Senin, 26 Januari 2009

BILEAM: NABI YANG DITEGUR

Pdt.G.Panjaitan.MSi
Nats: Bilangan 22:21-35
Ada satu perasaan yang sulit kita sembunyikan yaitu perasaan tidak enak apabila ditegur. Walaupun teguran itu biasanya terjadi akibat kesalahan kita sendiri, dan demi kebaikan kita juga, tetapi tetap saja teguran seringkali meninggalkan perasaan tidak nyaman. Misalnya kita ditegur karena selera makan yang berlebih, atau ditegur karena cinta buta pada seseorang, atau ditegur karena terlalu optimis pada cara yang ditempuh. Sekalipun teguran itu dari orang-orang dekat kita tetapi tetap saja menimbulkan perasaan tidak enak. Hal ini masih teguran dari sesama manusia. Bagaimana jika yang menegur bukan manusia, tetapi keledai? Apa rasanya? Sulit kita merasakannya. Mari kita tanya pada Bileam yang mengalami peristiwa yang bagi kita mungkin terasa sangat memalukan.

Pada saat itu Raja Balak mengirim beberapa utusannya menemui Bileam, dengan tujuan menyuruh Bileam mengutuk bangsa Israel. Ketika hal itu disampaikan pada Bileam, Bileam pun meminta waktu untuk bertanya pada Tuhan. Apa kata Tuhan? "Janganlah engkau pergi bersama-sama dengan mereka, janganlah engkau mengutuk bangsa itu, sebab mereka telah diberkati." (Bilangan 22:12). Ini adalah sebuah larangan, dan Bileam pun taat. Tapi kemudian penolakan Bileam disikapi Balak dengan kembali mengutus orang-orang yang lebih banyak dan lebih terhormat, ditambah upah yang jauh lebih besar. Dan Bileam pun awalnya kembali menolak, tapi lihat ini, Bileam kembali mempertanyakan hal yang sama pada Tuhan. (Bilangan 22:15) Meskipun keputusan bertanya pada Tuhan merupakan sebuah bentuk ketaatan, namun ketaatannya tidak penuh. Jika ia taat penuh, seharusnya Bileam tidak perlu bertanya lagi karena sejak awal Tuhan telah menyatakan tidak. Tapi Bileam kembali bertanya dan berharap Tuhan berubah pendirian. Bileam tergiur dengan upah yang besar.
Tuhan tahu isi hati Bileam dan kemudian terpaksa menguji kesetiaannya. Tuhan mengijinkan dia pergi dengan catatan hanya diijinkan untuk melakukan apa yang difirmankan Tuhan. Dan keberangkatan Bileam pun membuat Tuhan marah. Ketika manusia tidak lagi mendengar perintah Tuhan lewat perkataan halus, Tuhan pun memakai sarana lain. Dalam kasus Bileam, Tuhan memakai keledainya! Keledai Bileam melihat Malaikat dan hal tersebut mengganggu kelancaran perjalanan, sehingga Bileam pun kesal lalu memukuli keledainya. Dan selanjutnya keledai itu pun berbicara menegur Bileam, yang kemudian disusul dengan penampakan Malaikat. Semua itu, membuat Bileam sadar bahwa apa yang dia lakukan adalah salah. Dan untunglah, Bileam segera menyesali kesalahannya dan berubah menjadi taat sepenuhnya. Betapa ironisnya, seekor keledai saja mampu melihat, tapi manusia tidak. Apa yang dapat kita pelajari dari kasus Bileam ini?
1. Bila Allah telah memanggil kita untuk satu tugas tertentu kita hendaknya taat penuh, tekat bulat. Allah ingin para hambanya mempunyai motivasi yang benar dan tidak bercabang. Bila motivasi pelayanan di dasarkan pada perolehan upah, maka penglihatan bamba itu akan tumpul dan akan lebih tajam penglihatan keledai melihat kehadiran Tuhan. Memang mempunyai kekuatan luar biasa. Uang dapat membutakan mata kita untuk melihat kehadiran Tuhan, tetapi uang juga memang bisa menjadi “membuat hati senang, dan mata berbingar”. Pelayanan yang hanya didasarkan pada upah akan dihalangi Tuhan perjalannya. Bileam mempunyai motivasi yang salah dihadang malaikat Tuhan di tengah jalan.
2. Bila Tuhan telah menghadang perjalanan kita – Jangan lagi kita berusaha mencari jalan yang lain. Bileam berusaha mengatasi ketidak tahuannya dengan memukuli keledainya yang menyingkir dari hadangan malaikat Tuhan. Bileam mencari jalan lain dengan menyalahkan pihak lain. Cara paling klasik yang diperbuat manusia bila ada tantangan hidup menghadang.
3. Bila kita telah menyadari kesalahan kita mari kita berbalik arah. Bileam yang ditergur Tuhan melalui Keledai yang berbicara telah membuat dia sadar akan kesalahannya. Penyesalan akan kesalahan itu dia tujukkan dengan “sujud, rendah hati menyatakankita sudah salah (ay 33), meminta pengeampunan dosa atas kesalahan kita itu (ay 34), dan bertobat merubah isi apa yang kita pikirkan dan kerjakan seturu dengan deinginan Tuhan dalam perjalanan selanjutnya. Amin

Tidak ada komentar: