Amsal 3:1-6
Oleh: Pdt.Gunawan Panjaitan.Msi
Apabila kita ditanya secara pribadi: Apakah anda percaya kepada Tuhan dengan segenap hati? Tanpa ragu sudah pasti jawabannya ”ya saya percaya dengan segenap hati”. Tetapi harus kita sadari, bahwa percaya pada Tuhan bukanlah hal sederhana. Ketika kita menghadapi jalan hidup penuh cobaan, pergumulan berat, bahaya yang mengancam, perasaan tertekan, kehilangan orang yang dicintai, jalan hidup menjadi gelap dan berat misalnya perasaan orang tua yang kehilangan anak, ibu yang mrnjadi janda dll. Tuhan menginginkan kita tetap percaya sekalipun jalan hidup sangat susah dan sulit dipahami.
Percaya kepada Tuhan dengan segenap hati adalah sebuah mata pelajaran yang harus dilatih untuk menghayatinya. Amsal ini berisikan nasehat orang tua kepada anak. Orang tua sumber nasehat karena sudah belajar dan mengalami banyak hal dalam hidup. Hidup yang dapat bertahan di tengah dunia ini adalah yang menaruh kepercayaan kepada Tuhan. Ada 4 hal yang kita pelajari dari sikap percaya kepada Tuhan:
Menerima bahwa semuanya tidak dapat kita mengerti.
Ketika pendetitaan melanda kehidupan kita, kita akan bertanya: kenapa bisa terjadi ini Tuhan? Kenapa kau biarkan ini menghantam kehidupan saya?. Kenapa orang yang baik dan jujur mengalami cobaan seberat ini? Dimanakah kuasa dan keadilan Tuhan? Semuanya adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Tindakan Tuhan banyak yang kita tidak mengerti. Kesadaran ini perlu dimiliki orang pecaya bahwa tidak semuanya dapat kita mengerti arti kejadian dalam hidup ini. Dalam Yesaya 55:8-9 Tuhan berfirman: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku.... Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”
Berpeganglah pada iman kepercayaanmu.
Sekalipun perjalanan hidup tidak semuanya kita mengerti, cobaan tidak akan henti-henti menerjang tetapi kita harus mempunyai ”sauh / jangkar” untuk menjaga dan memegang hidup kita. Sauh / jangkar itu adalah iman dan pengharapan kita (Ibr 6: 19). Kita juga membutuhkan satu kompas untuk mengarahkan perjalanan kita dan batu penjuru yang menjadi landasan dan pimpinan membangun kehidupan kita. (Efesus 2:20) Yesus memberikan perumpamaan tentang orang yang mempunyai sauh dalam hidupnya dalam Matius 7:24-27
Syukurilah perjalanan hidupmu.
Setiap orang adalah unik (mempunyai kehususan sendiri) dan perjalanan hidupnya berbeda dengan orang lain. Keunikan adalah berkat Tuhan dan oleh karena itu kita harus menikmati jalan hidup kita sendiri tanpa menyesalinya ketika tidak sama dengan jalan hidup orang lain disekitar kita (unang ho sai mangapian). Dalam keunikan itu, setiap orang perlu menghayati nasehat ”Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Yesus adalah jalan dan kehidupan di dalam dia kita akan mensyukuru apapun gambaran dan warna perjalanan hidup kita.
Percaya bahwa Tuhan akan menolong kita melampaui perjalanan hidup.
Perjalanan hidup tidak ada yang bebas dari permasalahan siapa pun orangnya: Baik para rasul, para nabi, para imam dan semua orang percaya. Tuhan hanya menjanjikan bahka kita akan Dia sertai dan tolong ketika menghadapi perjalanan hidup yang berat. Palus sebagai rasul mengingatkan kita akan hal itu berdasarkan pengalamannya: ”Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.(2 Korin 1:3-4). Pertolongan Allah memampukan kita menjadi penolong bagi orang lain.
Jalan hidup penuh warna ada kebahagiaan dan ada duka cita. Perjalanan hidup bagi setiap orang berbeda dan itulah keadilan Tuhan. Perjalanan hidup dapat kita lalui apabila kita percaya kepada Tuhan dengan segenap hati. Amin.
gp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar