Senin, 11 Agustus 2008

Teguran Kepada Keserakahan

Oleh. Pdt.Gunawan Panjaitan.STh.MSi


Kita semua tentunya sudah familiar dengan istilah “ uang bukanlah segalanya”, namun kita juga tahu bahwa hidup perlu uang. Kita juga mengalami bahwa ada perbedaaan setiap orang dalam memperoleh Uang. Ada yang begitu mudahnya mendapatkan uang, sementara ada orang lain yang harus banting tulang untuk mendapatkan uang. Apapun keadaannya dalam mempertahankan hidup banyak berpendapat usaha apapun kita kerjakan asa jadi uang.


Dalam Filsafat Cina uang itu diibaratkan mahluk berkaki empat dan kita manusia berkaki dua. Kalau manusia mengejar uang, maka uang itu akan lari lebih kencang karena berkaki empat sehingga susah didapat manusia yang berkaki dua. Karena itu harus dirubah paradigmanya. Biarlah uang yang mengejar kita dan kita pasti dapat diraih. Strategi yang dibangun adalah manusia diisi dengan berbagai keahlian yang dapat di jual.


Ketika Israel dijajah di bangsa Babel di abad ke 7 SM, bangsa babel mempunyai cara yang menyimpang untuk mencari uang. Mereka memperlakukan bangsa Israel semena-mena dan dilihat sebagai sumber uang, sumber pendapatan. Mereka diperas, dirampas, dan dilecehkan nilai kehidupan kemanusiaannya. Babel mencari kekayaan di atas penderitaan orang orang Irael . Waktu itu Nabi Habakuk merasa Tuhan tidak memperdulikan keadaan ini sehingga dia bertanyatanya: berapa lama lagi Tuhan ? Nabi berpikir, apakah Tuhan sanggup menangani kasus seperti ? Dalam perenungan itulah dia diberi jawaban
•Mereka mencari uang dengan memanfaatkan, menindas orang lain.
•Babel itu mencari uang dengan:
- Menggaruk bagi dirinya apa yang bukan miliknya? – Manangko
- menjarah banyak suku bangsa,
- mengambil laba yang tidak halal untuk keperluan rumahnya
oleh Tuhan dan diberikan tugas untuk menyatakan kemarahanNya kepada orang yang mencari uang dengan cara-cara kotor.


Tidak ada komentar: