Rabu, 22 Oktober 2008

Manusia : Tubuh Jiwa dan Roh

  1. Pendahuluan

Membicarakan manusia adalah topik yang menarik karena banyak pendapat, pemikiran yang mencoba ingin tahu siapakah manusia itu. Dari sejak zaman Yunani Kuno sampai sekarang selalu dipersoalkan mahluk yang satu ini, manusia: Hallo siapa kau?

Paling sedikit ada 3 sumber pengetahuan yang mencoba membahas siapa manusia itu. Pertama kaum Rasionalis yang mengandalkan berpikir rasionalnya. Mereka mengatakan manusia itu ”Homo sapiens” (mahluk berpikir): Saya ada ketika saya berpikir, atau “homo faber” (mahluk yang membuat peralatan: saya ada apabila saya bekerja). Pendapat mereka sangat subjektif karena pemikiran ide-ide bersifat abstrak dan terbatas.


Sumber yang kedua adalah kaum empirisme. Menurut mereka untuk mengetahui manusia harus didasarkan pada empiris (pengalaman konkrit melalui panca indra) bukan penalaran. Misalnya apabila dalam pengalaman hidupnya pernah bertemu roha-roh gentayangan (Batak: “tondi damang ro tu pangarantoan atau begu” secara empiris dia akan mengatakan begu itu ada, dan hal itu akan dianggap menjadi kebenaran apabila banyak orang yang mengalami hal yang sama. Pengetahuan empiris pada akhirnya hanyalah mengungkapkan fakta-fakta yang tidak memberikan jawaban yang meyakinkan sebab panca indra manusia mempunyai keterbatasan. Sumber ketiga adalah Wahyu atau yang sering kita sebut Pengetahuan Sorgawi yang bersumber dari Tuhan disampaikan secara langsung atau melalui hamba-hambaNya. Pengetahuan ini tidak hanya yang terjangkau pengalaman tetapi juga mengenai pengharapan akan eskatologis (kiamat). Sumber pengetahuan wahyu didasarkan pada kepercayaan.

Pembahasan topik kita tentang “roh manusia” ada dalam ruang lingkup sumber pengetahuan dari wayu Tuhan. Apabila ada pertanyaan “bagaimanakah roh itu sesudah manusia itu mati ?” Pertanyaan ini adalah bagian dari pengetahuan wahyu karena itu tidak dapat diawab kaum rasionalisme dan kaum empirisme. Holan Tuhanta do na umboto i, maka kita cari apa yang dikatakan forman Tuhan tentang hal itu.

Saya akan memperluas pembahasan kita dengan menambah topik tentang “jiwa” manusia sekalipun dalam kamus anatomi tubuh manusia tidak ada disebut unsur jiwa dari manusia itu. Marilah kita melihatnya dari sumber pengetahuan Alkitab.

2. Manusia Ciptaan Allah

Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa umat manusia, oleh suatu keputusan khusus dari Allah, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. (Kej 1:26-27). Jadi, Adam dan Hawa bukanlah hasil evolusi (Kej 1:27; Mat 19:4; Mr 10:6.) Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah berarti adanya unsur-unsur tertentu yang Allah ciptakan di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia itu menjadi makhuk mulia melebihi ciptaan Allah lainnya.Unsur-unsur tertentu tersebut misalnya adalah pikiran, spiritualitas dan lain-lain yang menyebabkan manusia bisa berpikir, memiliki hikmat, mengasihi, bersekutu dengan Tuhan dan lain-lain. Namun demikian, walaupun manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, perlu diingat bahwa terdapat perbedaan kualitas antara ciptaan dan Penciptanya.

Bagaimanakah manusia pertama itu diciptakan? Ia diciptakan dari tanah, lalu Allah menghembuskan nafasNya ke dalam hidung. Kejadian 2:7 menyatakan: "Kemudian Tuhan Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan nafas yang memberikan hidup ke dalam lobang hidungnya" (BIS). Manusia yang diciptakan Allah mempunyai unsur dalam dirinya yang yang saling terikat satu dengan yang lain yaitu tubuh jiwa dan roh. Allah "membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup" Kejadian 2:7 Tidak ada catatan yang menunjukkan bahwa manusia itu menerima sebuah jiwa yang terpisah secara lahiriah dan kemudian digabungkan dengan tubuh manusia itu. Jadi rumusan manusia adalah : debu tanah + napas hidup = makhluk (manusia) hidup atau jiwa yang hidup.

2.1 Apakah makna "roh" menurut Alkitab?

Roh berasal dari kata ruach (Ibrani) digunakan 377 kali dalam Perjanjian Lama, menunjuk kepada percikan tenaga yang hakiki bagi kehidupan eksistensi individual. Dalam Alkitab pada umumnya sering diterjemahkan sebagai :

a. "roh", "angin", atau "napas" (Kejadian 8:1)

b. Digunakan juga untuk menunjuk kepada vitalitas (Hakim 15:19), keberanian (Yosua 2;11), kemarahan atau amarah (Hakim 8:3), watak (Yesaya 54:6), sifat tabiat (Yehezkiel 11:19), dan tempat emosi (I Samuel 1:15).

c. Sering digunakan untuk menyatakan Roh Allah, seperti yang terdapat dalam Yesaya 63:10.

d. Pneuma (Yunani) adalah kata yang sama dengan ruach dalam Perjanjian Baru Pneuma menunjuk kepada 'suasana hati', 'sikap', atau 'keadaan perasaan' (Roma 8:15, I Kor 4:21, II Tim 1:7, I Yoh 4:6), pelbagai aspek kepribadian (Gal 6:1, Roma 12:11). Pneuma tunduk kepada Tuhan pada waktu kematian (Luk 23:46, Kis 7:59), juga digunakan untuk menyatakan Roh Allah. (I Kor 2:11, 14; Ef 4:30; Ibr 2:4; I Ptr 1:12; II Ptr 1:21, dsb).

Sehubungan dengan napas, ruakh manusia sama dengan ruakh hewan (Pkh 3:19). Ruach manusia meninggalkan tubuh pada waktu mati (Maz 146:4) dan kembali kepada Tuhan (Pkh 12:7, Ayub 34:14). Baik kata ruakh maupun pneuma tidak pernah digunakan untuk menunjukkan sebuah eksistensi kesadaran yang mempunyai kemampuan yang terpisah dari tubuh.

2.2. Apakah yang dimaksudkan Alkitab dengan istilah nyawa atau jiwa?

Tiga kata Ibrani dalam Perjanjian Lama dan satu dalam kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang menggambarkan tentang jiwa. Yaitu:

a. Neshamah diterjemahkan sekali dalam Yesaya 57:16, "padahal Akulah yang membuat nafas hidup”.

b. Nedibah diterjemahkan sekali dalam Ayub 30:16 "Oleh sebab itu jiwaku hancur dalam diriku."

c. Nephes adalah merupakan kata lain dalam perjanjian Lama yang diterjemahkan dengan "nyawa", "mahluk" atau "jiwa", berasal dari nasphash yang berarti "untuk bernapas". Muncul 752 kali dan diterjemahkan dengan 43 kata yang berbeda.

d. Psuche adalah merupakan ucapan kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang dinyatakan sebanyak 105 kali dan diterjemahkan dalam enam kata yang berbeda. Psuche mempunyai arti yang sama dengan nephes dalam bahasa Ibrani.

Alkitab mendefinisikan jiwa dengan berbagai variasi. Pada beberapa tempat jiwa dikatakan sebagai kehidupan seseorang; sedangkan di tempat yang lain sebagai orang yang hidup; ayat-ayat yang lain jiwa juga diperuntukkan kepada binatang. Jiwa itu boleh dihubungkan kepada kasih sayang atau cinta seseorang, tubuh yang telah meninggal, atau roh/semangat dari manusia. Tetapi Alkitab tidak pernah menggunakan istilah yang berhubungan dengan kesatuan atau kepribadian yang menghidupkan kebakaan yang nyata terpisah dari tubuh.

2.3. Apakah makna jiwa menurut Alkiab?

Di atas telah disebutkan bahwa "jiwa" adalah sebuah terjemahan dari bahasa Ibrani nephesh.

a. Jiwa bukanlah satu bagian dari pribadi, melainkan itulah pribadi itu. Dalam banyak contoh di Alkitab, nephesh diterjemahkan sebagai "pribadi" (Kejadian 14:21, Bilangan 5:6, Ulangan 10:22, Mazmur 3:3) atau "diri" (Imamat 11:43, I Raja-rasa 19:4, Yesaya 46:2, dsb).

b. Dalam Alkitab pernyataan seperti 'jiwaku', ''jiwamu', dsb, adalah ungkapan umum untuk kata ganti orang 'aku', 'dia', dsb. (Kejadian 12:13, Imamat 11:43,44; 19:8; Yosua 23:11; Mazmur 3:3, Yeremia 37:9, dsb)

c. Lebih dari 100 kali dari 755 peristiwa dalam perjanjian Baru terjemahan KJV, nephesh diterjemahkan sebagai "hidup". (Kejadian 9:4,5; I Samuel 19:5; Ayub 2:4,6; Mazmur 31:14, dsb).

Penggunaan kata Yunani psuche di dalam Perjanjian Baru adalah sama dengan kata nephesh yang digunakan dalam Perjanjian Lama.

a. Digunakan untuk hidup binatang serta halnya hidup manusia (Wahyu 16:3).

b. Dalam versi King James Version (KJV) diterjemahkan 40 kali sebagai "hidup" atau "kehidupan" (Matius 2:20; 6:25; 16:25, dsb).

c. Dalam beberapa contoh digunakan untuk maksud "banyak orang" (Kisah 7:14; 27:37; Roma 13:1; I Petrus 3:20, dsb).

2.4. Tiga Pandangan yang berkembang

Berangkat dari banyaknya ayat yang menerangkan tentang hakekat manusia itu muncullah berbagai perbedaan dogma dalam gereja. Pada umumnya terdapat tiga ajaran pembagian natur manusia dalam teologia, yaitu trikotomi, dikotomi dan monokotomi.

a. Trikotomi.

Trikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Menurut teori ini ketika Allah menciptakan manusia, Allah memberikan tiga unsur utama di dalam diri manusia yaitu tubuh, jiwa dan roh.

Tubuh adalah unsur lahiriah manusia yang dapat dilihat yang melaluinya manusia dapat melihat, mendengar, menyentuh dan sebaginya. Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia terdiri dari tiga unsur utama yaitu pikiran, emosi, (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir, dengan perasaannya manusia dapat mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih.

Roh adalah unsur yang paling dalam dari manusia yang memungkinkannya untuk bersekutu dengan Tuhan. Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada perkataan Paulus dalam I Tesalonika 5:23 dan Ibrani 4:12 yang secara jelas menyebutkan tiga unsur tersebut yang berbunyi demikian:

"Semoga Allah dami sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." (I Tes. 5:23).

"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum,; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibr 4:12).

b. Dikotomi.

Dikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari dua bagian saja, yaitu tubuh dan roh (jiwa termasuk di dalamnya). Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada argumentasi berikut ini: Ketika Allah menciptakan manusia, Allah menghembuskan ke dalam manusia hanya satu prinsip saja, yaitu jiwa/napas yang hidup (Kej. 2:7).

Kemudian para penganut dikotomi memandang istilah jiwa dan roh di dalam Alkitab bukan sebagai dua substansi yang berbeda, tetapi merupakan istilah yang sering dipakai secara bergantian/ bisa dipertukarkan oleh penulis Alkitab, misalnya dalam Mat. 6:25; 10:28 (Manusia disebut dengan istilah tubuh dan jiwa) dan Pkh. 12:7; I Kor. 5:3,5 (manusia disebut dengan istilah tubuh dan roh). Contoh lainnya adalah Kej. 41:8; Maz 42:6; Mat 20:28; 27:50; Yoh.12:27; Ibr. 12;23; Why. 6:9.

Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam I Tes. 5:23 dan Ibrani 4:12, idak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang berbeda. Sebab jika ditafsirkan demikian, maka manusia tidak hanya dibagi dalam tiga substansi saja, melainkan lebih, misalnya dalam Mat. 22:37 menyebutkan secara bersamaan hati, jiwa dan akal budi (pikiran). Kesimpulan pandangan ini adalah pada umumnya kesadaran manusia hanya menunjukkan adanya dua bagian dalam diri manusia, yaitu unsur yang badaniah/jasad dan unsur rohaniah.

  1. Monokotomi.

Monokotomi adalah pandangan yang percaya bahwa manusia merupakan pribadi yang utuh yang tidak dipisah-pisahkan. Manusia tidak akan bisa ada/hidup tanpa tubuh atau jiwa/rohnya. Tubuh tidak akan bisa hidup tanpa jiwa/roh, demikian juga sebaliknya. Menurut teori ini, istilah Alkitab "jiwa" dan "roh" hanyalah ekspresi lain dari pribadi/hidup manusia itu sendiri.

  1. Pemahaman Gereja HKBP

Dalam konfessi tahun 1996 pasal 3 Gereja HKBP telah menuruskan ajarannya tentang manusia:

Manusia adalah ciptaan Allah, Laki-laki dan perempuan, menurut gambarNya, sama dengan perangaiNya (Imago Dei), dengan martabat yang sama, dan kepada mereka diberikan kuasa untuk menguasai, memelihara dan mengolah seluruh ciptaanNya yang ada di dunia ini. Manusia diciptakanNya dalam kebebasan dan tanggung-jawab untuk melayani Allah dan seluruh ciptaanNya.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, karena godaan iblis, dan dosa itu menjadi dosa warisan bagi semua angkatan yang berikut, menjadikan manusia itu senantiasa dalam pencobaan, dikuasai oleh dosa (Roma 7:17), dan berhadapan dengan Allah hilanglah kehidupannya, dia melawan dan berbalik dari Allah: hukum Allah dilanggarnya, dia tidak malu melakukan dosa. Manusia dengan usahanya sendiri tidak sanggup melepaskan dirinya dari dosa. Untuk menyatakan keselamatan yang dari Allah, Allah menyuruh malaikatNya, yang diciptakan-Nya, membantu ahli waris kehidupan, karena Allahlah yang dapat menyelamatkan manusia. Tuhan menyampaikan FirmanNya kepada manusia untuk melayani dirinya, imannya, kasihnya dan kemampuannya melawan dosa. Perilaku yang dikuasai dosa mengakibatkan kejahatan semakin merajalela, dan orang yang melakukan kejahatan kecil mudah dihukum, sementara orang yang melakukan kejahatan yang besar sering bebas dari hukuman, karena tindakan manusia yang tidak benar dan karena orang yang bersaksi dusta yang terjadi pada saat pengadilan manusia. Akhir dari semua dosa, bagaimanapun bentuknya, adalah kematian. Hanya karena kasih karunia Allahlah, melalui penebusan Yesus Kristus, ada jalan keselamatan bagi setiap orang. Jalan untuk menerimanya adalah melalui iman yang dikerjakan oleh Roh Kudus, supaya pertobatan dan keampunan dosa yang disediakan melalui kematianNya dan kebangkitanNya dihayati, sehingga kita menjadi manusia baru. Iman yang demikianlah yang diperhitungkan Allah yang menjadi kebenaran manusia. Manusia hidup karena imannya walaupun dia jatuh ke dalam dosa (simul iustus et peccator), tetapi manusia yang percaya itu dipanggil Allah untuk menjadi Anak Allah dan menjadi mitra kerjaNya dalam Kerajaan Allah (1 Kor. 3:9).

Dengan ajaran ini: Kita menolak pendapat yang mengatakan bahwa manusia itu menjadi seperti budak, mesin atau hewan karena pekerjaan dan karena harta miliknya. Kita menekankan bahwa manusia adalah mitra kerja Allah dalam Kerajaan Allah.

Dalam pasal 15 terdapat pemahaman tentang roh manusia: Kita mempercayai dan menyaksikan: Kematian adalah akhir dari hidup manusia di dunia ini, dia berhenti dari segala pekerjaannya. Ada keselamatan bagi orang yang percaya. Yesus Kristus yang telah bangkit itulah yang membangkitkan orang dari kematian, Dialah Tuhan dari orang yang hidup dan yang mati (Roma 14: 7 - 9).Berbahagialah orang yang mati di dalam Tuhan yang setia sampai akhir (Why 14: 13).

Dengan ajaran ini

Kita menekankan pengharapan keselamatan manusia dari antara orang yang mati di dalam Yesus Kristus. Kita menentang pandangan yang mengafakan bahwa orang yang hidup dapat menerima berkat dan orang yang mati. Kita menentang pandangan yang mengatakan bahwa orang yang mati dapat berhubungan dengan orang yang hidup dengan mendoakan arwah-arwah. Kita menentang pandangan yang mengatakan bahwa haruslah mendirikan tugu untuk menghormati orang yang mati sebagai cara menerima berkat bagi keturunannya.

Dan dengan ajaran ini

Kita menolak semua bentuk ajaran agama kekafiran terutama ajaran tentang roh yang mengatakan: roh orang yang meninggal itu hidup, dan roh orang yang meninggal itu menjadi hantu dan roh leluhur (sumangot).

Pada waktu peringatan orang yang meninggal, baiklah kita mengingat untuk mengucap syukur kepada Allah, akan segala perbuatannya yang baik pada waktu masih hidup, tetapi tidak untuk memohon berkat clan tanda kesurupan dari -yang telah meninggal itu.

Melalui kedua rumusan pengakuan iman yang berkaitan dengan manusia, HKBP memahami manusia adalah pribadi yang utuh yang tidak dapat dipisahkan antara tubuh jiwa dan roh. Manusia tanpa roh bukanlah manusia, dan roh tanpa tubuh juga bukan manusia. Kematian dimaknai sebagai satu fase bahwa manusia itu tidak dapat lagi berkarya, menjadi mitra Allah namun Yesus Kristuslah Tuhan orang mati. Bagi HKBP Pemahaman bahwa roh orang mati masih hidup bukanlah ajaran Alkitabiah tetapi ajaran animisme. Sehubungan dengan hari penghakiman, HKBP mempercayai bahwa Tuhan kita Yesus Kristus akan turun kelak pada hari kiamat untuk membangunkan orang-orang mati. Yoh 5 : 28; 1 Tes 4 : 16; Mat 24: 3; Luk 21 : 28; Wahyu 20: 11 - 15. Ia akan menghakimi segala manusia. Mat 25; 1 Kor 15 : 52; 2 Kor 5 : 10. Pada waktu itu Ia akan memanggil orang-orang yang percaya ke dalam hidup yang kekal. Mt 25 : 34.Tempat dari orang-orang percaya akan menjadi kekal di hadapan Allah sampai selama-lamanya.

5. Kesimpulan

Manusia diciptakan oleh Tuhan. Manusia tidak jadi dengan "sendirinya" atau secara kebetulan. Manusia juga bukan berasal dari binatang melalui proses yang lama yang disebut evolusi, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Masing-masing kita harus memutuskan apakah akan mempercayai teori-teori asal-usul manusia yang menyimpang dari Alkitab atau mempercayai apa yang telah dinyatakan oleh Tuhan sendiri dalam FirmanNya.

Terdapat tiga teori tentang susunan natur manusia, yaitu trikotomi, dikotomi dan monokotomi.Manusia pertama diciptakan Allah dalam keadaan baik dan sempurna. Kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan.

ROH MANUSIA

Oleh

Pdt.Gunawan Panjaitan.STh

Penalahan Alkitab

Punguan Ama HKBP Surabaya

Jumat, 22 Juli 2007

uhhh takuuut

Tidak ada komentar: