba laki-laki itu menjawab. Oh ibu jangan berkata begitu, saya bukan laki-laki yang baik. Saya barusan keluar penjara setelah ditahan 6 bulan karena mencuri mobil.
Tiba-tiba ibu itu terdiam dan tertegun. Dia sambil meneteskan air mata berkata: Tuhan kau menyuruh pencuri mobil propessional membantu saya.
Allah kita memang luar biasa sebab dia bisa saja menyuruh yang tidak baik untuk membantu kita dalam kesesakan kita.

Mengasihi Musuh

Matius 5: 38-48
1. Manusia dengan gigi ompong, mata buta atau mempunyai satu tangan alias cacat adalah keadaan tidak sempurna, tidak enak dilihat dan mengundang keprihatinan. Hidup kita akan seperti itu jika hukum pembalasan diterapkan yaitu mata-ganti mata, gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa. Akibatnya kita akan tinggal di dunia yang ompong, dunia yang buta dan pincang. Masysrakat akan semakin gila bila hukum pembalasan yang kaku tersebut diterapkan. Orang Yahudi pun tidak pernah menerapkan hukum itu secara harfiah dalam perjalanan sejarahnya. Hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi hanya bermaksud bahwa kornpensasi yang dibayar sebanding dengan kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan, tak lebih dan tak kurang. Versi modernnya adalah "bemper ganti bemper, rangka besi ganti rangka besi", janganlah ditambah tambahkan menjadi bamper ganti bamper plus gratis biaya belajar dua tahun , atau uang kejut/trauma 1 tahun, gratis bensin 5 bulan dll.

2. Membangun kehidupan yang indah dan bahagia tidaklah dengan hukum pembalasan. Hidup bukanlah untuk diri sendiri tetapi ada dalam hidup bersama, hidup yang saling terhubung berinteraksi satu dengan yang lain dan dalam interaksi itu kita menyadari tidak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Dalam pandangan Yesus untuk membangun kehidupan bahagia haruslah membangun gaya hidup yang penuh dengan mengasihi. Mengasihi seperti Bapa disorga adalah milik manusia merdeka. Mengasihi tidak akan terpengaruh oleh latarabelakang keadan orang yang dikasihi. Mengasihi itu sangat luas maknanya sehingga Yesus memberikan contoh-contoh yang agak ekstrim dalam tindakan mengasihi.

3. Yesus mengajarkan beberapa strategi membangun kehidupan yang indah dan baik itu:

a. Membalaskan kejahatan dengan mengasihi.
Yesus pertama menjelaskan hukum agama Yahudi yang bermakna kompensasi yang dibayarkan sebanding dengan kerusakan yang diperbuat: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Yesus mengutipnya dari Keluaran 21:24; Imamat 24:20 dan Ulangan 19:21. Bagi Yesus hukum itu adalah sesuatu yang sangat manusiawi, sangat alami. Tetapi ada hukum yang lebih tinggi lagi nilainya yaitu hukum tidak mamu membalaskan, atau menerima konpensasi atas kerusakan, atau perbuatan yang merugikan dan mempermalukan . Hukum ini akan menghentikan kebencian dan penderitaan manusia. Yesus mengatakannya dengan :
- Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
- siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
- Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.
- Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

Bila Yesus mengatakan jangan melawan orang yang berbuat Jahat kepadamu itu bukan bermakna membiarkan kita dan keluarga kita menjadi korban kejahatan. Tetapi Yesus mau mengakatakan jangan kamu mejadi hakim atas orang yang berbuat jahat kepdamu, atau menjadi orang yang mengambil tindakan balasan atas kejahatan yang diperbuat orang kepadamu. Yesus lebih menekankan betapa pentingnya kesadaran hukum, sebab Allah memilih hambanya di dunia ini untuk menegakkan hukum.
Kita tau Yesus pernah kena tampar: Kita baca Yohanes 18:22-23 Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" Yesus ditampar karena dianggap tidak sopan, lancang memberikan jawaban kepada imam besar. Kita tidak tahu pipi sebelah mana yang ditampar, kiri atau yang kanan, namun yang jelas Yesus tidak menyerahkan pipi yang sebelahnya lagi untuk ditampar. Malah Yesus membela diri dan meminta klarifikasi tentang alasan kenapa dirinya ditampar. Yesus tidak membiatkan dirinya ditampari. Apakah Yesus tidak konsisten dengan ucapannya ?. Ternyata hukum yang mau Yesus katakan adalah tidak membalaskan kejahatan namun tidak membiarkan diri menjadi korban kejahatan.
Kasus menampar ini dimengerti sebagai kasus contoh tindakan kekerasan pada umumnya. Orang yang menjalankan kekerasan sering bukan orang yang merdeka. Mereka melakukannya untuk mempertahankan kekuasaan, kedudukan, perasaan lebih atas, ideologi, atau juga kebalikannya, perasaan ditindas. Orang-orang yang menjalankan kekerasan umumnya terbelit kekerasan yang melembaga. Dan inilah kenyataan dosa yang mengurung manusia. Orang disebut orang berdosa karena terlilit kekerasan yang melembaga ini dan tidak berusaha keluar dan mungkin tidak didorong untuk berani keluar. Padahal orang dapat memilih untuk tidak membalas kekerasan dengan kekerasan dan dengan demikian belajar untuk tidak melanggengkan kekerasan

Makna yang sama juga terdapat dalam pernyataan : Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Dibutuhkan kesedian memberikan tindakan ekstra kehilangan waktu, tenaka mungkin biaya untuk perjalanan lagi, sebab kita memberikan cinta kasih kepada orang yang memaksa itu.

b. Mengasihi Musuh


Kadang banyak memahami pengajaran Yesus ini suatu permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh orang percaya. Seolah-olah Yesus memberikan jebakan kepada muridmuridnya. Kita tahu persis bahwa Yesus menyampaikan hal ini kepada manusia dengan perhitungan manusia dapat melakukan perintah mengasihi musuh dan mendoakan yang melakukan penganiayaan. Sebenarnaya yang paling manusiawi adalah perintah “matikanlah musuhmu dan kutuklah orang yang menganiaya kamu”, ini baru puas. Tetapi kepada Yesus menyuruh hal ini ? Jawabannya adalah demi kesempurnaan. Kita mencintai musuh dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita supaya : kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Orang percaya berkewajiban menjadi sempurna karena sebelum mengenal Kristus kita adalah munisia yang suka mematikan mematikan musuh. Paulus mengataka: kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Kol 1:21-22)

Menjadi sempurna itu berarti menjadi dewasa karena mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan menjadi sempurna seperti Bapa di sorga itu bermakna mempertebal dalam diri kita sifat mengasihi yang melampaui batas yang dibangun oleh kebencian. Mengasihi keluarga, anak sendiri, istri di rumah, keluarga, orang yang mengasihi kita bukanlah tindakan yang bernilai lebih, tetapi tindakan yang biasa saja dan tidak sempurna. Tetapi dengan mengasihi musuh kita dituntut untuk memperoleh ketajaman batin. Berbagai perilaku yang disebutkan untuk memperlihatkan bahwa pola tingkah laku yang ditentukan ukuran-ukuran "kawan-lawan", "balas-membalas", "memberi dengan perhitungan mendapat kembali" bukan pilihan satu-satunya. Lebih jauh lagi, bahwa sikap mengasihi, menginginkan kebaikan orang lain tanpa terpengaruh oleh kebusukannya, adalah pilihan yang mampu dilakukan oleh Anak-anak Allah yang Maha Tinggi. Kasih yang sempurna adalah ketika mengasihi orang-orang yang membenci kita sehingga kita mengahiri kebencian itu dan membuatnya menjadi episode yang baru. Amin

Mengasihi Musuh

Matius 5: 38-48

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

1. Manusia dengan Ompong, buta atau mempunyai satu tangan alias cacat adalah keadaan tidak sempurna, tidak enak dilihat dan mengundang keprihatinan. Hidup kita akan seperti itu jika hukum pembalasan diterapkan yaitu mata-ganti mata, gigi ganti gigi, nyawa ganti nyawa. Akibatnya kita akan tinggal di dunia yang ompong, dunia yang buta dan pincang. Masysrakat akan semakin gila bila hukum pembalasan yang kaku tersebut diterapkan. Orang Yahudi pun tidak pernah menerapkan hukum itu secara harfiah dalam perjalanan sejarahnya. Hukum mata ganti mata dan gigi ganti gigi hanya bermaksud bahwa kornpensasi yang dibayar sebanding dengan kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan, tak lebih dan tak kurang. Versi modernnya adalah "bemper ganti bemper, rangka besi ganti rangka besi", janganlah ditambah ambahkan menjadi bamper ganti bamper plus gratis belajar dua tahun , atau uang kejut/trauma 1 tahun, gratis bensin 5 bulan dll.

2. Membangun kehidupan yang indah dan bahagia tidaklah dengan hukum pembalasan. Hidup bukanlah untuk diri sendiri tetapi ada dalam hidup bersama, hidup yang saling terhubung berinteraksi satu dengan yang lain karena tidak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Dalam pandangan Yesus untuk membangun kehidupan bahagia haruslah membangun gaya hidup yang penuh dengan mengasihi. Mengasihi seperti Bapa disorga adalah milik manusia merdeka. Mengasihi tidak akan terpengaruh oleh latarabelakang keadan orang yang dikasihi. Mengasihi itu sangat luas sehingga Yesus memberikan contoh-contoh dalam tindakan mengeasihi.

3. Yesus mengajarkan beberapa strategi membangun kehidupan yang indah dan baik itu:

a. Mengalahkan kejahatan dengan mengasihi.

Yesus pertama menjelaskan hukum agama Yahudi yang bermakna kompensasi yang dibayarkan sebanding dengan kerusakan yang diperbuat. : Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Yesus mengutipnya dari Keluaran 21:24; Imamat 24:20 dan Ulangan 19:21. Bagi Yesus hukum itu adalah sesuatu yang sangat manusiawi, sangat alami. Tetapi ada hukum yang lebih tinggi lagi nilainya yaitu hukum tidak mamu membalaskan, atau menerima konpensasi atas kerusakan, atau perbuatan yang merugikan dan mempermalukan . Hukum ini akan menghentikan kebencian dan penderitaan manusia. Yesus mengatakannya dengan :

- Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,

- siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

- Kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.

- Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.

Bila Yesus mengatakan jangan melawan orang yang berbuat Jahat kepadamu itu bukan bermakna membiarkan kita dan keluarga kita menjadi korban kejahatan. Tetapi Yesus mau mengakatakan jangan kamu mejadi hakim atas orang yang berbuat jahat kepdamu, atau menjadi orang yang mengambil tindakan balasan atas kejahatan yang diperbuat orang kepadamu. Yesus lebih menekankan betapa pentingnya kesadaran hukum, sebab Allah memilih hambanya di dunia ini untuk menegakkan hukum.

Kita tau Yesus pernah kena tampar: Kita baca Yohanes 18:22-23 Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" Yesus ditampar karena dianggap tidak sopan, lancang memberikan jawaban kepada imam besar. Kita tidak tahu pipi sebelah mana yang ditampar, kiri atau yang kanan, namun yang jelas Yesus tidak menyerahkan pipi yang sebelahnya lagi untuk ditampar. Malah Yesus membela diri dan meminta klarifikasi tentang alasan kenapa dirinya ditampar. Yesus tidak membiatkan dirinya ditampari. Apakah Yesus tidak konsisten dengan ucapannya ?. Ternyata hukum yang mau Yesus katakan adalah tidak membalaskan kejahatan namun tidak membiarkan diri menjadi korban kejahatan.

Kasus menampar ini dimengerti sebagai kasus contoh tindakan kekerasan pada umumnya. Orang yang menjalankan kekerasan sering bukan orang yang merdeka. Mereka melakukannya untuk mempertahankan kekuasaan, kedudukan, perasaan lebih atas, ideologi, atau juga kebalikannya, perasaan ditindas. Orang-orang yang menjalankan kekerasan umumnya terbelit kekerasan yang melembaga. Dan inilah kenyataan dosa yang mengurung manusia. Orang disebut orang berdosa karena terlilit kekerasan yang melembaga ini dan tidak berusaha keluar dan mungkin tidak didorong untuk berani keluar. Padahal orang dapat memilih untuk tidak membalas kekerasan dengan kekerasan dan dengan demikian belajar untuk tidak melanggengkan kekerasan

Makna yang sama juga terdapat dalam pernyataan : Siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Dibutuhkan kesedian memberikan tindakan ekstra kehilangan waktu, tenaka mungkin biaya untuk perjalanan lagi, sebab kita memberikan cinta kasih kepada orang yang memaksa itu.

b. Mengasihi Musuh

Kadang banyak memahami pengajaran Yesus ini suatu permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh orang percaya. Seolah-olah Yesus memberikan jebakan kepada muridmuridnya. Kita tahu persis bahwa Yesus menyampaikan hal ini kepada manusia dengan perhitungan manusia dapat melakukan perintah mengasihi musuh dan mendoakan yang melakukan penganiayaan. Sebenarnaya yang paling manusiawi adalah perintah “matikanlah musuhmu dan kutuklah orang yang menganiaya kamu”, ini baru puas. Tetapi kepada Yesus menyuruh hal ini ? Jawabannya adalah demi kesempurnaan. Kita mencintai musuh dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita supaya : kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Orang percaya berkewajiban menjadi sempurna karena sebelum mengenal Kristus kita adalah munisia yang suka mematikan mematikan musuh. Paulus mengataka: kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Kol 1:21-22)

Menjadi sempurna itu berarti menjadi dewasa karena mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan menjadi sempurna seperti Bapa di sorga itu bermakna mempertebal dalam diri kita sifat mengasihi yang melampaui batas yang dibangun oleh kebencian. Mengasihi keluarga, anak sendiri, istri di rumah, keluarga, orang yang mengasihi kita bukanlah tindakan yang lebih, tetapi tindakan yang biasa saja dan tidak sempurna. Tetapi dengan mengasihi musuh kita dituntut untuk memperoleh ketajaman batin. Berbagai perilaku yang disebutkan untuk memperlihatkan bahwa pola tingkah laku yang ditentukan ukuran-ukuran "kawan-lawan", "balas-membalas", "memberi dengan perhitungan mendapat kembali" bukan pilihan satu-satunya. Lebih jauh lagi, bahwa sikap mengasihi, menginginkan kebaikan orang lain tanpa terpengaruh oleh kebusukannya, adalah pilihan yang mampu dilakukan oleh Anak-anak Allah yang maha tinggi. . Mengasi keluarga, anak sendiri, istri di rumah, keluarga, orang yang mengasihi kita bukanlah tindakan yang lebih, tetapi tindakan yang biasa saja dan tidak sempurna. Kasih yang sempurna adalah ketika mengasihi orang-orang yang membencikita sehingga kita mengahiri kebencian itu dan membuatnya menjadi episode yang baru.