Jumat, 06 Mei 2011

“TAKE OVER”

Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi

Yehezkiel 34:11-19

1. Hidup di negeri yang dilanda perang akan menimbulkan berbagai penderitaan. Di Libia saat ini terutama di kota-kota zona perang, tidak ada yang menjamin bila istrinya pergi belanja ke pasar selamat pulang ke rumah, jangan-jangan pulang sudah jadi mayat kena peluru nyasar. Atau bisa saja anak sehat pergi sekolah dan tidak pulang-pulang karena diculik dsb. Atau tidak perlu jauh jauh, di Indonesia saja: anak tidak pulang-pulang, tidak perduli orang tua, keluarga karena sudah CCO (cuci otak). Semua kejadian yang membuat hubungan manusia rusak, tercerai berai, luka, sakit, membenci adalah sebagai bukti kegagalan manusia membangun ketaat kepada Tuhan dan juga kegagalan para pemimpin bangsa menggembalakan masyarakatnya. Pada zamannya Hesekiel Israel, para pemimpin yang menggembalakan bangsa itu gagal sehingga Allah melakukan “take over” mengambil alih.

2. Tuhan Yesus adalah Kritus, Dia adalah Raja, bukan hanya raja orang Yahudi atau raja Yerusalem. Kristus adalah Raja alam semesta, termasuk Indonesia. Sebagai Raja, Dia memiliki tugas untuk itu melihat bahwa keadilan harus dilakukan di seluruh dunia di setiap detik kehidupan. Dia harus mendengarkan dan menyimak keluhan jutaan orang setiap hari. Para Pembantu RT yang terlantar di Arab, yang disiksa di negri jiran , ABK di Somalia dan orang yang terlantar, miskin dan gelandangan. Tuhan tidak akan membiarkan apabila ada raja di dunia ini yang membuat daerah kekuasaanya menjadi lembah dosa, dengan tidak perduli nyawa manusia, membiarkan negerinya jadi sarang penyamun, rumah koruptor dan markas teroris. Semuanya itu berakibat pada penderitaan umat manusia semakin menganga. Menyikapi pemimpin yang gagal sedemikian, seturut dengan janji Allah, maka kekuasaannya harus di take over, diambil alih: Tuhan Berfirman Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya.. Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat... Aku akan membawa mereka keluar ... mengumpulkan ...membawa ke tanahnya...mengembalakannya .. Aku akan membiarkan mereka berbaring, ...Sungguh, Aku akan menjadi hakim...” (ay 11-17) Allah tidak mau membiarkan ketidak adilan, ketidak benaran, ketidak perdulian, ketimpangan berlangsung lama. Allah akan mengambil alih dan bertindak langsung.

3. Allah ingin kita tidak menunggu orang lain bertindak tetapi kita take over pelayaan karena kita adalah duta Allah, teman sekerjaNya. Kita mencari yang hilang: membawa pulang yang tersesat, membalut yang luka, menguatkan yang sakit serta yang gemuk dan yang kuat akan dilindungi; menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. (Ay 16) Anak Sekolah minggu kita adalah domba yang butuh gembala yang baik: di rumah, di sekolah dan di gereja. Mereka butuh contoh, teladan, karena itu kita tularkan kebaikan dan ketaaan dan takut akan Tuhan--Supaya mereka jadi Pemuda Batak yang bertumbuh dalam Tuhan. Selamat Hari Minggu.


Kamis, 05 Mei 2011

HIDUP DALAM WILAYAH TERANG

Pdt.G.Panjaitan.STh.Msi

1 Yohanes 2 : 11 – 17

1. Tindakan Allah yang menyelamatkan manusia melalui proses kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya telah merubah status orang percaya yaitu menjadi anak-anak Allah. Melalui babtisan kita sudah terhisab pada pengalaman bersama dalam kematian dan kebangkitanNya sehingga kita memperoleh kehidupan yang baru (bd Rom 6:3-6) Kita sudah berada di wilayah terang bukanlagi hidup di wilayah kegelapan. Pokok teologia ini menjadi pusat pemberitaan surat Yohannes. Para pembaca diharapkan supaya memahami status yang baru ini: hidup di dalam terang, sehingga mereka mau mengaplikasi keselamatan itu dengan tindakan-tindakan nyata seperti memelihara kesusilaan dan cinta kasih. Mereka harus berani menolak ajaran guru-guru sesat yang mengajarkan bahwa tidak ada korelasi antara keselamatan dengan moralitas atau keagaamaan ritual saja.

2. Yohanes mendorong jemaat untuk memahami bahwa keselamatan yang kita terima adalah tindakan Allah dimana tidak ada unsur tawar menarar (bargaining) antara kedua pihak yang berdamai. Oleh karena itu hidup di wilayah terang harus menjadi kewajiban kita. Tapi hari ini kita perlu memperhatikan jalan hidup kita apakah sudah berjalan dalam kehidupan di wilayah terang . Untuk itu perlu beberapa ujian:

a. Ujian terhadap ketaatan

Yohanes mengingatkan orang-orang percaya dalam berbagai kelompok usia tentang ketaatan yang sudah mereka miliki, apakah mereka memelihara ketaatan pada Tuhan. Yohanes mengatakan : Aku menulis kepada anak-anak.. telah diampuni, kepada bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, kepada orang muda, karena telah mengalahkan yang jahat. Jemaat harus mencintai ketaatan itu dengan berusaha menjaga, “mangaradoti/memelihara/menyimpan/keep” seperti seseorang yang terus menerus aktif menjaga seperti biji mata. Tentu bukan dengan terpaksa tetapi ada “good will” keinginan baik dan kerelaan hati.

Kita tau betul manusia tidak sanggup menunjukkan ketaatan secara bulat tanpa cela, namun yang terutama apakah ada keinginan terus menerus untuk menuruti perintah Tuhan itu. Kemampuan terus menerus kita dapat apabila kita mengasihiNya. Yesus dalam Yoh 14:15 menyebutkan : "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Kasih itu kekuatan untuk ketaatan.

b. Ujian terhadap tindakan

Secara sederhana dibuat perbandingan untuk menguji tindakan kita: mengasihi berarti di dalam terang, membenci berarti di dalam gelap. Tidak wilayah abu-abu yang samar-samar. Tidak wilayah abu-abu dalam iman Kristen. Tidak ada purapura mengasihi dan pura-pura membenci, tidak ada tempat bagi sandiwara iman, sebab tidak ada pertemuan yang gelap dengan terang. Sebagai anak kita wajib bertindak sesuai dengan aturan main dari orang yang memelihara kita. Allah ingin kita selalu di wilayah terang. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kedekatan dengan Allah dengan cara melakukan kehendaknya. Kedekatan atau Intimitas dengan Allah mendorong kita hidup dalam wilayah terang yang mencintai jalan-jalan Allah.

c. Ujian terhadap Tujuan Hidup

Yohanes mengingatkan akan tujuan hidup kita. Adalah sebuah kehampaan bila hanya dunia ini saja tukuan hidup orang percaya, sebab “dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya” (ay 17). Tentu kita tidak tetap hidup di dunia ini, tatapi cara hidup kita adalah dengan cara hidup sorgawi. Hidup sorgawi ditandai dengan tinggal dalam kasih Bapa. Yesus menyebutnya kita menjadi “terang dan garam” dunia. Hidup didunia ini sebuah perjalanan sampai kita menuju tujuan akhir yaitu hidup selamalamanya.

HIDUP DALAM WILAYAH TERANG

Pdt.G.Panjaitan.STh.Msi

1 Yohanes 2 : 11 – 17

1. Tindakan Allah yang menyelamatkan manusia melalui proses kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitanNya telah merubah status orang percaya yaitu menjadi anak-anak Allah. Melalui babtisan kita sudah terhisab pada pengalaman bersama dalam kematian dan kebangkitanNya sehingga kita memperoleh kehidupan yang baru (bd Rom 6:3-6) Kita sudah berada di wilayah terang bukanlagi hidup di wilayah kegelapan. Pokok teologia ini menjadi pusat pemberitaan surat Yohannes. Para pembaca diharapkan supaya memahami status yang baru ini: hidup di dalam terang, sehingga mereka mau mengaplikasi keselamatan itu dengan tindakan-tindakan nyata seperti memelihara kesusilaan dan cinta kasih. Mereka harus berani menolak ajaran guru-guru sesat yang mengajarkan bahwa tidak ada korelasi antara keselamatan dengan moralitas atau keagaamaan ritual saja.

2. Yohanes mendorong jemaat untuk memahami bahwa keselamatan yang kita terima adalah tindakan Allah dimana tidak ada unsur tawar menarar (bargaining) antara kedua pihak yang berdamai. Oleh karena itu hidup di wilayah terang harus menjadi kewajiban kita. Tapi hari ini kita perlu memperhatikan jalan hidup kita apakah sudah berjalan dalam kehidupan di wilayah terang . Untuk itu perlu beberapa ujian:

a. Ujian terhadap ketaatan

Yohanes mengingatkan orang-orang percaya dalam berbagai kelompok usia tentang ketaatan yang sudah mereka miliki, apakah mereka memelihara ketaatan pada Tuhan. Yohanes mengatakan : Aku menulis kepada anak-anak.. telah diampuni, kepada bapa-bapa, karena kamu telah mengenal Dia, kepada orang muda, karena telah mengalahkan yang jahat. Jemaat harus mencintai ketaatan itu dengan berusaha menjaga, “mangaradoti/memelihara/menyimpan/keep” seperti seseorang yang terus menerus aktif menjaga seperti biji mata. Tentu bukan dengan terpaksa tetapi ada “good will” keinginan baik dan kerelaan hati.

Kita tau betul manusia tidak sanggup menunjukkan ketaatan secara bulat tanpa cela, namun yang terutama apakah ada keinginan terus menerus untuk menuruti perintah Tuhan itu. Kemampuan terus menerus kita dapat apabila kita mengasihiNya. Yesus dalam Yoh 14:15 menyebutkan : "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Kasih itu kekuatan untuk ketaatan.

b. Ujian terhadap tindakan

Secara sederhana dibuat perbandingan untuk menguji tindakan kita: mengasihi berarti di dalam terang, membenci berarti di dalam gelap. Tidak wilayah abu-abu yang samar-samar. Tidak wilayah abu-abu dalam iman Kristen. Tidak ada purapura mengasihi dan pura-pura membenci, tidak ada tempat bagi sandiwara iman, sebab tidak ada pertemuan yang gelap dengan terang. Sebagai anak kita wajib bertindak sesuai dengan aturan main dari orang yang memelihara kita. Allah ingin kita selalu di wilayah terang. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kedekatan dengan Allah dengan cara melakukan kehendaknya. Kedekatan atau Intimitas dengan Allah mendorong kita hidup dalam wilayah terang yang mencintai jalan-jalan Allah.

c. Ujian terhadap Tujuan Hidup

Yohanes mengingatkan akan tujuan hidup kita. Adalah sebuah kehampaan bila hanya dunia ini saja tukuan hidup orang percaya, sebab “dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya” (ay 17). Tentu kita tidak tetap hidup di dunia ini, tatapi cara hidup kita adalah dengan cara hidup sorgawi. Hidup sorgawi ditandai dengan tinggal dalam kasih Bapa. Yesus menyebutnya kita menjadi “terang dan garam” dunia. Hidup didunia ini sebuah perjalanan sampai kita menuju tujuan akhir yaitu hidup selamalamanya.

KRISTEN SUSU?

Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.Msi

1 Korint 3:1-11

1. Berapa banyak dari kita yang ingin bekerja sebagai bagian dari sebuah tim kerja? Berapa banyak dari kita yang lebih suka bekerja sendiri? Dalam Firman Tuhan hari ini Paulus sedang mencoba untuk membangun orang-orang Korintus menjadi sebuah tim kerja (pelayanan). Tujuannya supaya bekerja secara efektif dalam membangun Kerajaan Allah. Jemaat Korintus adalah orang-orang berbakat, bertalaenta dan bukan tipe upahan namun mereka tidak sebagai team work. Beberapa orang mengatakan: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos". Potensi tidak menjadi berkat bagi semua malah menjadi sumber pengkotak-kotakan jemaat. Mereka cenderung berpikir dirinya, pekerjaannya lebih penting dari pada orang lain. Mereka melihat pekerjaan orang lain dengan sepele.

2. Ketidak mampuan membangun team work inilah yang menghasilkan penilaian bawa mereka adalah “kristen susu” Paulus mengatakan : “..kamu ..manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras”. Jubileum 150 Tahun HKBP dengan tipe orang Batak yang dinamis sudah waktunya menjadi Kristen Makanan Kerasa bukan Kristen Susu. Ada beberapahal yang perlu kita bangun bersama supaya Kristen Makanan Keras

a. Kesediaan menjadi bagian dari Tim:

Banyak orang yang menolak menjadi bagian sebuah tim kerja pelayan dengan berbagai alasan: iri hati, ketidak senagan, pernah kecewa, pembiaran, like dislike, dll. “penonton dan juru soraklah dulu saya” katanya. Kita percaya selalu ada yang mau Tuhan pakai untuk kerajaanNya. Sebab hakekatnya setiap orang memiliki potensi. Paulus mengatakan bahwa kita adalah “ Pelayan-pelayan Tuhan..... masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.” (ay 5b)


b. Kesediaan mengakui perbeadan potensi diri.

Sumberdaya individu berbeda, dan tidak pernah cukup karena itulah dibutuhkan team work. Kerja sama timlah yang menghasilkan prestasi yang luar biasa dibanding prestasi yang dikerjakan individu, karena itu perlu pengakuan bahwa potensi diri kita semua berbeda. Bila anda merasa sukses hari ini, ingatlah bahwa keberhasilan itu tidak pernah dihasilkan kekuatan diri anda sendiri tetapi prestasi sebuah tim kerja yang panjang rangkaiannya. Paulus menekankan: " Aku menanam, Apolos menyiram” artinya sesuatu keberhasilan didasarkan pada kerjasama tim.

3. Kesediaan untuk saling mempercayai
Kita butuh waktu dalam membangun sebuah tim kerja yang solid karena dibutuhkan “
trust” - keadaan saling mempercayai. Marilah kita mengerjakan bagian kita dengan baik dan teman kita percaya bahwa teman kita melakukan hal yang sama. Tidak ada superstar dalam tugas pelayanan di Gereja dan pelayanan tidak untuk mencari pujian diri sebab “Allah yang memberi pertumbuhan”. Amin.

HARTA KEKAYAAN

Pdt.G.Panjaitan.STh.MSi

Yakobus 5:1-6

Membicarakan harta kekayaan tetap hal yang menarik karena banyak ceritra perjuangan, jerih payah dan mandi keringan untuk menjadi kaya. Tentu tidak ada salahnya menjadi kaya malah lebih banyak untung dan daya tariknya. Dengan memiliki harta, orang akan menilai kita dengan nilai positif. Misalnya kita dianggap orang sukses, orang yang disiplin, orang yang tidak gampang menyerah, orang yang mampu mengelola kuangan, yang pantas untuk diminta pendapat dan nasehatnya, dll. Kekayaan banyak mendatangkan kemudahan dan penghormatan.

Yakobus bukan membicarakan kekayaan, sebab harta itu pada hakekaatnya adalah baik dan sebagai alat, artefak yang penggunaannya tergantung kepada manusia. Yakobus membahas lebih kepada sikap orang yang hendak menjadi kaya atau sikap orang memperlakukan kekayaan. Yakobus melihat dan mengamati pada zamannya bahwa banyak orang yang menjadi kaya karena melakukan pemerasan, penindasan kepada kaum buru tani di mana mereka tidak diberi upah yang sepantasnya (ay 4). Waktu itu kebanyakan orang Kristen bukanlah sebagai posisi orang kaya tetapi para kaum buruh. Banyak orang yang hidupnya hanya terarah kepada pengumpulan harta walaupun hari penghakian sudah dekat. Yakobus ingin menegur orang kaya yang tidak berkeadilan sekaligus memberikan dukungan moral kepada korban penindasan.

Dalam hal inilah Yaobus memberikan kita makna bawha hidup kita tergantung pada providensi Allah. Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang melakukan penindasan demi uang karena hal itu penyangkalan atas kuasa Tuhan . Ia mengatakan Allah akan menghukum orang-orang seperti itu dan memberitahukan bahwa harta kekayaan bukanlah segalagalanya. Yakobus mengatakan harta itu apapun kualitasnya akan busuk, dimakan ngengat dan berkarat. Harta itu mempunyai batasan. Oleh karena itu Yesus selalu meletakkan harta kekayaan bukan sebagai landasan hidup. Harta harus tunduk kepada keinginan Allah. Yesus menyebutnya dengan: “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.(Mat 6:19-20) Amin