Senin, 16 Februari 2009

PERCAKAPKANLAH PERBUATANNYA YANG AJAIB

Roma 10:13-21

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

1.Iman Kristen bersifat universal (hatopan) terbuka bagi siapa saja dalam keadaan status apapun. Pokok pikiran itu diajarkan Paulus dengan mengatakan “barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan”. Kata “barang siapa” (everyone) menunjukkan makna universal iman Kristen, sebab “barang siapa” itu adalah Yahudi, Yunani, semua bangsa atau etnis ,kaya atau miskin, besar atau kecil, di kota atau di desa, yang mulia atau yang hina, yang elite atau yang bersahaja dst, semuanya adalah sama bila berseru kepada Tuhan akan diselamatkan. Konsep ini membuka pikiran orang Yahudi tentang kefanatikan mereka di era Perjanjian Lama yang mengikrarkan bahwa di luar Israel itu bangsa kafir. Firman ini juga mengajarkan bahwa Allah juga memilih orang-orang dari bangsa lain untuk diselamatkan di dalam Kristus. Sekalipun demikian kita jangan merasa sombong dengan keselamatan yang kita miliki (bdk Roma 11) tetapi hendaknya mendorong kita untuk semakin rajin memberitakan Injil. Kedaulatan Allah hendaknya disertai dengan tanggung jawab manusia melakukan penginjilan.

2.Universalitas karya Allah adalah bahwa Kristus itu adalah Tuhan bagi semua orang (umat pilihan-Nya) tanpa pandang bulu. Hal ini mengandung unsur kekekalan di dalam kemurahan hati-Nya dan bersifat aktif, bukan pasif. Kemurahan hati itu ditunjukkan kepada barang siapa yang berseru, atau memanggil namanya. Memanggil nama Tuhan bukanlah hal yang gampang pada masa kekaisaran Romawi. Berseru kepada Tuhan pada masa Kekaisaran Romawi itu berarti “maut”. Waktu itu orang-orang Kristen dianiaya dengan ancaman bahwa jika mereka menyebut nama Allah selain Kaisar sebagai “tuhan”, mereka akan mati. Dengan kata lain, Paulus ingin menguatkan iman orang Kristen di Roma bahwa meskipun mereka harus mati karena menyebut dan berseru kepada-Nya, mereka akan tetap diselamatkan. Sebuah keadaan yang sangat berbeda dengan kita sekarang di mana aman saja berseru kepada Tuhan.

3. Berbicara itu berlian (speak is diamon) itulah nilai yang diberikan kepada orang yang berseru dan menceritakan firman Tuhan. Orang yang “berseru kepada nama Tuhan” yaitu mereka yang mengaku dengan mulut (tidak diam saja) dan percaya dalam hati di dalam kebangkitan Kristus. Jadi, ketika seseorang “berseru kepada nama Tuhan” berarti orang tersebut tidak berseru dengan seruan yang kosong, tetapi dengan seruan yang berisi iman dan pengharapan kepada janji-janji Allah di dalam keselamatan di dalam Kristus. Tetapi apakah cukup hanya berseru saja? Tidak!. Di ayat 14 dan 15, Paulus menyampaikan suatu urutan yang jelas dari belakang (berseru kepada-Nya) sampai ke depan/inti, yaitu pengutusan pemberitaan Injil (“diutus”—ayat 15). Mari kita simak satu per satu.
Paulus mengatakan bahwa seseorang bisa berseru kepada-Nya, bila ia percaya. Tanpa seseorang percaya, tak mungkin ada kerinduan hati untuk datang kepada-Nya dan berseru. Masalah yang terjadi pada orang-orang Yahudi adalah mereka terlalu banyak “berseru” kepada-Nya bukan merupakan luapan dari iman mereka, tetapi karena mereka bersungut-sungut. Bagaimana dengan kita? Ketika kita berseru, apakah seruan kita keluar dari luapan iman kita yang bersandar dan berharap total kepada Allah ataukah seruan kita menjadi seruan kosong dan emosional atau yang lebih parah lagi, seruan kita adalah seruan bersungut-sungut seperti bangsa Israel dahulu?
Paulus melanjutkan urutannya, yaitu bagaimana seseorang bisa percaya kepada-Nya jika ia tidak mendengar tentang Dia. Di sini, ada kaitan antara mendengar Kristus dan percaya kepada-Nya. Ketika seseorang mendengar Firman Kristus, dari situlah timbullah iman sejati (Rm. 10:17). Mengapa Paulus menggunakan kata “mendengar” bukan melihat atau merasakan atau meraba? Karena “melihat” dan “merasakan”/“meraba” lebih bersifat menyesatkan karena itu bersifat fenomenal, sedangkan mendengar meskipun bisa menyesatkan, tetapi intensitasnya kecil, mengapa? Karena ketika kita mendengar, kita mengolah di dalam pikiran terlebih dahulu, sedangkan ketika kita melihat atau merasakan sesuatu, kita hampir tidak pernah memasukkannya ke dalam pikiran. Kita bisa terpukau karena kita melihat atau merasakan, tetapi ketika kita mendengar, kita dituntut untuk aktif. Dan yang unik, kata “mendengar” dalam ayat ini di dalam struktur bahasa Yunani menggunakan bentuk aktif (bukan pasif). Berarti, kita aktif mendengar Firman Tuhan, dan pada saat itu Roh Kudus bekerja mencerahkan hati dan pikiran kita sehingga kita percaya dan bertobat. Bagaimana dengan kita? Seberapa sering dan rindunya kita terus mendengar kebenaran Firman Tuhan? Apakah kita sudah cukup puas jika kita sudah belajar theology atau berdikusi tentang firman itu? Kita diajak belajar terus dengan mendengarkan pendalaman kebenaran Firman Tuhan.
Paulus melanjutkan bahwa bagaimana seseorang bisa mendengar tentang Kristus jika tidak ada orang yang memberitakan-Nya. Di sini, satu langkah lebih dalam lagi, yaitu orang bisa mendengar Injil jika ada orang yang memberitakan Injil Kristus. Jika ada “Orang yang memberitakan-Nya” (preacher) yang bertujuan untuk membawa orang-orang yang tersesat kembali kepada Kebenaran Allah di dalam Kristus. Paulus memberikan inti permasalahannya yaitu bagaimana mereka bisa memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus. Kata “diutus” dalam Yunani: apostellō berarti set apart (=dipisahkan). Kristus mengutus kita untuk menjadi saksi-Nya dengan cara memisahkan kita terlebih dahulu dari dunia dan segala konsepnya yang berdosa. Menjadi saksi Kristus berarti menjadi terpisah dari semua konsep dunia berdosa (Roma 12:2).

4.Allah tidak pernah memaksakan orang untuk percaya, melainkan memberikan kehendak bebas untuk percaya atau tidak. Sejarah pekabaran injil sejak jaman Perjanjianlam menunjukkan bahwa penolakan akan pemberitaan Firman Tuhan selalu terjadi. Penolakan bangsa Israel bisa menjadi berkat bagi bangsa lain. Sangat penting kita sadari ini, penolakan yang kita lakukan untuk mengerjakan pelayanan bisa menjadi peluang berkat bagi orang lain sehingga kita tidak kebagian berkatnya lagi.

REMAJA DAN NHKBP RAYAKAN VALENTINE DAY

Pdt.G.Panjaitan.MSi

Remaja dan NHKBP Manyar Surabaya merayakan "Valentine Day" (hari kasih sayang) yang diperingati setiap 14 Februari. Perayaan ini diadakan dalam kesederhanaan, tanpa simbol-simbol valentine dan tanpa tukar kado dan coklat. Perayaan dilaksanakan di Gedung Serbaguna dengan mengadakan Penelahan Alkitab yang membahas tentang “Kasih Abadi”. "Hampir setiap perayaan valentine kami melakukan kegiatan yang sama dalam suasana keceriahan” demikian kata pengurus NHKBP. Ada 37 orang pemuda dan remaja yang menghadiri perayaan tersebut sekalipun hujan waktu itu sangat deras mengguyur kota Surabaya.



Seperti kita ketahui bersama peringatan “Valentine day” memang datang dari Barat. Ini dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, ini memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Pdt.David Silaban.STh yang menyajikan renungan didasarkan pada 1 Kor 13:1-13, mengatakan bahwa kasih sayang seifatnya kekal dan kasih sayang itulah yang membuat segala sesuatunya berarti dan bermakna. Pemberian tanpa kasih adalah sebuah umpan yang menjerat, demikian penjelasan pendeta tersebut.



Sukacita perayaan semakin bertambah karena bertepatan pada pada hari Valentine, Pdt.G.Panjaitan.MSI merayakan ulang tahunnya. Bingkisan yang terindah diberikan para Pemuda dan Remaja dengan menyanyikan lagu “selamat ulang tahun” dan memberikan ucapan selamat.
“Valentine day” yang kita rayakan ini akan semakin bermakna jika dalam menjalin cinta kasih kita mau memberi, paling sedikit memberI senyuman pada orang lain disaat yang tepat dan menyatakan cinta kasih itu dalam tatakrama, sopan santun dan beraturan”. Demikian Pdt.G.Panjaitan, merespon ucapan selamat dari pemuda dan remaja HKBP Manyar.


RNHKBP

VALENTINE DAY
Remaja dan NHKBP Manyar Surabaya merayakan "Valentine Day" (hari kasih sayang) yang diperingati setiap 14 Februari. Perayaan ini diadakan dalam kesederhanaan, tanpa simbolsimbol valentine dan tanpa tukar kado dan coklat. Perayaan dilaksanakan dengan mengadakan Penelahan Alkitab yang membahas tentang “Kasih Abadi”. "Hampir setiap perayaan valentine kami melakukan kegiatan yang sama dalam suasana keceriahan” demikian kata pengurus NHKBP. Ada 37 orang pemuda dan remaja yang menghadiri perayaan tersebut sekalipun hujan waktu itu sangat deras mengguyur kota Surabaya.




Kamis, 12 Februari 2009

JENIS LAHAN MANAKAH AKU ?

Renungan Minggu
Lukas 8:9-15
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Jenis lahan seperti apakah aku? Itulah pertanyaan yang mungkin muncul setelah mendengar perumpamaan Tuhan Yesus ini. Tentu kita lebih senang apabila dipahami orang lain dan kita pahami diri kita sendiri sebagai jenis lahan keempat yaitu tanah yang baik dan yang subur yang sudah diolah (Luk 8:8,15). Kita mungkin tidak senang apabila di cap seperti lahan pertama “pinggir jalan”: yaitu pribadi yang mau mendengar firman Tuhan tetapi ketika dia mengalami ketersinggungan, digosipi atau dipermalukan dia langsung melupakan firman (Luk 8:11-12). Kita juga tidak mau disebut lahan kedua “tanah yang berbatu” yaitu orang yang datang ke gereja dengan bersemangat, antusias dan bersuka cita tetapi imannya tetap dangkal . Dia hanya memahami firman itu sebatas brain dan emosional saja. Dia tidak pernah memaknai kedalaman firman Tuhan dalam hidupnya. Ketika suasana yang membuat senang dan gembira itu berubah dan tidak sesuai dengan pikirannya maka dia melupakan firman itu (Luk 8:6,13). Kita juga tidak mau disebut lahan ketiga “tanah semak duri” yaitu orang yang mendengar firman itu tetapi hidupnya selalu gelisah dan kebingungan. Dia tidak pernah menyerahkan hidupnya secara total untuk dibimbing dan dipelihara oleh Tuhan. Dia kompromistis dengan kenikmatan dunia, plinplan dan kanan kiri oke. (Luk 8:7,14).

Tuhan menginginkan kita seperti lahan tanah yang baik dan yang subur yang sudah diolah yaitu orang yang mendengar firman itu kemudian mengaplikasikannya dalam hidupnya. Dia menghasilkan buah-buah rohani yang dapat dinikmati oleh orang lain. Didalam dirinya firman itu berakar dan itu dia peroleh dari kemampuan mendengar yang baik. Dia mendengar tidak hanya dengan telinga, tetapi juga dengan mata, hati, pikiran, dan tindakan. Pendengar firman Tuhan yang berbahagia adalah orang yang hatinya dapat diubah. Marilah kita menjadi lahan yang baik untuk tempat suburnya firman Tuhan dengan memiliki kerinduan untuk berubah dan dikuasai oleh Tuhan, merelakan hati kita diolah dan “dibajak” oleh Petani Agung, Roh Kudus itu sendiri, memberikan hati kita pada kasih ALLAH dan hidup kita selalu berbuah. Amin

MUTASI PENDETA HKBP RESSORT MANYAR

Praeses HKBP Distrik XVII Indonesia Bagian Timur Pdt.P.S.H.Nainggolan mengukuhkan Pdt.Gunawan Panjaitan,STh.MSi menjadi Pendeta Ressort di HKBP Ressort Manyar . Pengukuhan itu dilaksanakan pada acara ibadah Minggu Septuagesima, tanggal 8 Pebruari di HKBP Manyar Surabaya. Ibadah waktu itu dihadiri juga oleh Paduan Suara Masiaminaminan dan Paduan Suara Gloria dari HKBP Surabaya. Pdt.Gunawan Panjaitan sebelumnya melayani di HKBP Surabaya sebagai pendeta pemuda.




Naposo Bulung Memberikan kenangkenangan berupa karikatur Pdt.T.Sitanggang

Menurut Praeses Pdt.P.S.H.Nainggolan mutasi dilakukan dalam rangka penyegaran pelayanan. Pdt.T.Sitanggang.STh, pendeta resort lama sudah melayani di HKBP Manyar selama satu periode (4 tahun) dan beliau dimutasikan ke HKBP Ressort Balikpapan di dalam Distrik yang sama. Praeses meminta supaya dengan mutasi ini para pelayan semakin meningkatkan pelayanan demi pertumbuhan iman jemaat. Biliau juga meminta agar seluruh jemaat dan majelis mendukung pelayanan pendeta resort baru.
Setelah selesai acara pelantikan, Gereja HKBP Ressort Manyar melaksanakan acara pisah sambut pada sore harinya. Pada kesempatan itu semua unsur dalam gereja yaitu jemaat sektor, kelompok kategorial dan majelis menyampaikan ucapan selamat jalan untuk Pdt.T.Sitanggang/ keluarga dan sekaligus menyampaikan ucapan selamat datang dan haparan untuk pendeta resort baru. Acara berlangsung meriah yang berisikan kebaktian , ramah tamah dan sumbangan lagu dan pemberian cendramata untuk mengantar kepergian pendeta yang pindah.
“Mutasi adalah hal yang biasa, tetapi menjadi luar biasa karena mutasi selalu kita percayai panggilan Tuhan untuk memberitakan firmannya sampai ke ujung bumi”. Demikian Praeses dalam arahan pada acara pisah sambut.
Pdt.G.Panjaiatan.MSi