1.Pendahuluan
Dalam mencari jodoh seseorang dipengaruhi oleh apa yang ada di luar dirinya: seperti ikatan kekerabatan : karena orang tua; ikatan kedaerahan, karena sama-sama orang Batak, ikatan kelompok: karena teman sekerja, ikatan keagamaan : karena sama-sama Kristen dll. Kemudian dia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam dirinya seperti faktor psikologis: pengalaman, motivasi, interaksi simbolik: merasa dirinya senang, suka dll.
Kedua faktor yang mempengaruhi ini dapat menimbulkan permasalahan apa bila ada yang bersebrangan, yang pada akhirnya sulit untuk mengambil keputusan. Ketika orang-orang disekitar kita (orang tua, kakak, adik, namboru, tulang, nantulang dll) mengatakan belum pas dengan pilihan kita sehingga mereka menyodorkan yang lain diperhadapkan dengan pilihan kita yang menurut kita sudah cocok dan okey, maka muncul pertanyaan: manakah yang kita maui ? Memang tidak ada salahnya bila kita dapat yang terbaik. Pasti banyak orang yang suka punya suami atau istri, atau menantu yang punya kepribadian. ( bukan mobil pribadi, rumah pribadi, usaha pribadi). Atau mempunyai hubungan keluarga dengan orang-orang yang dianggap keluarga baik-baik dan berhasil. Tetapi keputusan tetap ada pada orang yang hendak kawin sebab dialah yang menjalani kehidupannya sendiri.
Hal yang penting kita pertimbangkan dalam memilih jodoh adalah apa yang tertulis dalam Firman Tuhan yang kita anggap menjadi pertimbangan prioritas.
2. Apa kata Firman Tuhan ?
2.1. Jodoh adalah Pemberian Tuhan.
Di dalam Alkitab ditemukan pemahaman bahwa jodoh itu adalah pemberian Tuhan.,sekalipun kita yang pacaran sampai hujan-hujanan. Kita tau lembaga ”perkawinan” terletak pada ranah (realm) ”orde penciptaan” (Order of Creation), bahwa ”perkawinan” itu diciptakan dan dikehendaki Allah dari sejak awalnya. Ketika Allah merancang untuk menciptakan dunia ini bersama isinya dia juga tuurt merancang perkawinan. Perkawinan itu ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah dan sudah ada sejak ”dari sono-nya”. Hakikatnya baik, suci karena itu manusia diberi jodoh. TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.(Kej 2:18). Ketika kita sudah menjadi pasutri (pasangan suami istri), baik itu berdasarkan pilihan kita atau yang dijodohkan bagi kita, itu bermakna bahwa dialah jodoh yang diberikan Kita harus menerimanya dan bertata: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." (Kej 2:23).
2.2. Jodoh adalah Pasangan yang Sepadan
Sebelum kita putuskan dalam hidup ini siapa yang menjadi jodoh kita, ada baiknya kita pahami asas perkawinan orang Kristen. Ada trilogi (asas pokok) perkawinan Kristen yaitu (a) asas monogami seorang laki-laki dengan seorang perempuan; (b) asas kesetiaan yang diisi dengan kehidupan seksual yang suci ( fidelitas); dan (c) asas seumur hidup yang menolak perceraian (indisolubilitas). (Kej 2:24, Mat 19:5, Mrk 10:7-8 Ef 5:31 Mrk 10: 7-9). Untuk itu dalam memilih jodoh perlu kita pertimbangkanb hal-hal yang pokok:
a. Imannya.
Tidaklah bijaksana apabila jodoh kita seseorang yang tidak mengasihi Allah. “Mungkinkah dua orang bepergian bersama-sama tanpa berunding lebih dahulu?” (Amos 3:3, BIS) demikian Firman Tuhan. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (2 Korint 6: 14-15). Kedua ayat ini mendorong kita untuk memilih jodoh yang seiman dengan kita. Keluarga Kristen orang percaya adalah tempat belajar yang pertama dan utama untuk mengenal Tuhan. Josua membuat suatu komitmen tentyang itu ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos 24:15c). Dalam prinsip ini telah dicakup teori makro dan teori mikro sosial.
b. Kematangan Pribadinya.
Memilih jodoh juga memperhatikan aspek kematangan pribadinya. Apakah ia dapat menyelesaikan konflik-konflik dalam hidupnya dengan cara yang baik? Dapat dia bergaul dan menghormati orang-orang tua? Apakah ia menghargai pendapat orang lain? Attitude (sikap, perilaku) faktor yang menjudukung dalam kebahagiaan rumahtangga. Kita ingin jodoh kita itu mempunyai self-confident ada kematangan pribadi, kemampuan perasaan untuk berbagi dan memahami sehingga hidup perkawinan yang sering digambarkan punya dua sisi yaitu ribut dan rukun dapat teratasi dengan baik. Firman Allah berkata ”Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.” (Josua 1:9)
c. Temperamennya.
Memilih jodoh juga harus kita perhatikan temperamennya. Apakah ia dapat menerima dan memberi kasih secara sehat? Dapat menempatkan diri dalam lingkungan yang baru bahkan sanggup membina komunikasi dengan mereka? Apakah emosinya cukup stabil?. Ada dalam Alkitab yang mengingatkan kita, "Maksud saya ialah, bahwa kalian jangan bergaul dengan orang yang mengaku dirinya orang Kristen, tetapi orang itu cabul, atau tamak, atau penyembah berhala, atau suka memburuk-burukkan orang lain, atau pemabuk, ataupun pencuri. Duduk makan dengan orang itu pun jangan” ( 1 Korintus 5:11, ). Kehidupan keluarga kita kelak menjadi gambaran persekutuan rohani yang ada iman, pengaharapan dan kasih. Betapa susahnya kita apabila hidup bersama dengan orang yang suka berantam, marah-marah dan ”main tangan”. Rumah bagaikan ring tinju.
d. Tanggung-jawabnya.
Apakah dia secara konsisten dapat menunjukkan tanggung-jawabnya, baik dalam studi, pekerjaan, uang, seks, dsb.? Untuk ini tentu kita perlu memilih yang sehat secara fisik dan sehat secara seksual. Kita tahu banyak kehidupan perkawinan yang hancur gara-gara yang ”satu itu”. Secara umum ada 3 orientasi seksual manusia: Heteroseks: seseorang pada lawan jenis dalam melakukan aktivitas seksual. Kedua homoseks : Seseorang yang tertarik pada sejenis dalam melakukan aktivitas seksual dan ketiga Biseks: Seseorang yang tertarik pada lawan jenis dan sejenis dalam melakukan aktivitas seksual. Pililah jodoh yang heteroseksual sebab perkawinan dipahami antara laki-laki dengan perempuan.
3. Kesimpulan
Jodoh adalah pemberian Tuhan. Tuhan telah menganugerahi kita kecakapan untuk tertarik dengan lawan jenis sehingga kita dapat memilih jodoh kita menurut kemauan kita sendiri. Namun kita tidak boleh lupa bahwa Tuhan juga menempatkan di sekitar kita orang-orang yang perduli dan mencintai kita. Pendapat dan saran mereka juga perlu dipertimbangkan dalam memilih jodoh. Bisa saja pendapat mereka lebih condong kepada yang terdapat dalam Firman Tuhan. Tidak ada salahnya mendengar dan memperimbangkan pendapat orang yang mencintai kita. Tuhan menginginkan kita semuanya mempunyai jodoh yang sepadan dengan kita demi kelangsungan hidup manusia di dunia ini dan kelangsungan gerejaNya.