Kamis, 12 Februari 2009

JENIS LAHAN MANAKAH AKU ?

Renungan Minggu
Lukas 8:9-15
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Jenis lahan seperti apakah aku? Itulah pertanyaan yang mungkin muncul setelah mendengar perumpamaan Tuhan Yesus ini. Tentu kita lebih senang apabila dipahami orang lain dan kita pahami diri kita sendiri sebagai jenis lahan keempat yaitu tanah yang baik dan yang subur yang sudah diolah (Luk 8:8,15). Kita mungkin tidak senang apabila di cap seperti lahan pertama “pinggir jalan”: yaitu pribadi yang mau mendengar firman Tuhan tetapi ketika dia mengalami ketersinggungan, digosipi atau dipermalukan dia langsung melupakan firman (Luk 8:11-12). Kita juga tidak mau disebut lahan kedua “tanah yang berbatu” yaitu orang yang datang ke gereja dengan bersemangat, antusias dan bersuka cita tetapi imannya tetap dangkal . Dia hanya memahami firman itu sebatas brain dan emosional saja. Dia tidak pernah memaknai kedalaman firman Tuhan dalam hidupnya. Ketika suasana yang membuat senang dan gembira itu berubah dan tidak sesuai dengan pikirannya maka dia melupakan firman itu (Luk 8:6,13). Kita juga tidak mau disebut lahan ketiga “tanah semak duri” yaitu orang yang mendengar firman itu tetapi hidupnya selalu gelisah dan kebingungan. Dia tidak pernah menyerahkan hidupnya secara total untuk dibimbing dan dipelihara oleh Tuhan. Dia kompromistis dengan kenikmatan dunia, plinplan dan kanan kiri oke. (Luk 8:7,14).

Tuhan menginginkan kita seperti lahan tanah yang baik dan yang subur yang sudah diolah yaitu orang yang mendengar firman itu kemudian mengaplikasikannya dalam hidupnya. Dia menghasilkan buah-buah rohani yang dapat dinikmati oleh orang lain. Didalam dirinya firman itu berakar dan itu dia peroleh dari kemampuan mendengar yang baik. Dia mendengar tidak hanya dengan telinga, tetapi juga dengan mata, hati, pikiran, dan tindakan. Pendengar firman Tuhan yang berbahagia adalah orang yang hatinya dapat diubah. Marilah kita menjadi lahan yang baik untuk tempat suburnya firman Tuhan dengan memiliki kerinduan untuk berubah dan dikuasai oleh Tuhan, merelakan hati kita diolah dan “dibajak” oleh Petani Agung, Roh Kudus itu sendiri, memberikan hati kita pada kasih ALLAH dan hidup kita selalu berbuah. Amin

Tidak ada komentar: