Sabtu, 29 November 2008

Advent: Terang dalam kegelapan

Pdt.G.Panjaitan.MSi

Advent dilambangkan dengan warna uUngu /violet (purple) yaitu warna yang dipakai oleh raja dan warna hiasan yang dikapai menyambut raja. Dalam tahun gerejani, selain advent ada lagi minggu dengan symbol warna ungu yaitu Palamarum yang merayakan Kedatangan Yesus ke kota Yerusalem disambut sebagai raja namun kedatangan itu bermakna kedatangan untuk menderita. Kedua makana itu ada dalam warna ungu.

Perayaan Advent itu pertama diarahkan kepada perayaan kelahiran Yesus di dunia ini atau perayaan Natal namun perayaan itu juga bermakna antisipasi akan kedatangan Yesus kedua kali. Oleh karena itu advent mengandung makna pengharapan (expectation) persiapan (preperation ) kerinduan, keinginan (longging).

Simbol yang sudah ditradisikan dalam perayaan advent adalah advent wreath (Bunga lingkaran Advent: Pertemuan warna hijau daun dan hiasan ungu). Maknanya adalah kita ada dalam lingkukan kasih Allah yang tidak berkesudakan (circle of mercy). Simbol lain adalah Candles (lilin) yang menyala : simbol terang Allah yang datang melalui kelahiran Yesus Kristus




Perayaan Advent tahun 2009 saya sebutkan advent di dunia lai. Lain karena banyak buruh yang dirumahkan dan dipehaka sehingga kehidupan menjadi terancam.Lain karena semakin banyak ibu yang mederita menghidupi makan anaknya setiap hari bahkan ada yang membunuh anaknya karena tidak sanggp memberi makan. Lain kekejaman semakin merajalela dan pelaku kejahatan diperlakukan seperti pahlawan. Lain karena para elit politik memperjualbelikan penderitaan rakyat dengan menggangkatnya menjadi isu kampanye.

Penderitaan yang tidak persis sama tetapi ada kesesuaiannya dialami bangsa Israel ketika mereka pulang dari pembuangan Babel ke tanah perjanjian, ke Yerusalem. Mereka terpecah karena ada yang ingin tinggal menetap di Babel sebab secara ekonomi lebih baik dari pada pulang ke Yerusalem yang hancur secara politik, ekonomi dan kemasyarakatan. Keadaan Israel saat itu kehilangan percaya diri. Kepada mereka di suarakan: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.(Yes 60:1) Bangkitlah – Teranglah dua kata yang memaknai advent.

Terang itu memiliki cahaya. Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang bisa dilihat dengan mata , bergerak lurus kesemua penjuru arah. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter: 1 meter adalah jarak yang dilalui cahaya 1/299,792,458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299,792,458 meter per detik.

Sifat cahaya adalah dapat dipantulkan. Cahaya yang mengenai benda akan mematulkan kembali dan cahaya itu lebih baik dan teratur pada permukaan yang rata. Pantulan cahaya agak kabur pada permukaan yang tidak rata. Kita dapat mengenali sebuah benda karena benda itu memantulkan cahaya yang diterimanya. Cermin dan permukaan air yang jernih serta tenang adalah pemantul cahaya yang baik. Penjelasan itu memberikan makna bangkit dan bercahaya adalah menjadi kuat, cepat, tajam, dan tampak jelas. Sifat Ini yang membuat kita berharga dan bermakna.

Kemahaluarbiasaan terang /cahaya digambarkan oleh metode belajar kuantum. Metode ini bermula dari upaya Dr Gergori Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia. Dia mengatakan bahwa proses belajar atau bahkan proses hidup adalah aktivitas untuk meraih sebanyak mungkin cahaya. Melalui interaksinya dengan cahaya, manusia dapat mencipta sebanyak mungkin energi. Otak manusia sebagai pusat seluruh proses penyerapannya adalah materi yang apabila berinteraksi secara intensif dengan cahaya akan menghasilkan energi yang luar biasa.

Mengacu kepada pendapat itu maka ungkapan bangkit dan bersinar adalah proses memberikan kehidupan dan pencerahan. Oleh karena itu orang percaya harus sesering mungkin disinari cahaya diatasnya itu. Orang percaya hendaknya mempunyai mempunyai permukaan datar sehingga memantulkan dengan baik cahaya Tuhan itu. Banyak nilai kehidupan dari sumber cahaya itu – Yesus- kita terpanggil untuk pantulkan kepada orang yang melihatnya. Kita tidak boleh hanya menghasilkan cahaya biasan dari permukaan yang datar.

Bangkit dan bersinar akan membuat kita mempunyai daya tarik . Daya tarik ini digambarkan dalam Ay 3-5 : "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. ... mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendonng... kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu."

Bagaimana kita membangun daya tarik /pikat ini ? Pertanyaan yang perlu karena advent meminta kita menjadi terang.Beberapa hal sederhana yang bisa kita kerjakan:

a. Berikan Kebaikan Tanpa Pernah Menghitungnya

Tuhan itu maha pemurah. Firman Tuhan berkata : lebih baik memberi dari pada meminta. (Kis 20 :35) Belajarlah memberi tanpa mengharapkan imbalan, perasaan yang datang dari hati akan menumbuhkan kepuasan dan kesenangan. Advent dilambangkan Lilin menyala: memberikan tanpa berharap menerima.

b. Kerendahan Hati

Kerendahan hati datang dari percaya pada diri sendiri. Orang yang hari hati berusaha menyingkirkan keinginan untuk selalu membuktikan pada orang lain. Sementara orang berusaha untuk rendah hati, mereka harus menghentikan sikap egois, itu sebuah proses yang mutlak dan membangun. Mesias yang datang dengan keledai bukan kuda bukti kerendahan hati.

c. Penuh Minat dan Suka cita

Advent adalah kedatangan Mesias yang penuh hikmat: Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. (Yes 9:5).

Jadilah orang yang ceria dan penuh harapan, dan buat dunia terpikat pada Anda. Kerajaan Allah itu: Salah satu cirinya adalah suka cita. Suka cita itu dapat tampak dalam gaya bicara yang perduli, Suka tertawa karena tertawa itu menyehatkan, wajah selalu ceria.

Saat Anda tersenyum, otak akan bereaksi dan memproduksi endorphin (zat alami yang memindahkan rasa sakit). Selain itu, sebuah senyuman akan membuat Anda rileks. Sebuah senyum juga akan menebarkan kegembiraan pada orang lain. Tekankan dalam pikiran Anda, selagi Anda bersama orang lain, bahwa senyuman dapat memperpendek jarak antar orang lain.

d. Tata Krama

Tingkah laku, kesopanan dan kebaikan membuat kita bercahaya bersinar sehingga disukai orang lain. Tata krama yang bagus membuat orang lain merasa nyaman.Tata krama merupakan sumber kesenangan, memberikan rasa aman dengan menunjukan penghormatan pada oran lain. Bersikap penuh tata karma bukan hanya berlaku pada sebagian orang, tapi pada setiap orang yang kita kenal, tak peduli status dan kedudukan mereka. Karena Tuhan telah menyinari kita.

Perayaan Advent tahun ini mendorong kita untuk menunjukkan keperdulian dengan semua komponen bangsa. Hendaknya kita memancarkan sinar yang dari pada Tuhan itu. Sinar itu akan membuat orang lain nyaman di dekat kita dan mensejahterakan kita semua. Amin.

Selasa, 25 November 2008

Pengharapan akan Langit dan Bumi Baru

Pdt.G.Panjaitan.MSi

• Pengharapan adalah salah satu yang dimliki oleh manusia dan tidak dimiliki mahluk lain (tumbuhan dan hewan). Pengharapan yang mendorong manusia itu menghadapi berbagai tantangan hidup bahkan kematian sekalipun. Paulus mengatakan pengharapan itu adalah nilai yang perlu tetap dimiliki manusia sehingga dia tinggal dalam esensinya (bd 1 Kor 13:13). Pengharapan itu juga yang membuat kita mampu memahami apa yang melampaui waktu dan ruang. Kita percaya bahwa dunia ini akan berakhir. Waktu yang kita jalani ini bukanlah milik kita tetapi waktu itu adalah milik Tuhan. Namun kita berpengharapan bahwa ada waktu lyang tidak berkesudahan di mana Allah berkuasa di sana. Kita percaya ada hidup kekal di kota baru yang disebut Yerusalem Baru. Tuhan Allah pusat kota itu.

• Di Yerusalem Baru itu ada dua sifat yang ditampakkan masyrakat kota yaitu keadilan dan kebenaran. Di sana tidak ada lagi jejak pekerjaan si iblis yang mengakibatkan penderitaan manusia. Di sana yang ada adalah langit yang baru dan bumi yang baru, tidak ada lagi laut sebagai simbol kekuasaan iblis (Wah 21:1). Langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu. Allah membuat susuatu yang benar-benar ciptaan baru. Ini sesuai dengan 2 Petrus 3:10.12, "Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap ... Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.

• Di kota baru itu digambarkan keadaan masyarakat yang menjadi cita-cita kita semasih hidup di dunia ini. Keadaan di surga kita dapat dihadirkan di dunia ini di manapun kita hidup sebagai warga kota dunia, walaupun tidak seutuhnya tercapai. Keadaan surga yang dapat dihadirkan adalah:

1 Keadaan alam semesta yang harmoni:

Dalam Yesaya digambarkan bahwa kehidupan di Yerusalem Baru aka nada harmoni alam semesta. Harmoni tampak dalam sama-sama berbaring, makan bersama, kemampuan berbagi dan tidak adalagi predator, karakter bawaan seperti pemangsa akan dirubah di kota baru itu . Habitat akan dirubah karena Allah menjadi pusat kehidupan. Yesaya menggambarkan: Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya.(Yes 11:6-9).

2. Keadaan alam yang subur.

Di Kota Yerusalem baru itu aka nada kehidupan dan kesuburan. Manusia akan menikmati hasil jerih payahnya. Dalam Amos 9:13 digambarkan keadaan itu: “Sesungguhnya waktu akan dating, pembajak akan tepat menyusul penuai dan pengirik buah anggur penabur benih; gunung-gunung akan meniriskan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran“. Kota Yerusalem Baru aka nada kebanjiran berkat bukan kebanjiran lumpur atau kebanjiran air akibat alam yang rusak.

3. Keadaan kehidupan yang Bijaksana

Masyarakat Yerusalem baru akan bijaksana menjalani kehidupannya karena Allah yang menjadi penuntun kehidupan. Kebijaksanaan adalah harta surgawi yang diberikan Allah dan kita harapkan milikinya di dunia. Pemazmur mengatakan “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.”(Maz 90:12). Gaya hidup sorgawi : bijaksana, tidaklah sulit untuk kita lakonkan dalam hidup sehari-hari. Beberapa ilustrasi untuk itu:
- Memelihara kebiasaan baik
Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut. Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
-Punya inisiatif
Ada Seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut. Selain memperbaiki sepeda , si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya. Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.
-Hidup sukacita
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.” Ibu menjawab: “Mengapa?”
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.” Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
-Rajin bekerja
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.” Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.” Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.

Kehidupan sorgawi kita hadirkan dalam kehidupan kita kini dan disini sebagai bukti kita mengharapkan surga itu untuk kita tempati selamanya. Amin

Kamis, 20 November 2008

Nabi Muhammad: Dihina Lagi

Tindakan pemilik “lapo tuak worpress.com” yang memuat kartun Nabi Muhammad dengan isi cerita porno dan menghina adalah perbuatan yang tidak dapat ditolerir dan merupakan hasil dari orang yang tidak mengerti esensi kehidupan beragama. Perbuatan itu pantas diusut berdasarkan hukum yang berlaku karena menyebarkan permusuhan dan fitnah dan perasaan terhina. Tindakan itu sedikitpun tidak mempunyai hubungan dengan ajaran kekristenan dan seandanya orangnya pelakunya Kristen kita pastikan bahwa dia bukanlah orang yang memahami dengan banar tentang iman kekristenannya.

Bisa saja memang dia seperti orang yang menghabiskan waktunya di “lapo tuak” (kedai tuak). Bicara seenaknya saja, merasa lebih pintar dan tau segalanya. Dia bicara seperti “natuahon” (alkoholis) yang tidak menyadadir kata-kata yang diucapkannya. Dia bernyanyi kuat-kuat dan senaknya tanpa perduli lingkungan dan kampungan. Dia tidak mempunyai perasaan dan sensitifitas karena sudah “tuakon”.

Penghinaan Nabi atau agama jangan dianggap menjadi misi sebuah agama. Setanlah yang selalu merencanakan penghinaan. Karena itu saya yakin tindakan pelaku tidak ada sangkutpautnya dengan orang Kristen Batak dan dengan Suku Batak, tetapi dia melakukan itu sebagai orang yang “tuakon”. Tindakannya itu berhubungan dengan si jahat, oleh karena itu layaklah dia dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya itu.

Rabu, 19 November 2008

Akhir Tahun Gerejani


Pdt.G.Panjaitan.MSi

Di gereja-gereja arus utama seperti Gereja HKBP minggu tanggal 23 Nopember 2008 dinamai Minggu Akhir Tahun Gerejani. Ibadah minggu pada saat ini mempunyai kekususan yaitu menjadi waktu di mana anggota jemaat yang telah meninggal dunia dalam satu tahun gerejani (sejak dari Advent I sampai akhir Tahun Gerejawi) dikenang melalui membacakan nama-nama yang telah meninggal dunia. Acara mengenang kembali yang sudah meninggal dunia itu bertujuan mengingatkan setiap orang percaya akan hakekat hidup manusia. Kita adalah mahluk yang mempunyai limit , mahluk yang lemah dan terbatas dan waktu yang kita miliki sangat terbatas (Maz 90:4-6). Kadang dalam acara itu ada saja anggota jemaat yang menjadi sedih karena mengenang kembali penderitaan yang ditimbulkan kematian itu. Mereka mengenang kembali harapan, cita-cita dan cinta yang tertunda karena kematian orang-orang yang dicintai.

Kematian memang bukan topik yang enak dibicarakan. Malah banyak pengkhotbah yang berjuang untuk melawan kematian dengan menawarkan mukjizat penyembuhan, seolah-olah kematian itu dapat dihindarkan. Kita paham betul kematian itu sangat kuat. Dia akan datang tanpa diundang, datang tanpa memberiahukan lebih dulu dan akan tetap datang sekalipun kita buat surat penolakan. Dia akan datang terhadap siapapun baik yang berkuasa atau orang lemah, baik yang kaya maupun yang miskin, baik yang ganteng atau biasa saja, semuanya akan menghadapi kematian.

Dalam persfektif kekristenan kematian adalah musuh yang kuat dan yang terakhir tetapi sudah dikalahkan. Paulus mengatakan “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.” (1 Kor 15:26). Kristus melalui kebangkitannya dari antara orang mati itulah yang mengalahkan kematian itu. Proklamasinya adalah: Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.(1 Kor 15:55-17)

Dengan demikian membicarakan dan menghadapi kematian bukanlagi sesuatu yang harus dihindarkan dan menakutkan. Kematian bukan untuk menakuti kehidupan tetapi menjadikan nilai kehidupan semakin dalam. Kehidupan kerohanian kita yang semakin dewasa tampak dengan tidak lagi takut akan kematian tetapi kita akan lebih bisa menerima kematian tanpa rasa
khawatir yang berlebihan. Kehidupan dan kematian adalah dua hal yang memberikan nilai kepada yang lain.

Banyak orang yang dengan siap menghadapi kematian sehingga dia tidak mau didoakan supaya diberikan mukjizat penyembuhan. Misalnya hamba Tuhan , almarhum pendeta Eka Darmaputera tidak pernah mau didoakan untuk mendapatkan mukjizat kesembuhan. Yang diharapkannya cuma 3: (1) tidak mengalami penderitaan sakit dan sebagainya selama menjalani proses kematian; (2) tidak menjadikan dirinya sebagai beban finansial bagi anak cucunya; dan (3) selama masih hidup dapat berbuah bagi sesama.

Mengenang kembali orang yang telah meninggal dunia juga dimaknai sebagai perenungan akan perjalanan waktu. Waktu adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan dan apabila waktu kita berakhir kita tidak dapat lagi berbuat apa-apa. Waktu tidak dapat didaur ulang dan juga tidak dapat disimpan. Waktu selama hidup sangat bermakna oleh karena itu hendaknya dipakai kepada hal-hal yangh bermakna. Kematian itu mendorong kita untuk menghargai kehidupan. Dengan demikikan mengenang kembali orang yang sudah meninggal dunia bukan untuk mengenang duka, tetapi mengingatkan kita tentang hari kematian kita. Bila masih hidup mari kita mengerjakan Dia yang telah memilih kita. Momentomori. Amin.

Kamis, 13 November 2008

Persembahan Perpuluhan

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

2 Tawarikh 31: 2-8

Memberikan persembahan adalah salah satu ungkapan takut akan Tuhan oleh karena hal itu sangat erat berhubungan dengan sikap kehidupan kita sehari-hari. Bila saya memberikan persembahan sama maknanya dengan saya membiarkan milik saya menjadi bagian pihak lain. Persembahan itu adalah bentuk solidaritas dan ganti diri kita untuk pelayanan dan kemuliaan Tuhan. Persembahan kepada Tuhan adalah menyerahkan diri atau kehidupan saya secara total kepada Tuhan. Seluruh hidup itu baik dalam rumah ibadah, di tempat kerja atau dimana saja adalah persembahan (bd Rom 12:1)

Salah satu bentuk pemberian persembahan adalah perpuluhan. Aturan tentang persembahan perpuluhan ini ada dalam kitab Perjanjian Lama. Kita tau masih banyak jenis persembahan lagi yang diajarkan dalam Perjanjian Lama seperti persembahan korban bakaran, korban sajian, korban keselamatan. Semua persembahan itu sifatnya adalah jawaban orang percaya karena Tuhan telah memberikan kita berkat dan memelihara hidup kita. Tidak ada jenis persembahan itu yang mendapat tempat paling utama dihadapan Tuhan. Paling utama adalah hidup kita sepenuhnya dipersembahkan pada Tuhan dengan ketulusan.

Sekarang ini, persembahan perpuluhan mendapat perhatian khusus sehingga menjadi bahan diskusi dikalangan umat Kristen. Persepuluhan ini menjadi menonjol dan seolah-olah diwajibkan itu terbukti dari pembahasan tentang perpuluhan: Apakah dari pendapatan bersih atau kotor, Apakah sepersepuluh dari semua jenis pendapatan dll. Akibatnya ada yang mensinyalir penekanan perpuluhan ini erat hubungannya dengan pada pendapatan gereja. Hal itu disebut sebagai "business of gospel". Akibatnya, bisa saja muncul keadaan seperti masa Tuhan Yesus di mana banyak orang yang merasa lebih kudus, ibadahnya sudah sejati karena sudah memenuhi persembahan perpuluhan.

Untuk itu ada beberapa hal yang berhubungan dengan persembahan perpuluhan yang kita temukan dalam Alkitab sendiri.

- Yesus tidak pernah menyinggung persembahan perpuluhan secara khusus malah Dia mengajari kita untuk mempersembahkan seluruh kehidupan tidak hanya sepersepuluh dari yang kita dapatkan. Yesus berkata kepada seorang pemuda kaya yang sudah memberikan perpuluhan:

Mat 19:21-23 : Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Perpuluhan bukanlah persembahan yang signifikan dalam menyatakan iman tetapi pemberian “semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkanya" itulah yang diperhitungkan Yesus.

Markus 12:41-44 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."

Paulus juga tidak pernah mengajarkan pemberian perpuluhan dengan cara legalistik tetapi dia lebih cenderung mengajarkan dan menyatakan bahwa orang-orang percaya sepatutnya menyisihkan sebagian dari penghasilan mereka untuk mendukung gereja (1 Korintus 16:1-2). Artinya bisa di bahwa sepuluh persen atau di atas sepersepuluh. Selain itu dia menekankan sikap ketulusanlah yang perlu ada saat memberi. Paulus mengatakan: Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7).

Perpuluhan tidak mempunyai arti apa-apa dan semua persembahan adalah haram di hadapan TUHAN, apabila dilakukan tanpa disertai dengan rasa keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Perpuluhan (atau persembahan) dari hasil kejahatan haram masuk di hadapan Tuhan dan munafik orang yang memberikannya. Mateus 23:23: Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.

Perpuluhan tidak mempunyai arti apa-apa, di hadapan TUHAN, jika tidak dilakukan sikap rendah hati. Yesus mengajar:

Lukas 18:9-14: Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Memberikan persembahan perpuluhan tidaklah salah tetapi harus kita maknai sebagai persembahan legalistik seperti hitungan matematika. Perpuluhan bukanlah sebagai iuran yang memaksa setiap anggota, atau sebagai hal seperti membayar pajak/ tax 10% . Kasih kepada Tuhan dan sesama, kerelaan dan rasa suka cita lebih dari sekedar angka 10% , itulah maksud Allah. Amin.

Jumat, 07 November 2008

Takut Akan Tuhan

Ulangan 10:12-22
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

1. Takut akan Tuhan adalah sikap mendasar yang harus dimilki setiap orang percaya. Takut akan Tuhan bersumber dari pengakuan orang yang mempunyai keingintahuan yang sangat tinggi (inquirity). Takut akan Tuhan adalah keadaan dinamis bukan statis, keadaan di mana seseorang selalu merencakan pekerjaan yang menyenangkan hati Tuhan. Pemahamann seperti itu mendorong peng-amsal mengatakan “takut akan Tuhan itulah permulaan pengetahuan, hikmat” (Amsal 1: 7, 9:10). Takut akan Tuhan itu berarti mencintai Tuhan, mematuhi perintahNya, menyembah Dia dan mengeksplorasi keinginan-keinginanNya. Dengan kata lain, semakin para ilmuwan mendalami bidang ilmunya, semakin ia menemukan nuansa spiritual di dalamnya. Dan karenanya, semakin tinggi keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Pemahaman seperti inilah yang dimaknai dalam pernyataan takut akan Tuhan.

2. Tentu tidak serta merta tewujud orang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi takut akan Tuhan. Kita juga mendapati bahwa banyak para ahli misalnya para ahli Fisika yang meniadakan eksistensi Tuhan dalam penelitiannya. "Betapa alam raya berjalan penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang pengatur," demikian ungkapan Carl Sagan Fisikawan yang mendapatkan hadiah Nobel. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Steven Weinberg, Fisikawan peraih hadiah Nobel dalam bidang fisika pada 1979: "Semakin kosmologi" menyingkap alam raya ini, semakin tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini," . Menurut laporan satu majalah terkemuka di Amerika serikat: sebuah penelitian di AS tahun 2007, hanya 40 persen ilmuwan di negeri Paman Sam itu yang percaya adanya Tuhan. Sisanya adalah para ilmuwan yang ateis (Newsweek, 27/7).

3. Menyangkal Tuhan tentu tidak hanya milik kaum ahli, tetapi bisa saja terdapat dalam setiap strata sosial umat masyarakat. Dalam sejarah hubungan Israel dengan Tuhannya terlihat bahwa ada kecenderungan membrontak kepada Tuhan bahkan pergi kepada allah lain. Perubahan jaman, perkembangan ilmu pengetahuan, penguasaan akan sumber daya alam yang dimiliki manusia ruparupanya dapat mendorong manusia itu melakukan penyangkalan. Menyadari kecenderungan orang beragama dapat berubah menjadi ateis, mendorong orang percaya betapa pentingnya mengingatkan dan mengulang kembali akan hubungan manusia dengan Tuhannya.

Esensi dari Kitab Ulangan adalah mengingatkan kembali dasar iman Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Kepada mereka diulang, diceramahi kembali tentang pokok ajaman iman kepercayaan mereka bahwa mereka haruslah Takut akan Tuhan. Pengulangan ini bukan berarti diulang begitu saja, Seruan diulang kembali (deutronomi) bermaksud perlu ada koreksi dan reinterpretasi dogma kontekstual agar tetap dipahami secara baru. Kepada Israel diingatkan : "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.”

4. Tindakan takut akan Allah itu dipraktekkan dengan mencapai kedewasaan iman dan perubahan karakter (sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengku). Kemudian Mereka diminta untuk menyingkirkan iman yang sinkritis dan melakukan keperdulian sosial kepada kelompok anak yatim, janda orang asing. Keperdulian sosial berkorelasi dengan ibadah kepada Tuhan. Keperdulian itu dapat diperlihatkan dengan sikap

· Menciptakan kepribadian yang bersahabat dan tulus artinya memberikan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan;

· Mengerti dan menghargai kebiasaan dan tradisi orang lain yang berbeda;

· Meningkatkan penampilan dan etika pergaulan yang mencakup cara kita berpakaian, berjalan, berbicara, melihat, duduk, makan dan minum, bekerja, berjabat tangan, menata rambut, dll yang semuanya adalah penampilan luar kita.

· Memperlakukan orang lain seperti yang kita ingin orang lain perlakukan terhadap kita.

Takut akan Tuhan adalah kondisi yang dinamis di mana orang percaya berusaha melakukan kehendak Tuhan yaitu mencintai sesame. Amin

Sabtu, 01 November 2008

Pertumbuhan Gereja

Kisah Para Rasul 2: 37-41

Banyak orang yang betanya apa yang saya perbuat supaya saya berhasil dalm kerja, hidup rumah tangga, dalam berusaha dll? Sebenarnya jawabannya adalah sederhana: Berbuatlah lebih. Berbuatlah lebih supaya istri atau suami kita terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik. Berbuatlah lebih supaya pelanggan kita datang lagi untuk membeli, berbuat lebih supa bos kita tidak merasa rugi menggaji kita, berbuatlah lebih supaya orang balik bertanya: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Pelayanan yang selalu berbuat lebih akan mengakibatkan pertumbuhan dan pertumbuhan inilah menjadi ciri khas dari kehidupan orang beriman. Iman yang bertumbuh adalah iman yang hidup. Pertumbuhan gereja juga sangat didorong oleh perbuatan lebih dari seluruh anggota jemaat. Yesus dengan nyata-nyata menganjurkan ini: Matius 5:41 " Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil". Pertumbuhan Gereja juga terjadi apabila setiap unsur penatua dan jemat berbuat lebih dalam pelayanan di gereja itu.


Apa yang harus kita perbuat supaya pertumbuhan terjadi ? Pengalaman Gereja mula-mula menjadi cerminan:

a. Perlu Pemahaman yang Benar tentang Firman Allah.

Petrus memberitakan kebenaran tentang Yesus Kristus bahwa dialah Juru Selamat Mesias yang telah dibunuh oleh Yahudi, Yesus adalah keselamatan bagi semua bangsa dan Yahudi tidak mengenalnya malah membunuhNya. Mendengar penjelasan Petrus itu ada orang Yahudi yang percaya. Mereka balik bertanya: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?". Ungkapan ini menunjukkan rasa penyesalan dan keinginan untuk memperbaharui hidup. Realitas ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perubahan terjadi apabila ada pemahaman yang benar, penghayatan yang benar tentang firman Allah. Pemahaman yang benar itu kita harapkan mempengaruhi behavior setiap orang yang memahaminya. Paulus mengatakan: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. (2 Tim 3:16-17)

b. Gereja Harus memberikan pertolongan yang lebih.

Ketika mereka sudah memahami Firman Tuhan, mereka bertanya “apa yang harus kami perbuat” maka firman yang didengar itu berubah menjadi aksi atau tindakah. Gereja perlu menolong membantu orang yang ingin berbuat. Gereja perlu menolong jemaat untuk memahami bahwa:

b.1 Jemaat membutuhkan Baptisan

-Baptisan itu untuk semua bangsa, didalamnya ada orang dewasa dan anak-anak : “Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu”. Dalam baptisan itu kita dipersatukan dalam pengalaman bersama Kristus. Kita satu dalam kematian, dan kebangkitannya. Jemaat membutuhkan pemahaman ini supaya tidak anggap enteng terhadap baptisan yang diterimanya. Baptisan itu memberikan dia pintu masuk dan peluang menerima anugrah besar dari Tuhan .

b.2. Jemaat membutuhkan Roh Kudus.

Gereja perlu berbuat lebih agar setiap anggota jemaat menyadari bahwa mereka yang percaya dan dibaptis telah diberi anugerah yang luar biasa yaitu Roh Kudus. Roh yang menuntun, menghimpun, mengajari dan membaharui kita hari demi hari. Perubahan dan pertumbuhan terjadi bila Roh Kudus menggerakkan kita. Hal itu nyata dalam persekutuan dengan orang percaya dan dalam interaksi dengan Allah melalui firmanNya. Amin.

Hindari Praktek Keagamaan Yang Dangkal

Yeremia 7:1-7
Kita sangat setuju bahwa Agama adalah satu berkat yang sangat besar untuk perjalanan hidup manusia. Kita setuju hal ini bukan karena kita sedang beribadah di Gereja atau memeluk agama. Realitas dalam sejarah peradaban manusia agama telah memberikan makna kehidupan manusia. Agama telah mengajari manusia tentang asal mula hidup manusia, untuk apa manusia hidup, apa makna kematian, ke mana hidup ini setelah mati. Agama juga mengajari manusia memahami dunia ini bagaimana menguasai, mengusahai, bersahabat dengan alam sekitar, dan bagaimana menciptakan kedamaian, cinta kasih. Agama juga bahkan mengajari manusia tentang seni, musik dan budaya. Agama juga berjasa untuk membangun dunia yang lebih maju. Mari kita ingat Gerakan reformasi Martin Luther, 31 oktober 1517, yang mendorong gerakan protestantisme. Kita tau ajaran protestantisme dianggap memberikan inspirasi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sehingga tercipta dunia yang modern.

Namun kita juga harus menyadari bahwa dalam fakta sejarah agama juga sudah menjadi sumber penderitaan bagi umat manusia. Agama menjadi sumber perpecahan, pemisahan, peperangan bahkan sumber dari genosid. Bahkan agama juga dipakai pemeluknya sebagai alasan melakukan terorisme dan penindasan terhadap HAM dan kebebasan orang lain. Hal ini kita pahami akibat adanya pemahaman yang dangkal tentang bergama.


Dalam Alkab diterangkan bahwa Yeremia menyaksikan praktek keagamaan yang dangkal di tengah-tengah bangsa Yahudi. Yeremia mengkritik perasaan nyaman beribadah bangsa Israel. Rupa-rupanya ada imam dan nabi yang mengkhotbahkan : Ini bait TUHAN, bait TUHAN, bait TUHAN. Mereka mengajarkan bahwa artefak-artefak yang ada di Bait Allah: bangunan bait Allah, tanah perjanjian, peralatan-peralatan peribadatan yang sudah dipakai turun-temurun, dianggap menjadi bukti kehadiran Allah. Artefak itu dipercaya berkuasa mengikat Allah. Kemudian, mereka percaya ritus-ritus peribadatan sejak masuk dari pintu gerbang Bait Allah sampai ke ruang kudus sebagai ibadah yang sempurna.
Tuhan memprotesnya melalui Yeremia dengan mengatakan: “Berdirilah di pintu gerbang rumah TUHAN, serukanlah di sana firman ini dan katakanlah..... perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini” (ay 2-3). Kata “perbaikilah” diterjemahkan Bible KJV dengan amend : artinya mengamandemen, merubah. Yeremia melihat ritual keagamaan telah menjebak umat Yahudi pada hukum formal tanpa menyentuh/mendalami dan memahami hakekat dari ajaran agama tersebut. Peribadatan menjadi simbol pengakuan pada Yahwe saja. Mereka beribadah tanpa kehadiran Tuhan di sana. Kehadiran Allah hanya diajarkan pada tataran permukaannya. Bangsa itu tidak diajarkan lagi keadilan, kebenaran dan anti penghisapan. Tidak diajarkan bagaimana mencintai, menjaga dan merawat hubungan dengan alam, manusia dan dengan Tuhan. Yeremia melihat ibadah bangsa itu telah kehilangan hakekatnya sebagai alat pembebas manusia dari ketertindasannya. Dengan segala kondisi tersebut ritual keagamaan pada praktek keseharian menjadi alat legitimasi rezim dalam menindas rakyatnya. Menjadi legitimasi pembodohan massal dalam kehidupannya. Yeremia menyuarakan amandemen tingkah langkah dan perbuatan.

Keadaan ini ingin diperbaiki Yeremia dengan memberitahukan praktek ibadah yang sejati. Ibadah yang benar harus mempunyai korelasi dengan perilaku adil dalam interaksi sosial. Yeremia menyuarakan: “jika kamu sungguh-sungguh memperbaiki tingkah langkahmu dan perbuatanmu... melaksanakan keadilan.... tidak menindas orang asing, yatim dan janda, tidak menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini dan tidak mengikuti allah lain,.... maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini, di tanah yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu, dari dahulu kala sampai selama-lamanya”(ay 5-7 bd. Yak 1:27).

Yeremia menekankan bahwa Israel tidak boleh memiliki dualisme kehidupan, yaitu ketika di bait Allah kelihatan rohaninya luar biasa, namun ketika ia berada di luar kegiatan - kegiatan kerohanian hidupnya tidak berbeda dengan kehidupan orang yang tidak mengenal Allah. Sikap dualisme itu akan membuat mereka kehilangan kesempatan bersama Allah. Yeremia menyuarakan pertobatan orang beragama, amandemen pemahaman orang beragama, sebab orang beragama belum tentu mereka merindukan Tuhan. Umat beragama perlu memperbaharui hidup dengan mengarahkan pandangan terhadap realitas sosial yang ada di sekitar bait Allah. Di situ ada pengemis, anak yatim, para janda, kaum miskin dll. Suatu ketika, rasul Petrus dan Yohanes pernah menghentikan langkahnya di Gerbang Indah dan menunda masuk ke dalam Bait Allah. Padahal waktu sembahyang sudah menjelang. Sembahyang atau ibadah itu sangat penting. Namun rupanya ada yang sama pentingnya dengan ibadah dan sembahyang itu: menyapa seorang anak manusia yang terpuruk di realitas hidup (Kis 3:1-10). Yeremia menegur Israel di Gerbang Bait Allah ketika mau beribadah karena mereka tidak perduli malah menindas orang asing, anak yatim, para janda. Hati dan iman mereka dangkal dan tindakannya cabul di mata Tuhan.

Dalam perjalanan sebagai Gereja di tengah-tengah bangsa Indonesia, kita diingatkan akan bahaya praktek keagamaan yang dangkal: Kehidupan Gereja kita tidak boleh terjebak dalam praktek ritual semata. Kita tidak boleh menyatakan sudah cocok tingkah laku dan perbuatan kita, dengan ukuran banyak jemaat datang beribadah pada hari minggunya, demikian juga pada ibadah khusus dll. Kedangkalan akan menjadikan simbol-simbol keagamaan sebagai satu-satunya ukuran kemajuan. Kedangkalan akan mengukur kemajuan hanya dengan semaraknya acara-acara keagamaan. Di sinilah pentingnya kembali gerakan “melek agama” (religious literacy), sikap cerdas memaknai, mengembangkan, sekaligus menjalankan nilai-nilai iman dalam kehidupan nyata. Kita berharap Gereja jangan bertubuh besar tetapi dengan tangan yang pendek dan kaki yang pendek. Kita terpanggil memperbaiki tingkah laku dan perbuatan agar menjadi gereja yang mempunyai tangan yang terulur kepada anak yatim, para janda, para orang miskin, tangan harus mampu menjangkau, menyuapi yang ada di sekitarnya. Gereja juga mempunyai kaki yang rajin melangkah, menjangkau daerah-daerah yang belum terlayani. Amin