Sabtu, 25 Oktober 2008

Jangan Membalaskan Kejahatan


Renungan Minggu, 26 Oktober 2008
Nats: Amsal 20:22-27
Pdt.Gunawan Panjaitan.MSi

Sekarang ini banyak cara orang melakukan kejahatan. Salah satu yang sangat trend adalah dengan hipnotis. Pelaku menghipnotis si korban sehingga dengan mudah diperdaya dan raiplah semua harta yang dimiliki. Banyak yang sudah korban, akibatnya masyarakat merasa menarus dendam terhadap pelaku kejahatan .Apabila ada pelaku yang ketangkap langsung dihakimi dijalan sampai babak belur, malah sampai mati.
Tidak hanya itu saja, baru-baru ini ada seorang alim ulama yang dibunuh rame-rame setelah sembayang karena dianggap mempunyai ajaran yang berbeda dengan yang diyakini secara umum. Hukum jalanan langsung memberikan fonis mati.
Tentu tindakan main hakim sendiri atas pelaku kejahatan harus kita pantangkan. Sebagai masyarakat yang sudah berbudaya, yang dibangun diatas supermasi hukum, kita harus memiliki sikap hidup yang bermartabat. Sikap hidup bermartabat itulah yang dibangun berdasarkan nasehat-nasehat yang ada dalam firman Tuhan. Intinya pesan tersebut adalah bahwa orang percaya hendaknya menyelesaikan masalah secara manusiawi dan takut akan Tuhan. Hal itu menjadi menjadi bukti iman percaya kita kepada Tuhan.
Dalam Amsal 20:22-27, diterangkan bahwa ada tindakan yang harus kita hindarkan sebagai bukti manusia beriman dan bermartabat:

1. Tidak melakukan pembalasan atas kejahatan yang kita alami:
Perkataan dalam ayat 22: “Janganlah engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan,” bukan bermaksud supaya kita membiarkan diri kita atau keluarga kita diperlakukan semena-mena atau menjadi korban kejahatan. Firman ini lebih bermakna Apabila kita yang menjadi korban kejahatan janganlah kita melakukan tindakan pembalasan tetapi biarlah Tuhan yang membalaskan. Tentu pembalasan Tuhan itu dilakukan oleh pengganti kehadiran Allah di dunia. Mereka itu adalah paran Raja, pemerintah hakim yang adalahhamba Allah yang dipilih untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Amsal mempertegasnya di Ayat 26: Raja yang bijaksana tahu siapa orang yang jahat; ia akan menghukum mereka tanpa ampun. Sebaliknya bila ada Raja, pemerintah yang tidak tahu siapa yang jahat, masalah bekerja sama dengan penjahat, mereka akan kehilangan wibawa, pengadilannya akan tidak benar, putusannya dapat dipesan sesuai selera. Raja yang tidak menumpas kejahatan akan memunculkan pengadadilan jalanan (street justice). Masyarakat akan melakukan pembalasan dengan menghakimi di jalan raya. Akibatnya ada yang bertindak semena-mena dan hidup serasa tinggal di hutan, karena hukum rimba yang diterapkan. Penghakiman jalanann akan membuat orang yang menghakimi merasa orang yang benar, tanpa dosa.

- Kita sering mendengat berita misalnya : Seorang pira yang turun dari bis kota babak belur dihajar massa karena diteriaki maling oleh seorang penumpang dalam bus .
Mari kita bayangkan apabila setiap orang langsung melakukan pembalasan atas kejahatan yang dia alami. Dunia akan penuh dendam, orang akan sangat curiga mencurigai, setiap hari akan ada korban balas dendam dll.

Mari kita selalu bermohon Tuhan lindungilah kami dari orang yang berbuat jahat, padao ma hami sian siula hajahaton. Kita harus berdoa supaya pemerintah para penegak hukumnya tidak tunduk pada kejahatan, terorisme atas nama apapun. Mereka harus menghukum pelaku kejahatan supaya rakyat tidak mengambil alih tugas mereka.

2. Kita harus memantangkan tindakan menipu:

Amsal mengingatkan bahwa : Neraca Serong itu tidak baik. Berulangkali Tuhan mengingatkan Bangsa Israel dan manusia tentang neraca serong ini:
Imamat 19:36 Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir.
Amsal 11:1 Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.
Amsal 16:11 Timbangan dan neraca yang betul adalah kepunyaan TUHAN, segala batu timbangan di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya.
Yehezkiel 45:10 Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu.
Mikha 6:11 Masakan Aku membiarkan tidak dihukum orang yang membawa neraca palsu atau pundi-pundi berisi batu timbangan tipu?

Setiap orang yang menggunakan neraca serong bertujuan mencari keuntungan sendiri, mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain. Dia menghianati kepercayaan orang kepadanya. Tindakan seperti ini sangat menyakitkan bagi orang yang ditipu.
- Misalnya betapa kesalnya perasaan orang yang membeli emas 100 gram, tiba-tiba setelah ditimbang di tempat lain emas itu hanya 99 gram. Dia merasa kesal dan pasti mengutuki orang yang memakai neraca serong baginya.
Sekarang ini seolah-olah banyak orang berpikir tanpa penipuan orang tidak akan untung. Malah ada pekerjaan yang dianggap wajar melakukan penipuan misalnya : Penjualan mobil bekas, pengacara, politisi: Dipekerjaan ini seolah-olah disahkan pekerjaan tipu menipu. Firman Tuhan ini untuk semua manusia dalam pekerjaan apapun. Tuhan akan membenci, tidak menyukai orang yang melakukan penipuan dalam pekerjaanya.

2. Buatlah Tuhan yang prioritas bagimu: Jangan anggap enteng terhadap hal-hal rohani.

Amsal mengajarkan bahwa kehidupan kita ada dalam rancangan Tuhan: Langkah orang ditentukan oleh TUHAN (ay 24). Sukacita dan duka cita dibiarkan kita alami supaya kita mengetahui bahwa banyak hal yang terjadi diluar kendali kita. Sebab orang tidak pernah merencanakan duka cita. Kesadaran seperti ini hendaknya membuat kita berhati-hati: apabila membuat janji /sumpah/nazar dihadapan Tuhan. Sebenarnya Tuhan mengetahui manusia itu pelupa, atau mau ingkar janji karena itulah diingatkat: Pikir baik-baik sebelum menjanjikan kurban kepada TUHAN. Boleh jadi engkau akan menyesal kemudian (ay 25 BIS)

Nazar itu adalah janji kepada Tuhan dalam doa, dengan maksud agar Tuhan memenuhi permintaannya dengan segera. Karena itu nazar tidak boleh ditunda karena nazar adalah hutang. Memang tidak ada orang yang berani menuntut nazar kita, tidak ada yang menagih janji kita pada Tuhan, tetapi yang perlu kita sadari apa yang sudah kita ucapkan itu sifatnya sudah mengikat kita.

Dulu ada Gereja yang dibangun untuk membayar nazar: Sebelum berangka berobat ke Belanda , dalam doanya dia berkata, Tuhan apabila aku sembuh , aku akan membangun Gereja yang di kampung kami. Ternyata dia sembuh, dan dengan seketika gereja itu langsung dibangun.

Bukan seperi najar tukang jual kerbau dari Samosir Ke Balige. Kerbau yang akan dijual tidak dimasukkan ke kapal, tetapi kerbau berenang sambil ditarik Kapal. Toke kerbau ini berjanji bernazar: Tuhan apabila 10 kerbau ini selamat , satu ekor untuk Tuhan Gereja. Namun setelah pelabuhan kelihatan dan kapal akan berlabuh, dia berpikirpikir terlalu banyak satu ekor untuk gereja.... Dia langsung turun kapal dan dan mengambil pasir di pantai ditaruh di kepalanya: Pirma tondim malua ho sian parmaraan, tapi dia lupa nazarnya, ekornya sajapun tidak dilunasi.
Tidak membalaskan kejahatan, menjauhkan tindakan penipuan dan menempatkan Tuhan yang prioritas dalam perjalanan hidup adlah penampakan orang yang beriman kepada Tuhan. Amin

Tidak ada komentar: