Rabu, 16 Juni 2010

MEMPERKENALKAN ALLAH

Oleh: Pdt.G.Panjaitan.STh.,MSi

Iman tidak bisa diturunkan secara biologis. Di satu pihak, orang tua yang kelihatan baik dan mengasihi Tuhan, rajin beribadah dan melayani, bukan jaminan bahwa anak-anak mereka di kemudian hari akan seperti mereka. Di lain pihak, anak-anak dalam keluarga Kristen yang kelihatan baik saat masih kecil belum tentu beriman setelah dewasa. Iman mempunyai proses pertumbuhan dan ada proses belajar ketaatan, mengasihi dan memberikan waktu mengasihi Tuhan.

Dalam kehidupan orang Israel, mewariskan iman kepercayaan kepada Yahwe adalah tanggungjawab orang tua kepada anak-anaknya. Tanggugjawab itu adalah perintah Allah langsung yang disebut dengan syema seperti terlulis dalam Ulangan 6:4-9. Syema merupakan perintah penting yang harus sungguh-sungguh diperhatikan. Kata syema berarti “mendengar dengan sungguh-sungguh dan menaatinya”. Syema ini begitu penting, sehingga mereka menuliskannya dalam potongan-potongan kecil perkamen, lalu dimasukan ke dalam kotak kulit kecil yang disebut filakteria. Filakteria ini diikatkan di lengan kanan dan dahi saat seorang pria Israel berdoa pada pagi hari dan ditempelkan di tiang pintu rumah. Pada masa Perjanjian Baru, orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat selalu memakai filakteria. Tuhan Yesus sendiri menyebut syema sebagai hukum yang terutama dan pertama dalam hukum Taurat (Markus 12:28-30; Matius 22:36-38).

Pokok pengajaran yang ditetakankan dalam syema itu adalah pengenalan akan Allah yaitu: “TUHAN itu Allah kita” (Ulangan 6:4a). Pengakuan bahwa “TUHAN itu Allah kita” menunjukkan bahwa TUHAN-lah yang kita sembah, bukan yang lain. TUHAN yang kita kenal adalah TUHAN dalam Tuhan Yesus. Dalam penerapan sehari-hari, seorang anak perlu diajar sejak kecil oleh orang tuanya bahwa Yesus adalah Tuhan/Allah kita, bukan yang lain. Oleh karena itu, hanya kepada Dia sajalah kita berbakti. Kedua diajarkan “TUHAN itu esa” (Ulangan 6:4b). Kita hanya boleh beribadah atau menyembah kepada TUHAN saja dan tidak boleh berkompromi atau tertipu untuk menyembah yang lain, selain TUHAN. Kia harus membimbing orang untuk percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamatnya secara pribadi (lihat 1 Timotius 2:5-6, Yohanes 1:18, 3:16, 14:6). Ketiga: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ulangan 6:6). Kita harus menghindarkan pengajaran Allah yang kejam. Masa depan dunia ada pada anak-anak kita. Maukah kita mengambil bagian dalam membangun generasi yang mengasihi Tuhan, yang akan dipakai Tuhan pada waktu-Nya untuk membentuk zaman? Amin

Tidak ada komentar: