Yohanes 10:38-42
1.Kepercayaan adalah menjadi modal sosial yang sangat berharga. Kepercayaan dapat menjadi pengikat antar anggota masyarakat yang bekerja sama membangun sebuah cita-cita. Kepercayaan berkorelasi dengan tindakan atau perbuatan Semakin sesuai pekerjaan dengan perkataan maka kepercayaan akan semakin tingi. Ketika Yesus melayani di dunia ini, Dia memanfaatkan kekuatan perkataanNya dan perbuatanNya. Ia megajar dengan penuh wibawa dan kuas, kata-katanya menghibur, menggerakkan hati dan memulihkan pemahaman. Lukas mencatat tanggapan orang terhadap Yesus: “Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa” (Luk 4:36). Yesus juga melayani dengan tindakan nyata, dia mengulurkan tangan, melangkahkan kaki, Dia hidup bersama dengan umat, merasakan apa yang dirasakan orang yang menderita. Perasaannya selalu tergerak oleh belas kasihan ketika melihat penderitaan manusia sehingga banyak mukjizat dihadirkanNya. Berbagai pengajaran, pendampingan, pemberdayaan dan mukjizat Yesus bermaksud menyatakan identitas-Nya sebagai Putra Allah, Juru Selamat, Mesia yang telah datang untuk memberi hidup-Nya demi menebus dosa dunia. Yesus mengatakan “pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku”(Yoh 10:25).
2. Namun, orang-orang yang telah melihat berbagai mukjizat Yesus tidak mau percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Mereka siap membunuh Yesus karena mengaku bahwa Dialah Allah (Yoh 10: 30,31). “Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka” ( Yoh 10:39). Yesus berkata kepada mereka, “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan [mukjizat-mukjizat] itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (ayat 37,38). Ternyata sangat susah membangun kepercayaan sekalipun mereka sudah melihat bukti yang kasat mata. Mungkinkah orang banyak menduga bahwa Yesus hanya melakukan tipuan dengan mukjizatNya itu, atau hanya sebuah sihir?
3.Sekalipun Yesus mengalami penolakan, namun dia luput dari tangan penjahat. Ada kemampuan pada Yesus untuk menghindar supaya tidak tertangkap dan disentuh tangan-tangan jahat. Yesus tidak membiarkan dirinya diperlakukan semena-mena. Bila pada suatu ketika Yesus ditangkap, semuanya itu adalah atas kehendakNya untuk penbusan dosa manusia Dia tidak menghadapi penolakan dengan kekerasan, tetapi Yesus melakukan “retreat”: Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ.(ay 39). Semua tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah lepas kontrol, bertindak emosional, dia perduli keamanan dan keselamatan. Yesus pergi ke tempat awal memulai pelayanan, tempat dimana Allah menyatakan kepadaNya “inilah Anak yang aku kasihi, kepadanyalah Aku berkenan”. Meghadapi penolakan, tantangankehidupan dapat kita lakukan dengan melakukan “jiarah pengenalan diri” merenungkan kembali tujuan kehidupan kita dan kesiapaan kita.
4.Yesus teladan bagi kita ketika mengalami penolakan. Perbuatan baik, perkataan yang baik tidak otomatis membuat kita menjadi diterima semua orang. Penolakan hendaknya tidak membuat kita berhenti melakukan hal yang baik. Hati kita disiapkan oleh Tuhan menerima simpati dan penolakan. Kita dapat merobah arah dan tempat pelayanan bila ada penolakan disatu tempat. Kita bisa menyingkir untuk mempertahankan perbuatan baik itu. Kita percaya Allah melindungi kita sehingga kita mengalami seperti yang dialami Yesus: Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.” “Jesus is the untouchable” dan orang-orang percaya juga demikian. Tangan Tuhan lebih kuat, lebih panjang, lebih besar menjangkau kita dari tangan-tangan orang yang mau mencelakai kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar