Kamis, 04 Juni 2009

IBU YANG MENGHADIRKAN CINTA KASIH

Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi
Nats: 2 Yoh 1 : 1- 6

1.Dalam janji yang dibacakan pendeta sewaktu menerima pemberkatan pernikahan sebenarnya tidak ada dituliskan siapa yang bertugas untuk membesarkan anak-anak dalam keluarga. Bila Allah memberkati keluarga dengan menitipkan anak-anak maka tugas untuk membesarkannya adalah t ugas ayah atau ibunya. Modal untuk membesarkannya adalah adanya saling mencintai dalam ikatan suami isteri yang kekal, yang hanya dapat diceraikan oleh kematian. Dengan demikian si ibu tidak pernah mengikat kontrak untuk merawat anak dalam rumah tanggan. Ibu dianggap bertugas untuk memelihara anak-anak adalah semata didasarkan sifat naturalnya sebagai ibu.

2.Yohannes tidak secara jelas menyebutkan siapa yang disebut “ibu” sebagai alamat suratnya ini. Yohannes tentu tidak mau menekankan bahwa ibu sajalah yang bertanggungjawab atas kehidupan kerohanian anak-anak. Si “Ibu” yang disebutkan Yohanes ini tidak mempunyai nama dan identitas. Apakah dia seorang ibu yang sudah janda yang tetap memelihara kehidupan anaknya, sebab tidak disinggung di sini tentang suaminya. Yohanes agaknya ingin memuji si “ibu” yang berhasil membawa anak anaknya menjadi pengikut Yesus. Kemungkinan si “ibu” adalah orang Yahudi sebab Yohanes mengatakan “bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya “, artinya si Ibu itu sudah mengenal hukum saling megasihi seperti yang diajarkan dalam ke-Yahudian. Yohanes memahami bahwa cinta kasih adalah kekuatan yang besar dalam diri manusia untuk mempertahankan hidup. Cinta Kasih itu sifatnya kekal dan untuk menyatakannya butuh kekuatan, ketabahan, waktu dan bahkan dana. Sifat itu tampak dalam diri seorang ibu.

3.Ada beberapa kemungkinan yang telah dilakukan si “Ibu” sehingga Yohanes mengatakan : ”Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa.”(ay 4)

a.Si Ibu mengambil inisiatif untuk membawa anak-anaknya menjadi Krististen. Dia tidak menunggu suami, gereja atau para pelayan untuk menyodorkan iman Kristen itu. Si Ibu sangat berperan dalam pengembangan kerohanian anak-anaknya. Mengetahui hal itu Yohanes mengatakan “aku sangat bersukacita”.
b.Si ibu membangun percaya diri pada anak-anaknya menjadi orang yang disukai dan menarik perhatian, sehingga rasul Yohanes mengnal anak-anaknya itu. Ibu menjadi tempat belajar bagaimana mencintai, melindungi, memuji dan mengasihi. Anak-anak belajar dari si ibu dari proses hidup mereka sehari-hari. Ibu yang sedemikian mendatangkan sukacita bagi orang lain.
c.Siibu menjadi contoh bagi anakanaknya dalam banyak hal. Si anak akan belajar dari orang tua bagaimana menyatakan ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada peribadahan, ketaatan kepada hukum, bagaimana mengelola keuangan dan banyak hal lain yang untuk menyataan cinta kasih.

4.Sukacita Kristen bersumber dari anggota jemaat yang kehidupannya telah dipengaruhi oleh Firman Tuhan dan sebaliknya dukacita kita adalah ketika anggota jemat hidupnya dikuasi oleh kehidupan yang jahat. Ibu mempunyai potensi diri yang luarbiasa dan hal itu tidak didapatkan dalam diri seorang bapak. Si ibu mempunyai kekuatan untuk memasukkan anaknya dalam kehidupan persekutuan dengan Tuhan. Ibu yang penuh cinta kasih menjadi sumber kehidupan bagi keluarganya. Amin.

Tidak ada komentar: