Ulangan 10:12-22
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi
1. Takut akan Tuhan adalah sikap mendasar yang harus dimilki setiap orang percaya. Takut akan Tuhan bersumber dari pengakuan orang yang mempunyai keingintahuan yang sangat tinggi (inquirity). Takut akan Tuhan adalah keadaan dinamis bukan statis, keadaan di mana seseorang selalu merencakan pekerjaan yang menyenangkan hati Tuhan. Pemahamann seperti itu mendorong peng-amsal mengatakan “takut akan Tuhan itulah permulaan pengetahuan, hikmat” (Amsal 1: 7, 9:10). Takut akan Tuhan itu berarti mencintai Tuhan, mematuhi perintahNya, menyembah Dia dan mengeksplorasi keinginan-keinginanNya. Dengan kata lain, semakin para ilmuwan mendalami bidang ilmunya, semakin ia menemukan nuansa spiritual di dalamnya. Dan karenanya, semakin tinggi keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Pemahaman seperti inilah yang dimaknai dalam pernyataan takut akan Tuhan.
2. Tentu tidak serta merta tewujud orang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi takut akan Tuhan. Kita juga mendapati bahwa banyak para ahli misalnya para ahli Fisika yang meniadakan eksistensi Tuhan dalam penelitiannya. "Betapa alam raya berjalan penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang pengatur," demikian ungkapan Carl Sagan Fisikawan yang mendapatkan hadiah Nobel. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Steven Weinberg, Fisikawan peraih hadiah Nobel dalam bidang fisika pada 1979: "Semakin kosmologi" menyingkap alam raya ini, semakin tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini," . Menurut laporan satu majalah terkemuka di Amerika serikat: sebuah penelitian di AS tahun 2007, hanya 40 persen ilmuwan di negeri Paman Sam itu yang percaya adanya Tuhan. Sisanya adalah para ilmuwan yang ateis (Newsweek, 27/7).
3. Menyangkal Tuhan tentu tidak hanya milik kaum ahli, tetapi bisa saja terdapat dalam setiap strata sosial umat masyarakat. Dalam sejarah hubungan Israel dengan Tuhannya terlihat bahwa ada kecenderungan membrontak kepada Tuhan bahkan pergi kepada allah lain. Perubahan jaman, perkembangan ilmu pengetahuan, penguasaan akan sumber daya alam yang dimiliki manusia ruparupanya dapat mendorong manusia itu melakukan penyangkalan. Menyadari kecenderungan orang beragama dapat berubah menjadi ateis, mendorong orang percaya betapa pentingnya mengingatkan dan mengulang kembali akan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Esensi dari Kitab Ulangan adalah mengingatkan kembali dasar iman Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Kepada mereka diulang, diceramahi kembali tentang pokok ajaman iman kepercayaan mereka bahwa mereka haruslah Takut akan Tuhan. Pengulangan ini bukan berarti diulang begitu saja, Seruan diulang kembali (deutronomi) bermaksud perlu ada koreksi dan reinterpretasi dogma kontekstual agar tetap dipahami secara baru. Kepada Israel diingatkan : "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.”
4. Tindakan takut akan Allah itu dipraktekkan dengan mencapai kedewasaan iman dan perubahan karakter (sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengku). Kemudian Mereka diminta untuk menyingkirkan iman yang sinkritis dan melakukan keperdulian sosial kepada kelompok anak yatim, janda orang asing. Keperdulian sosial berkorelasi dengan ibadah kepada Tuhan. Keperdulian itu dapat diperlihatkan dengan sikap
· Menciptakan kepribadian yang bersahabat dan tulus artinya memberikan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan;
· Mengerti dan menghargai kebiasaan dan tradisi orang lain yang berbeda;
· Meningkatkan penampilan dan etika pergaulan yang mencakup cara kita berpakaian, berjalan, berbicara, melihat, duduk, makan dan minum, bekerja, berjabat tangan, menata rambut, dll yang semuanya adalah penampilan luar kita.
· Memperlakukan orang lain seperti yang kita ingin orang lain perlakukan terhadap kita.
Takut akan Tuhan adalah kondisi yang dinamis di mana orang percaya berusaha melakukan kehendak Tuhan yaitu mencintai sesame. Amin
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi
1. Takut akan Tuhan adalah sikap mendasar yang harus dimilki setiap orang percaya. Takut akan Tuhan bersumber dari pengakuan orang yang mempunyai keingintahuan yang sangat tinggi (inquirity). Takut akan Tuhan adalah keadaan dinamis bukan statis, keadaan di mana seseorang selalu merencakan pekerjaan yang menyenangkan hati Tuhan. Pemahamann seperti itu mendorong peng-amsal mengatakan “takut akan Tuhan itulah permulaan pengetahuan, hikmat” (Amsal 1: 7, 9:10). Takut akan Tuhan itu berarti mencintai Tuhan, mematuhi perintahNya, menyembah Dia dan mengeksplorasi keinginan-keinginanNya. Dengan kata lain, semakin para ilmuwan mendalami bidang ilmunya, semakin ia menemukan nuansa spiritual di dalamnya. Dan karenanya, semakin tinggi keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Pemahaman seperti inilah yang dimaknai dalam pernyataan takut akan Tuhan.
2. Tentu tidak serta merta tewujud orang yang mempunyai pengetahuan yang tinggi takut akan Tuhan. Kita juga mendapati bahwa banyak para ahli misalnya para ahli Fisika yang meniadakan eksistensi Tuhan dalam penelitiannya. "Betapa alam raya berjalan penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang pengatur," demikian ungkapan Carl Sagan Fisikawan yang mendapatkan hadiah Nobel. Pernyataan senada juga diungkapkan oleh Steven Weinberg, Fisikawan peraih hadiah Nobel dalam bidang fisika pada 1979: "Semakin kosmologi" menyingkap alam raya ini, semakin tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini," . Menurut laporan satu majalah terkemuka di Amerika serikat: sebuah penelitian di AS tahun 2007, hanya 40 persen ilmuwan di negeri Paman Sam itu yang percaya adanya Tuhan. Sisanya adalah para ilmuwan yang ateis (Newsweek, 27/7).
3. Menyangkal Tuhan tentu tidak hanya milik kaum ahli, tetapi bisa saja terdapat dalam setiap strata sosial umat masyarakat. Dalam sejarah hubungan Israel dengan Tuhannya terlihat bahwa ada kecenderungan membrontak kepada Tuhan bahkan pergi kepada allah lain. Perubahan jaman, perkembangan ilmu pengetahuan, penguasaan akan sumber daya alam yang dimiliki manusia ruparupanya dapat mendorong manusia itu melakukan penyangkalan. Menyadari kecenderungan orang beragama dapat berubah menjadi ateis, mendorong orang percaya betapa pentingnya mengingatkan dan mengulang kembali akan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Esensi dari Kitab Ulangan adalah mengingatkan kembali dasar iman Bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Kepada mereka diulang, diceramahi kembali tentang pokok ajaman iman kepercayaan mereka bahwa mereka haruslah Takut akan Tuhan. Pengulangan ini bukan berarti diulang begitu saja, Seruan diulang kembali (deutronomi) bermaksud perlu ada koreksi dan reinterpretasi dogma kontekstual agar tetap dipahami secara baru. Kepada Israel diingatkan : "Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang dimintakan dari padamu oleh TUHAN, Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkan-Nya, mengasihi Dia, beribadah kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.”
4. Tindakan takut akan Allah itu dipraktekkan dengan mencapai kedewasaan iman dan perubahan karakter (sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengku). Kemudian Mereka diminta untuk menyingkirkan iman yang sinkritis dan melakukan keperdulian sosial kepada kelompok anak yatim, janda orang asing. Keperdulian sosial berkorelasi dengan ibadah kepada Tuhan. Keperdulian itu dapat diperlihatkan dengan sikap
· Menciptakan kepribadian yang bersahabat dan tulus artinya memberikan tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balasan;
· Mengerti dan menghargai kebiasaan dan tradisi orang lain yang berbeda;
· Meningkatkan penampilan dan etika pergaulan yang mencakup cara kita berpakaian, berjalan, berbicara, melihat, duduk, makan dan minum, bekerja, berjabat tangan, menata rambut, dll yang semuanya adalah penampilan luar kita.
· Memperlakukan orang lain seperti yang kita ingin orang lain perlakukan terhadap kita.
Takut akan Tuhan adalah kondisi yang dinamis di mana orang percaya berusaha melakukan kehendak Tuhan yaitu mencintai sesame. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar