Nats: Lukas 15:11-24
1.Yesus memerkenalkan kepribadian Allah yang Mahakasih dengan cara yang sederhana dan gampang dipahami. Allah itu diumpamakan Yesus dengan seorang bapa yang royal memberikan cinta kasihnya. Tentu Tuhan Allah jauh lebih dari pada bapa dalam pemahaman. Dia sebagai provider dalam keluarga yang menyediakan segala kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Pemahaman akan Allah seperti itu adalah tema sentral Injil Lukas. Yesus menggenapi nubuatan Yesaya: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin kepada orang-orang tawanan, bagi orang-orang buta, orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang Cinta kasihnya besar” (4:18-19) Allah yang royal cinta kasih itu sampai-sampai tidak memperdulikan dosa yang sudah diperbuat orang yang dikasihi.
2.Perumpamaan ini memberikan pengajaran tentang kepribadian Allah sebagai Bapa dan si Bungsu sebagai manusia berdosa dan mau bertobat: Allah yang adalah Bapa melakukan berbagai tindakan untuk merealisasikan cinta kasihNya:
a.Bapa yang penuh cinta kasih menyediakan harta warisan untuk anak-anaknya. Harta itu tidak hanya berupa material saja tetapi juga warisan spiritual. Bagi Yahudi anak yang paling sulung mempunyai porsi yang lebih banyak warisan dari yang bungsu. Amsal mencatat “Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya...” (Amsal 13:22). Yahudi juga mewariskan kepada anak-anaknya iman kepada Yahwe (Ul 6:5-7)
b.Bapa yang penuh cintakasih menghargai hak anak-anaknya untuk memutuskan apa yang terbaik baginya. Allah memberikan manusia “kehendak bebas” memilih jalan mana yang harus dilalui. Kita memilih jalan sesat kita akan menerima ganjarannya. Bila si Bungsu kemudian menjual seluruh bagiannya, memboroskan harta miliknya, hidup berfoya-foya sehingga hidupnya menjadi terhina, hal itu bukanlah kesalahan si bapa. Kita tidak boleh menyalahkan Tuhan, dengan mengatakan “kenapa kita dibiarkanNya menyimpang atau kenapa kita diberikan kehendak bebas?”
c.Bapa yang penuh cinta kasih menjadi imam bagi keluarganya. Ketika si bungsu menyadari keberadaannya (ay 17) dan mempunyai keberanian untuk berbalik dari jalan yang sesat, si bapa bertindak sebagai imam. Dia bersyukur atas pertobatan itu dan dia masih tetap mencintai anaknya. Bapa bertindak seperti seorang imam menuntun anaknya menuju pemulihan physical dan kerohaniannya. Tindakan bapa yang sangat lembut tergambar dari: melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan, berlari mendapatkan, merangkul dan mencium dia. Bersedia berdialog, dan memulihkan statusnya sebagai anak.
d.Bapa yang penuh cinta kasih tidak menghakimi, menghukum dan menyalahkan anaknya tetapi mengampuni dan memberikan peluang untuk memperoleh kehidupan. Dia bersyukur karena anaknya yang sesat itu kembali, dia menghormati sikap anaknya yang bertobat itu dengan merayakannya.
3.Ada proses yang dijalani si Bungsu yang perlu kita pahami untuk menuju kepada pertobatan:
a.Menyadari keadaannya.
Setelah melangkah sangat jauh meninggalkan bapanya, dia menyadari akibatnya terhadap physicalnya: dia lapar, haus, ceper, kehilangan teman/lonely dan harga diri. Ini adalah resiko karena jauh dari rumah bapanya.
b.Membuat ketetapan hati untuk menyelesaikan permasalahannya. Dia berketetapan untuk bangkit menjumpai bapaknya, menyatakan penyeasalan dan bersedia untuk berbalik ke jalan yang benar.
c.Sungguh-sungguh bertobat lebih dari sekedar mengucapkan kata “mohon maaf”: Tepai dia membiarkan dirinya menjadi manusia baru (2 Kor 5;17) dan mengarahkan pikirannya kepada persekutuan dengan Tuhan (Kol 3:2). Si Bungsu ingin tinggal di rumah bapanya, di sana ada perasaan “at home”, mengalami rekonsiliasi dan re-clothing sebagai penyatan pemuliuhan seutuhnya. Ephipanias: Allah Bapa adalah Tuhan yang penuh cinta kasih dan provider: menyediakan nafkah kehidupan bagi orang mau bertobat. Mau ? Mau? Mau?