Selasa, 24 Maret 2009

Allah Tempat Perlindungan

Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi

Mazmur 43:1-5

1.Allah memberikan kepada manusia kemampuan untuk menghibur diri sendiri atau kemampuan untuk menyelesaikan masalah sendiri. Kemampuan itu dapat aktif dipergukanakan apabila hidup sehari-hari mempunyai hubungan baik dengan Tuhan. Biasanya, seseorang yang menghadapi permalasahan hidup diibaratkan seperti meghadapi sebuah tembok yang menghalagi perjalanan. Dia akan merasakan betapa sempitnya dunia ini dan berpikir tidak adalagi alternatif jalan keluar. Pemazmur meggambarkan perasaan demikian ketika dia berperkara dengan kaum yang tidak saleh, penipu dan orang curang. Dia merasa para musuh ini sudah berhasil menyudutkan dirinya dan menghadapkannya ke tembok sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Tetapi keadaan itu tidak dihadapi dengan keputus asaan, tetapi mengasah kemampuan diri yang diberikan Tuhan untuk menghadapi masalah. Dalam perenungan diri sendiri dia bertanya kepada dirinya: Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?


2.Pemazmur menunjukkan kemandirian hidup. Dia dapat keluar dari lingkaran kemelut dengan cara mengarahkan diri kepada Tuhan. Perkabungan tidak menutupi imannya atau mematikan harapannya. Dia berseru kepada Tuhan dan berbicara kepada diri sendiri dengan mengatakan “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Pemazmur melihat betapa banyak lagi jalan untuk berhasil dan betapa terbukanya peluang bersama Tuhan. Pengalaman pemazmur ini melahirkan pengakuan iman akan:
a. Allah sebagai Advokad di mana kita adalah kliennya. Allah melakukan pembelaan dalam perkara kita sehingga kita menang terhadap kamum penipu yang tidak saleh. Iman seperti ini mendorong kita untuk menguasai emosi sehingga tidak melakukan pembalasan terhadap kejahatan. Paulus mengatakan “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan” (Roma 12 :19)

b.Allah tempat Pengungsian (tempat suaka) di mana kita mendapat perlindungan dan jaminan keamanan. Kita terhindar dari tempat yang menekan dan mengancam kehidupan kita.

c.Allah menyediakan tujuan akhir hidup kita yaitu diam di rumah Tuhan di mana ada persekutuan, pujian dan sukacita yang abadi (Maz 23:6).

3.Pengalaman iman pemazmur ini menjadi penghiburan bagi setiap pribadi yang mengalami permasalahan hidup. Permasalahan hidup itu tidak dapat dihindarkan namun harus dihadapi bersama Tuhan. Kita mengarahkan diri kepada Tuhan ketika kemelut menghadang dan doa adalah memohon kepada Allah agar Dia segera membela kta dalam permasalahan kita. Judika Amin.

Menghadapi Penolakan

Pdt.G.Panjaitan.STh.MSi

Yohanes 10:38-42

1.Kepercayaan adalah menjadi modal sosial yang sangat berharga. Kepercayaan dapat menjadi pengikat antar anggota masyarakat yang bekerja sama membangun sebuah cita-cita. Kepercayaan berkorelasi dengan tindakan atau perbuatan Semakin sesuai pekerjaan dengan perkataan maka kepercayaan akan semakin tingi. Ketika Yesus melayani di dunia ini, Dia memanfaatkan kekuatan perkataanNya dan perbuatanNya. Ia megajar dengan penuh wibawa dan kuas, kata-katanya menghibur, menggerakkan hati dan memulihkan pemahaman. Lukas mencatat tanggapan orang terhadap Yesus: “Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa” (Luk 4:36). Yesus juga melayani dengan tindakan nyata, dia mengulurkan tangan, melangkahkan kaki, Dia hidup bersama dengan umat, merasakan apa yang dirasakan orang yang menderita. Perasaannya selalu tergerak oleh belas kasihan ketika melihat penderitaan manusia sehingga banyak mukjizat dihadirkanNya. Berbagai pengajaran, pendampingan, pemberdayaan dan mukjizat Yesus bermaksud menyatakan identitas-Nya sebagai Putra Allah, Juru Selamat, Mesia yang telah datang untuk memberi hidup-Nya demi menebus dosa dunia. Yesus mengatakan “pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku”(Yoh 10:25).


2. Namun, orang-orang yang telah melihat berbagai mukjizat Yesus tidak mau percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Mereka siap membunuh Yesus karena mengaku bahwa Dialah Allah (Yoh 10: 30,31). “Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka” ( Yoh 10:39). Yesus berkata kepada mereka, “Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan [mukjizat-mukjizat] itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa” (ayat 37,38). Ternyata sangat susah membangun kepercayaan sekalipun mereka sudah melihat bukti yang kasat mata. Mungkinkah orang banyak menduga bahwa Yesus hanya melakukan tipuan dengan mukjizatNya itu, atau hanya sebuah sihir?

3.Sekalipun Yesus mengalami penolakan, namun dia luput dari tangan penjahat. Ada kemampuan pada Yesus untuk menghindar supaya tidak tertangkap dan disentuh tangan-tangan jahat. Yesus tidak membiarkan dirinya diperlakukan semena-mena. Bila pada suatu ketika Yesus ditangkap, semuanya itu adalah atas kehendakNya untuk penbusan dosa manusia Dia tidak menghadapi penolakan dengan kekerasan, tetapi Yesus melakukan “retreat”: Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ.(ay 39). Semua tindakan ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah lepas kontrol, bertindak emosional, dia perduli keamanan dan keselamatan. Yesus pergi ke tempat awal memulai pelayanan, tempat dimana Allah menyatakan kepadaNya “inilah Anak yang aku kasihi, kepadanyalah Aku berkenan”. Meghadapi penolakan, tantangankehidupan dapat kita lakukan dengan melakukan “jiarah pengenalan diri” merenungkan kembali tujuan kehidupan kita dan kesiapaan kita.

4.Yesus teladan bagi kita ketika mengalami penolakan. Perbuatan baik, perkataan yang baik tidak otomatis membuat kita menjadi diterima semua orang. Penolakan hendaknya tidak membuat kita berhenti melakukan hal yang baik. Hati kita disiapkan oleh Tuhan menerima simpati dan penolakan. Kita dapat merobah arah dan tempat pelayanan bila ada penolakan disatu tempat. Kita bisa menyingkir untuk mempertahankan perbuatan baik itu. Kita percaya Allah melindungi kita sehingga kita mengalami seperti yang dialami Yesus: Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.” “Jesus is the untouchable” dan orang-orang percaya juga demikian. Tangan Tuhan lebih kuat, lebih panjang, lebih besar menjangkau kita dari tangan-tangan orang yang mau mencelakai kita. Amin.

Selasa, 17 Maret 2009

MENGARAHKAN DIRI PADA PANGGILAN SORGAWI

Pdt.G.Panjaitan.STh.MSi

Filipi 3:13-16
1. Kita tidak mempunyai kuasa untuk merobah masa lalu, masa lalu biarlah berlalu. Hidup manusia sekarang ini memang hasil dari proses panjang masa lalu, tetapi janganlah kehidupan ini terus membawa beban masa lalu. Ada hal-hal yang dapat ditanggalkan dan ditinggalkan. Paulus menyikapi masa lalunya dengan berpikiran bahwa jauh lebih besar hari-hari yang akan datang dari pada masa lalu. Paulus mengatakan “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku .Paulus mempunyai masa lalu sebagai “penentang yang kerasa Yesus Kristus”. Masa lalunya adalah orang yang “memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, menyiksa, memaksanya untuk menyangkal imannya, mengejar" (Kis 26:10-11). Berdasarkan masalalunya, Paulus sangat terbuka untuk dicurigai akan kesetiaannya sebagi orang Kristen. Namun dia menganggap masalalu itu “skubala” (ampas) yang tidak layak untuk diperhatikan dan dibicarakan kembali. Dia sangat komit untuk melupakan kesalahan masalalu. Sama seperti Paulus, setiap kita mungkin mempunyai masa lalu yang bisa saja memalukan dan mengecewakan orang-orang yang kita cintai: suami, istri, anak-anak atau diri kita sendiri. Firman Tuhan hari ini memerintahkan kita untuk menghentikan beban masa lalu dan Tuhan menginginkan kita mengarahkan hidup kita kepada masa depan masa yang penuh rahmat Tuhan.



2. Tuhan menginginkan supaya kita tidak menaruh dendam dalam hati. Mungkin kita pernah diperlakukan tidak adil, dihina, dipermalukan oleh orang lain. Secara natural kita selalu terdorong untuk membalasnya. Tuhan menginginkan kita untuk mengarahkan pandangan terhadap Tuhan (okuli). Semua masalalu jangan sampai memperlambat perlombaan kita meraih hadiah panggilan sorgawi. Palus dalam ungkapan yang berbeda menganjurkan hal itu dengan dengan mengatakan “ Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikia” (Kol 3:13) Paulus menyebutkan cara berpikir demikian adalah cara berpikir yang sempurna dan cara pandang yang selalu terarah kepada panggilan sorgawi. Amin

Rabu, 04 Maret 2009

PESTA KEBANGUNAN ROHANI SEKOLAH MINGGU HKBP MANYAR

Pdt.G.Panjaitan.STH.MSi

Sekolah Minggu adalah angota jemaat yang harus dilayani dengan baik sebagai anggota kerajaan Allah. Mereka membutuhkan kasih sayang yang tapak melalui pemberian fasilitas, perhatian, dan pengajaran yang baik tentang firman Tuhan. Sekolah minggu ini nantinya yang menjadi para pengurus gereja kaum ibu dan kaum bapak dan pewaris gereja HKBP. Hal itu disampaikan Pendeta HKBP Ressort Manyar Pdt.Gunawan Panjaitan STh,MSi , dalam khotbahnya pada Acara Kebangunan Rohani atau Parheheoan Sekolah Minggu HKBP Manyar , Minggu (1/3) di Gereja HKBP Manyar.
Kebangkitan rohani ini diharapkan menjadi momen untuk meningkatkan pelayanan sekolah minggu di HKBP Manyar . Tugas itu tidaklah diserahkan hanya kepada Guru Sekolah Minggu, para pemuda yang kebetulan Kuliah diberbagai Universitas di sekitar Gereja tetapi harus diembankan kepada semua anggota jemaat sebagai bentuk pembangunan tubuh Kristus. Dengan demikian HKBP dalam menjalankan tugasnya akan menjadi berkat bagi anak-anak .






Para Sekolah Minggu dengan ceriah manortor bersama dengan gerakan yang lincah. Orang tua memberikan "olopolop" untuk menunjukkan cinta kasihnya kepada Sekolah Minggu.



Dengan Tenangnya Para pemenang Lomba Mewarnai menunjukkan karyanya dan menerima hadiah. Dari Kanan pemenang terbaik pertama dst.



Pemenang Lomba menggambar menerima Piala dan hadiah yang disediakan Panitia

Pesta parheheon Sekolah minggu ini berlangsung dua hari yaitu tanggal 28 Pebruari 2009 dengan acara perlombaan mewarnai, menggambar dan pentas pujian SKM Manyar. Acara berlangsung meriah yang dihadiri para orang tua anak. Hari Kedua berisikan ibadah bersama dengan orang tua pada Minggu Siang dan pesta pengumpulan dana untuk kebutuhan sekolah minggu serta makan bersama.
Acara itu berthema “mengasihi sesama” ( Matius 22:39) yang diwujudkan dalam lukisan, gambar dan nyanyian. Kelompok Kategorial Kaum Bapak, Ibu dan NHKBP ikut memeriahkan dengan "manortor" dan memberikan sumbangan dana untuk pembinaan Sekolah Minggu. Di penghujung acara panitia pesta menyerahan hadiah bagi pemenang untuk setiap lomba serta kenangkenangan untuk semua anak sekolah minggu.

"Sekolah minggu dahulu adalah kita orang tua sekarang dan sekolah minggu sekarang adalah anak-anak kita saat ini, mari kita cintai mereka dan kita pandu dalam pertumbuhan jasmani dan rohaninya". demikian Pendeta Ressort Manyar mengakhiri ucapan terimakasihnya atas partisipasi semua anggota jemaat.




MENGUCAP SYUKUR ATAS HIKMAT ALLAH

Ayub 28:20-28

Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi

Hikmat berbeda dengan intelektual. Intelektual adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang karena ada proses belajar dan meneliti berbagai ilmu pengetahuan. Sedangkan hikmat adalah kemampuan manusia untuk mencari yang benar, yang tepat dan paling akhir. Hikmat juga adalah kemampuan untuk memisahkan yang baik dari yang tidak baik yang didasaran pada pemahaman dan ilmu pengetahuan, sehingga dapat dinyatakan dalam tindakan. Hikmat dipercaya pemberian Tuhan. Banyak orang dalam sejarah yang disebut cerdasa dan intelek teapi tidak berhikmat, misalnya Pontius Pilatus yang megadili Yesus, atau Adolf Hitler pemimpin Nazi atau Saddam Husein pemimpin Irak. Mereka cerdas tetapi tidak berhikmat, karena menurut standarnya orang berhikmat adalah seperti dalam Ayub 28:20 “takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."


Hilmat itu berasal dari Allah, dan untuk mendapatkannya kita hendaknya bersahabat dengan Allah melalui firmanNya. Hikmat tidak dapat diperoleh dengan kekayaan material dan harta benda (Ayub 28:15-19), Hikmat juga tidak datang dari roh – roh lain (ay 23). Ayub mengetahui apa yang sudah terjadi dalam hidupnya hanya dapat dimengerti oleh hikmat yang dari Allah sehingga tidak ada alasan untuk menggurui Allah atau menyalahkan atas tindakanNya. Ayub mengatakan : Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian (Ayub 12:13). Dalam 1 Raja 4:29 kita juga menemukan bahwa “Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut”. Bila hikmat berasal dari Allah, maka apakah yang perlu kita nyatakan dalam kehidupan kita sehari-hari?

Ayub menyatakan bahwa “Takut akan Tuhan “ itulah cirri-ciri dari orang yang berhikmat. Pernyataan seperti ini tidak hanya diungkapkan Ayub, tetapi Mazmur dan Amsal (Maz 111:10; Amsal 1:7). Bila kita ingin berhikmat kita harus takut pada Allah. Kita takut karena Allah akan menghukum orang berdosa. Bila kita masih takut akan hukuman Allah maka kita akan terdorong, bersemangat untuk mentaati pertintahNya. Kita akan lebih hati-hati dalam melangkah, mengambil keputusan dan mengucapkan sesuatu. Takut itu bukan menjauhkan diri tetapi membuat kita menghormati dan melakukan apa yang diperintahkan Allah.

Dalam Amsal 31:26 kita temukan bagaimana perempuan berhikmat : “Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya.” Perempuan berhikmat pertama sekali diukur dari apa yang diucapkannya. Ada kata-kata bijak berbunyi ”jika tidak bisa berkata sesuatu yang baik, jangan berkata apapun”. Perempuan berhikmat itu hendaklah berbicara tetapi , bukanlah berarti bawel dan cerewet sepanjang hari. Juga bukan berarti harus menang bicara dalam dalam setiap perdebatan. Sifat manusia adalah sering sulit untuk mengalah kalau merasa diri kita benar. Kita selalu berusaha membuktikan bahwa kita benar malahan kita berlaku salah- sikap yang salah, perkataan yang salah, pikiran yang salah, motivasi yang salah dan karakter yang salah, ketika mempertahankan kebenran kita. Wanita amsal 31:26 tidaklah demikian. Itulah mengapa perkataannya lembut, bijaksana dan penuh rasa simpati. Ia tahu kata-katanya adalah suatu hadiah—untuk memberikan nasehat dan arahan. Ia tahu ada waktunya untuk diam dan ada waktunya untuk berbicara. (Pengkotbah 3:7) Ia tahu kebijaksanaan untuk cepat mendengar dan lambat berkata-kata. (Yakobus 1:19). Ia menjadikan perkataannya mata air kehidupan. (Amsal 10:1). Marilah kita mengambil waktu untuk kehidupan rohani kita supaya semakin berhikmat. Kita menyuskuri Himat Allah yang diberikan kepada kita karena hikmat yang dari Allah melampaui kemampuan intelektual kita. Kita menjaga nyala hikmat itu dengan persekutuan, pujian dan ucapan syukur kepada Allah.
Amin.


MELAYANI TUHAN ATAU DIRI SENDIRI?

Yunus 4:1-11

Oleh: Pdt.Gunawan Panjaitan.STh

Perbedaan antara melayani Tuhan dan melayani diri sendiri sangatlah tipis. Kita bisa saja memakai alasan melayani Tuhan, tetapi sebenarnya kita tengah melayani kepentingan dan kepuasan diri sendiri. Salah satu cara untuk menguji hal tersebut adalah dengan melihat respons yang kita berikan tatkala pelayanan kita tidak dihargai oleh orang lain, atau tatkala pendapat dan keinginan kita dalam pelayanan tidak diterima. Apabila respons kita adalah marah, bahkan sampai mengundurkan diri dari pelayanan, itu berarti kita tidak sedang melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri.

Yunus adalah Nabi yang marah tatkala melihat bahwa apa yang Tuhan lakukan ternyata tidak sesuai dengan keinginan dirinya (ayat 1). Yunus kecewa ketika Tuhan mau mengampuni Niniwe, musuh besar bangsa Israel ketika itu. Yunus sedih setelah berhasil menjadi hamba yang melakukan pertobatan besar. Dia dipenuhi kemarahan yang tidak dapat hilang. Akan tetapi, Tuhan tidak membiarkan Yunus terus menerus larut dalam kemarahannya.


Muatan kisah dalam kitab Yunus ini memberikan pengajaran tentang bahwa Allah untuk semua bangsa, dia tidak terikat oleh apapapun dan tidak terbelenggu oleh sebuah pemikiran manusia yang sempit. Allah berkuasa mutlak atas ciptaanya dan mahapenyayang serta mahapengampun.

Suasana hati Yunus digambarkan dengan sebutan “Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus… “ Kata mengesalkan di sini berarti “melihat sebagai kejahatan”. Yunus sebenarnya memandang penyelamatan Allah terhadap Niniwe adalah salah! “… lalu marahlah ia.” Kata marah berarti “membakar”. Allah dengan penuh kasih telah reda dari murka-Nya, tetapi kemarahan Yunus kepada Allah menjadi tak terbendung. Mengapa dia marah ? Karena penghakiman telah dihapuskan, dan itu adalah penghakiman yang Yunus begitu ingin saksikan terjadi! Yunus telah melakukan apa yang Allah ingin dia lakukan – untuk pergi dan memberitakan – tetapi Allah tidak melakukan apa yang Yunus inginkan – untuk menghancurkan Niniwe. Yunus begitu marah pada Allah karena memberikan belas kasihan dan dia merasa dikhianati karena Dia telah mengampuni Niniwe yang dibenci. Dalam doanya, Yusnus membela dirinya bahwa dialah yang benar. Pembrontakannya dulu melarikan diri dari panggila Tuhan adalah satu usaha untuk tidak terlibat pada tindakan Allah yang tidak konsisten. Yunus menyesali kenyataan bahwa Allah adalah : pengasih, penyayang, penyabar, berlimpah kasih setia dan yang menyesal karena malapetaka. Yunus begitu pahit hati dan marah pada Allah sehingga dia hanya ingin mati, Dia menolak untuk menerima kehendak Allah karena kebencian dirinya kepada orang Niniwe. Kehendak pribadinya mencengkeram pikirannya begitu kuat.

Allah menantang Yunus dengan mengatakan : "Layakkah engkau marah?" Allah tidak akan membiarkan persoalan ini tidak terselesaikan, jadi Dia menantang Yunus tentang kemarahannya . Yunus dalam kemarahnnya hanya peduli pada dirinya sendiri. Dia kemudian membuat sebuah naungan dimana dia dapat duduk dan melihat kota. Keegoisannya yang menyedihkan itu telah membuatnya menjadi orang yang tertutup dan pahit hati dan tanpa perubahan hati. Ia mendririkan sebuah pohon jarak. Pohon ini tumbuhan yang tumbuh dengan cepat dengan daun yang lebar. Pertumbuhan pohon itu mengakibatkan untuk pertama kalinya dalam keseluruhan kisah, Yunus “sangat bersukacita”. Tetapi ini hanya karena dia mendapat keuntungan dari pohon tersebut.
Dalam suasana hati yang bersuka cita Allah menunjukkan dua karakteristik yang berlawanan dari sifat Allah – kemampuan-Nya untuk menyelamatkan dan menghancurkan. Tujuan dari ulat tersebut adalah untuk menghancurkan tumbuhan itu sehingga Yunus sekali lagi dapat terlihat. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik (ay. 8a) Allah dengan supernatural menyingkirkan tempat persembunyian Yunus. Tetapi tragisnya, Yunus masih melihat kematian sebagai pilihannya dibanding menyerahkan diri pada Allah.
Yunus masih belum mengerti. Di situ dia duduk, dibawah dahan yang kering, tidak bersemangat, pahit, penuh dendam – sebuah potret tragis dalam mengasihani diri sendiri. Dia masih membela dirinya sendiri dan tidak menghargai hidup lagi. Dia melihat sangat tidak masuk akal bagi tindakan Allah terhadap Niniwe atau terhadap tumbuhan tersebut, sehingga dia memutuskan bahwa jika Allah hendak bertindak dengan cara ini, dia pun lebih baik mati.

Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Allah menaruh kelakuan Yunus dalam perspektif : Dia mengasihi sebuah tanaman yang tidak berharga, tetapi membenci kehidupan manusia dan hidup yang kekal. Dia menunjukkan belas kasihan buat satu elemen kecil dari ciptaan Allah tetapi tidak mempunyai kasih buat seluruh kota yang sedang berhadapan dengan penghakiman kekal.
Yunus butuh untuk melihat bahwa belas kasihan buat sebuah tanaman adalah tidak ada harganya, tetapi belas kasihan buat sebuah kota dengan lebih dari 120,000 anak-anak kecil memiliki nilai yang abadi. Jika Yunus tidak dapat mengasihani penduduk kota tersebut, pastilah dia dapat mengasihani anak-anak kecil dan ternaknya – yang minimal dapat terlihat tidak berdosa sama seperti tumbuhan tersebut! Di tengah pertobatan ini, Yunus masih kehilangan kebesaran dari kasih dan karunia Allah

Kita terpanggil untukmempertajam pelayanan kita apakah itu untuk kepentingan jemaat atau hanya kepentingan diri kita sendiri. Kemampuan merobah sudut pandang yang hanya mementunkan diri sendiri akan member pelayanan yang terbuka pada perubahan yang lebih baik. Amin