Oleh: Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi
1.Allah yang memanggil kita menjadi umat pilihannya adalah Allah yang memberi hidup. Dialah Allah Penguasa yang satu-satunya, Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan, yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri, manusia tidak dapat melihat Dia. Dialah Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus. Pengenalan kita kepada Allah tidak lagi hanya karena ada unsur tremendum fascinosium. Pengenalan kita akan Allah bukan hanya karena ada ketakutan yang luar biasa atas apa yang terjadi di dunia ini atau karena ada perasaan nikmat, terkesima yang luar biasa. Allah kita itu sudah sangat dengan dengan kita, kita bersahabat dengan Dia sehingga kita dipanggil sebagai “manusia Allah” yaitu orang-orang yang sudah Tuhan kuduskan karena cinta kasih Allah itu sendiri.
2.Pengenalan terhadap Allah yang dekat telah memberikan kita status sebagai “manusia Allah”. Kita adalah manusia yang dipanggil Allah, ditugaskan Allah untuk melaksanakan kehendaknya di dunia ini. Kita adalah manusia Allah dan ini harus kita sadari banya ada yang khusus dalam diri kita diberikan Allah yaitu Roh KudusNya. Paulus mempersuasi dengan dengatakan :” Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16). Sebagai manusia Allah, hidup kita diarahkan pada nilai-nilai yang lebih tinggi dan kekal. Kita diminta menjahui nilai-nilai rendah seperti: materialism (cinta uang), pemuasan nafsu dan hal-hal yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan (ay 9). Manusia Allah orientasi hidupnya diarahka pada: keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.
3.Allah menuntut orang-orang pilihanNya (manusia Allah) terus menerus mengembangkan sikap hidup dengan nilai-nilai yang tinggi itu. Paulus menganalogikannya dengan seorang atlit yang harus terus menerus melatih diri bila ingin meraih posisi terhormat. Ia menulis “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal.” Demikianlah orang pada hal-hal yang rohani. Iman itu perlu melakukan pertandingan tentu sudah terlebih dahulu megalami proses pelatihan. Pertandingan adalah menghadapi hidup yang kadang ada kontrofersi, konflik, penolakan dan agitasi. Dalam keadaan penuh permusuhan pun kita tetap menghidupi : keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Walau pun susah dan menjadi sungkan untuk melakukannya, namun itulah hakekat panggilan kita sebagai manusia Allah. Kita tidak boleh dikalahkan oleh keadaan yang memaksa sebab “Untuk itulah engkau telah dipanggil”. Amin.